Terhitung sudah 2 hari lamanya, abang dan kakak masih saja saling mendiamkan satu sama lain, tidak saling bertegur sapa, tidak ada candaan diantara keduanya, malah Kavin dan Zayn terkesan saling menghindar satu sama lain. Misalnya, jika ada Kavin di ruang keluarga maka tidak akan ada Zayn disana, begitu juga sebaliknya.
Orion sendiri yang melihat hubungan kedua kakaknya sedikit merenggang ah bukan sedikit tapi semakin merenggang pun ikut frustasi, pasalnya kedua kakaknya itu jadi jarang menghabiskan waktu bersamanya, apalagi Kavin. Selain menghindari Zayn, Kavin juga terkesan seperti menghindari si bungsu, dan itu jelas membuat Orion sedih, sangat sangat sedih. Di tambah eyang Ratih yang selalu menyalahkannya atas kerenggangan hubungan abang dan kakaknya itu. Sedangkan Gibran, Nadine dan si sulung Alaska nyatanya masih belum kembali dari Bandung membuat dunia Orion benar-benar sepi dan juga galau.
Karena hal itu lah selama 2 hari ini senyum manis nampak jarang terlihat menghiasi wajah tampan Orion, beberapa kali wajahnya terlihat sangat murung membuat kedua sahabatnya, Renja dan Naren yang melihat pun jelas merasa ada yang berbeda dengan Orion, dan itu membuat mereka khawatir.
Seperti saat ini, Orion, Renja dan Naren tengah menghabiskan waktu mereka di MHS Kafe setelah jam perkuliahan selesai. Orion terlihat lebih murung dari biasanya bahkan sesekali mereka dapat mendengar helaan napas lelah dari sang sahabat.
"Rion," panggil Renja.
"Hm?"
Nahkan tidak seperti biasanya Orion hanya menyahut dengan deheman di tambah lagi ia terlihat seperti lemas, letih, lunglai, lesu dan loveyou.
"Lo kenapa sih? Akhir-akhir ini murung terus, lagi ada masalah kah?" tanya Renja hati-hati.
"Iya bener, dari kemarin gue ga denger lo ngoceh. Kenapa? Mau cerita ga sama kita? Kita bisa kok jadi pendengar yang baik," tambah Naren.
Hah,
Orion menghela napas sejenak, lantas menumpukan dagunya diatas meja.
"Gue lagi sedih, lagi galau," ujarnya pelan.
"Ha? Galau? Kenapa lo? Baru putus? Bentar setau gue bayik belum boleh punya pacar, Rion!" seru Naren heboh, dan itu membuat Renja yang duduk di sampingnya mendelik malas.
"Ih apaan sih Naren, siapa juga yang punya pacar? Gue masih jomblo kok," ucap Orion dengan polosnya.
"Bagus bagus! Tapi mau gue bantu cariin pacar ga? Lo suka yang gimana? Yang cantik? sexy? bohay–"
Pletak!
"Aduh Renja lo apa-apan sih?!" ucapan Naren tadi harus terhenti karena Renja yang tiba-tiba menyentil keningnya begitu saja.
"Lo yang apa-apaan! Lo mending diem aja deh Nar, atau ga lo nonton bokep aja sana biar diem!" omel Renja.
"Wih boleh juga tuh, lo ada link haram buat nonton–"
Pletak!
Sekali lagi Renja menyentil kening Naren.
"Wadidaw! Sekarang gue salah apalagi sih, Ren?! Heran deh dedek salah teruzzzsz."
"Otak lo makin mesum aja, Nar! Makannya jangan kebanyakan col*! kena azab lo baru tau!"
"Sialan lo, Ren! Kaya lo yang ga pernah aja!"
Orion hanya melongo melihat perdebatan kecil kedua sahabatnya itu, ia benar-benar tak mengerti dengan apa yang Renja dan Naren bicarakan.
"Kalian ngomongin apa sih? Bokep tuh apa?" tanya Orion dengan tatapan polosnya membuat Renja maupun Naren mengusap tenguk mereka.