31

2.1K 270 67
                                    

Sudah 3 hari lamanya sejak si bungsu Orion berhasil melewati masa kritisnya, namun sampai hari ini Orion masih belum mau membuka kedua mata indahnya. Dan selama itu juga, tak henti-hentinya seluruh anggota keluarga Nataprawira pun bergantian menjaga si bungsu tersayang mereka.

Yah, sekarang semuanya sudah baik-baik saja. Eyang Ratih tak menaruh lagi rasa bencinya pada Orion, sekarang ia sudah menyayangi Orion sebagaimana cucunya. Bahkan bukan hanya eyang Ratih, seluruh anggota keluarga Nataprawira sangat sangat menyayangi Orion.

Kini semuanya sudah kembali seperti semula, hanya tinggal menunggu kapan anak tampan nan menggemaskan itu kembali membuka mata indahnya. Masing-masing dari mereka selalu bergantian untuk menjaga Orion, terlebih sudah sejak kemarin Gibran dan si sulung Alaska kembali ke perusahaan, begitu juga dengan ketiga anak Gibran yang lain, mereka sudah mulai kembali aktivitas seperti biasanya.

Saat ini yang menemani Orion di luar ruang ICCU hanya Arsen seorang diri. Ah tidak, sebenarnya ada Nadine dan juga Angel, hanya saja kedua wanita cantik itu saat ini tengah berada di kantin rumah sakit untuk mengisi perut kosong mereka, itupun Angel yang memaksa Nadine untuk ikut, karena sejak pagi Nadine belum mengisi perutnya sama sekali.

Dan tinggalah Arsen seorang diri yang merenung di ruang tunggu sembari menatap sendu pada ruang ICCU tersebut.

"Kapan Rion bangun? Pasti semuanya terlalu menyakitkan ya untuk Rion sampai Rion ga mau bangun, apa semenyakitkan itu jadi anak ayah Arsen," lirihnya.

Jika di bilang Arsen lelah? Yah, ia sangat lelah, bahkan mungkin seluruh keluarga Nataprawira juga. Namun baik Arsen maupun seluruh keluarga Nataprawira tak pernah putus harapan, mereka yakin bahwa anak tampan nan menggemaskan kesayangan mereka tak lama lagi pasti akan bangun.

Sebenarnya dokter Arlen sudah memperbolehkan mereka menjenguk dan melihat Orion ke dalam ruang ICCU, itupun dengan kondisi si penjenguk yang harus  benar-benar dalam keadaan steril, dan setiap harinya yang masuk hanya boleh 2 orang saja, bergantian dengan batas waktu yang terbilang sangat sebentar.

Tes! Setitik air mata jatuh tepat di kedua pipinya, namun dengan cepat Arsen langsung menyekanya saat ia mendengar ada suara langkah kaki yang menghampirinya.

Tap,

Tap,

Tap,

"Sen," benar saja tak lama dari itu ada seseorang yang menghampirinya.

"E-eh mas Gibran," ujar Arsen sebisa mungkin ia menunjukan senyumnya.

Yah, seseorang itu tak lain adalah Gibran yang saat ini sudah mendudukan tubuhnya di samping sang adik.

"Kamu baik-baik aja, Sen?" tanya Gibran seraya mengusap bahu sang adik.

Arsen tersenyum tipis, "sejak aku tau kalau Orion adalah anak kandungku, aku ga pernah baik-baik aja mas," jawabnya lirih.

"Arsen.."

"Setiap hari aku selalu di hantui rasa bersalah sama Aulia sama Orion, dan sekarang setiap hari aku di hantui dengan rasa takut, takut akan kehilangan lagi. Kejadian ini cukup menampar aku dengan sangat keras mas," ucap Arsen seraya menundukan kepalanya.

"Kamu ga akan kehilangan lagi, Orion pasti akan bangun dan baik-baik saja. Mas janji setelah Orion bangun nanti, mas akan kasih penjelasan sama Orion secara perlahan, meski Orion yang mungkin aja udah tau kalau dia bukan anak kandung mas. Tapi mas akan jelasin perlahan Sen, dan setelah semuanya benar-benar membaik, Orion akan panggil kamu ayah," sahut Gibran seraya menggenggam tangan Arsen, membuat sang adik mendongkakan kepalanya dan menatapnya lekat.

HE IS ORION [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang