Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam lebih 5 menit, seluruh keluarga Nataprawira tentu sudah masuk ke dalam kamar masing-masing untuk beristirahat. Tapi tidak dengan Arsen, saat ini dirinya tengah melangkahkan tungkainya menaiki tangga untuk menuju kelantai dua, ia terlihat seperti sedang mencari seseorang.
Hingga langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar yang terdapat tulisan 'Orion Here' menggantung disana. Sebenarnya bukan ini tujuan Arsen, tapi entah kenapa seolah-olah ada dorongan yang membuat dirinya tanpa sadar menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar itu.
"Gue ngapain ya kesini?" gumamnya seraya menatap tulisan yang menggantung di pintu itu dengan sangat lekat.
Namun, tak lama dari itu pintu kamar pun tiba-tiba terbuka.
Cklek,
"Ya Tuhan!"
Tentu saja hal itu membuat Arsen terkejut luar biasa.
"Lho, Sen? Ngapain disini?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar tersebut.
"E-eh mas Gibran."
Yah, seseorang yang keluar dengan tiba-tiba dari pintu kamar itu adalah Gibran.
"T-tadi aku ga sengaja lewat sini, niatnya mau nyari mas ke ruang kerja, s-soalnya tadi aku nanya sama kak Sammy dimana mas, katanya di ruang kerja." jawab Arsen dengan sedikit gugup.
"Oh gitu, ya mas emang biasanya diem di ruang kerja sih kalau malem itupun kalau lagi banyak kerjaan, tapi malam ini anak bungsu mas lagi rewel, Orion pengen tidur bareng-bareng sama ibu dan kakak-kakaknya. Tuh mbak Nadine, Alaska sama anak-anak lagi pada ngorok di dalam," ucap Gibran panjang lebar yang diangguki paham oleh sang adik.
"Ohiya, ada apa perlu apa kamu malam-laman gini mau ketemu mas? Kamu harusnya istirahat, lihat sekarang jam berapa Sen, kamu kan habis melakukan perjalanan jauh jadi harusnya istirahat," cecar Gibran membuat Arsen terkekeh pelan.
"Tadinya aku mau ngomongin hal ini sama mas besok, tapi aku ga bisa nunggu. Aku butuh kejelasan sekarang, biar kedepannya ga ada salah paham," jawab Arsen membuat kedua alis Gibran menaut heran.
"Soal?"
"Kecelakaan papi mas.."
••
Gibran dan sang adik Arsen saat ini tengah duduk santai di luar balkon ruang kerja Gibran. Mereka tengah menikmati indahnya langit malam yang di khiasi oleh bintang-bintang dan sejuknya angin malam yang sesekali menerpa wajah tampan mereka, oh tak lupa dengan dua cangkir kopi yang ikut menemani malam kakak dan adik itu.
"Jadi apa yang mau kamu tanyain?" tanya Gibran setelah selesai menyeruput kopinya.
"Mas, tolong jelasin semua hal yang berkaitan dengan kecelakaan papi," jawab Arsen.
Gibran menganggukan kepalanya, lalu mulai bercerita dengan perlahan.
"Saat itu, papi datang ke rumah mas buat jemput Orion untuk mengajaknya liburan. Lebih tepatnya papi mau ajak Orion ke Seoul buat liburan disana berdua, tapi siapa sangka ternyata malam itu malah menjadi malam yang tragis buat keluarga Nataprawira."
"K-kecelakaan I-ini terjadi bukan karena a-anak bungsu m-mas 'kan?" tanya Arsen hati-hati takut melukai hati sang mas, dan benar saja seketika Gibran pun langsung menoleh.
"Pasti mami yang bilang kalau penyebab kecelakaan itu adalah Orion?"
Arsen mengangguk ragu.
"Mami memang ga pernah setuju papi pergi ke Seoul waktu itu, apalagi papi perginya cuma berdua sama Orion. Nadine juga sebenernya ga ngizinin tapi dia mana tega liat Orion yang nangis mohon-mohon ingin pergi liburan berdua bareng opa kesayangannya."