Mobil milik Alaska melaju dengan kecepatan sedang. Sang pemilik mobil yang tengah menyetir nampak fokus memperhatikan jalan sekitar, sedangkan si penumpang yang tak lain adalah adik bungsunya sendiri hanya duduk dalam diam tak banyak bicara seperti biasanya, membuat suasana di dalam mobil pun hening.
Alaska sendiri sepertinya sudah tau apa penyebab dari sang adik yang sejak tadi diam saja, tak perlu di tanya lagi dilihat dari raut wajah sang adik saja Alaska tau bahwa Orion -adik bungsunya- kini sedang dalam keadaan tidak baik.
"Capek banget dek?" tanya Alaska mencoba memecah keheningan, karena jujur saja rasanya aneh jika bersama dengan Orion tapi anak itu hanya diam saja, karna biasanya si bungsu akan banyak bicara.
Orion lantas mengangguk, "iya mas, capek banget pengen tidur," jawabnya tanpa menatap Alaska.
"Yaudah tidur aja di mobil, nanti mas bangunin atau perlu mas gendong aja," ucap Alaska seraya mengusap lembut kepala sang adik.
"Gak mau bobo disini, mau di kasur kesayangan Rion. Kasur Rion kan posesif, nanti marah lagi kalau Rion bobo disini," sahut Orion ngaco membuat sang mas tertawa pelan.
"Yaudah tunggu bentar lagi juga sampe, oh iya adek udah makan belum?"
Orion menggeleng pelan, "cuma makan roti sama susu doang di kantin tadi."
Mendengar penuturan sang adik membuat Alaska mengernyit heran, "itu doang?"
Orion mengangguk lagi, "Ya habis bingung mau makan apa mas, di kantin rata-rata mam nya banyak yang berbahan daging, terus jajanan kekinian, Orion kan ga boleh mam daging banyak banyak, ga boleh jajan sembarangan, om dokter bilang Rion harus diet."
"Kok ga bilang? Tau gitu mas anterin makan ke kampus kamu. Obat nya udah di minum belum?" tanya Alaska yang kali ini hanya diangguki oleh Orion.
Tak lama dari itu dapat Alaska dengar dengkuran halus yang menandakan bahwa sang adik sudah mulai terlelap.
"Cepet banget tidurnya dek, pasti capek banget hari ini," gumam Alaska seraya mengusap-ngusap surai Orion, memberi kenyamanan pada sang adik.
Namun tak lama dengkuran halus pun di gantikan dengan hembusan nafas yang terdengar memberat di telinga Alaska. Meskipun Orion tidur, tapi tak dapat di pungkiri bahwa sang adik terlihat kesulitan untuk meraup oksigen, bahkan dadanya sudah naik turun tidak teratur.
"Tahan sebentar ya dek, jangan sampai kambuh, mas ga mau liat adek sakit lagi." Alaska mengusap-ngusap dada Orion dengan lembut agar si bungsu dapat tertidur dengan nyaman sampai rumah nanti.
.
Mobil mewah Alaska sudah terparkir di perkarangan rumah, ia lalu keluar dari mobilnya, tak lupa dengan Orion yang masih tertidur. Dengan perlahan Alaska membawa tubuh sang adik kedalam gendongannya.
"Eh tuan muda Alaska udah pulang," sapa salah satu maid laki-laki paruh baya.
"Iya pak, tolong masukin mobil saya ke garasi ya, nanti kunci mobilnya simpen aja di tempat kunci mobil biasa," balas Alaska.
"Siap tuan, eh tapi itu aden Rion kenapa?"
"Tidur pak, kecapean. Yaudah saya masuk dulu ya, makasih pak."
"Dengan senang hati tuan muda Alaska."
Setelah itu Alaska pun memasuki rumah mewah milik keluarganya, tak lupa ia membenarkan posisi Orion yang ada di gendonganya agar tidak jatuh. Orion sendiri yang sepertinya sadar tengah berada di gendongan sang mas pun lantas mengalungkan lengannya pada leher Alaska.
"Mas baru pulang? Adek kenapa?" tanya Zayn yang baru saja menampakan diri keluar dari area dapur.
"Ketiduran Zayn," jawab Alaska seraya membenarkan kembali posisi Orion setelahnya, membuat Zayn yang melihat itu pun terkekeh pelan sekaligus gemas juga.