"Mbak Atta marah ya sama Rion?" tanya Orion dengan bibirnya yang mencebik lucu.
"Gak tuh," jawab Aletta seadanya dan nada bicaranya terdengar jutek di telinga Orion.
"Bohong ah, itu jawabnya kaya yang ga ikhlas mbak," Orion menatap sang mbak sedih, sejak dalam perjalanan tadi Aletta terus mendiamkannya, padahal Orion sudah berbicara panjang lebar tapi respon sang kakak cantiknya hanya singkat, padat dan jelas.
"Ya habisan kamu nakal banget sih dek," sahut Aletta.
"Ya kan Rion pengen ngampus mbak, masa baru masuk 1 hari Rion udah bolos aja, kan ga seru, nanti ga ada yang buat darah tinggi kating lho," oceh Orion membuat Aletta hanya bisa menghela nafas, sedikit terkekeh juga. Tidak ada yang membuat kating darah tinggi katanya, dasar.
"Kamu tuh ga bolos dek, tapi lagi sakit, jadi harus istirahat di rumah."
Kalian pasti bingung kan apa yang terjadi dengan Orion dan mbak cantiknya?
Jadi permasalahan ini terjadi saat pagi-pagi sekali Orion yang sudah duduk anteng di ruang makan dengan mengenakan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam tak lupa dengan name tag yang menggantung di dadanya, menandakan bahwa anak itu sudah siap untuk pergi ke kampus.
Keluarga Nataprawira yang melihat si bungsu sudah rapih dan siap berangkat pun tentu saja melarangnya pergi. Satu-persatu dari mereka membujuk Orion agar berdiam diri di rumah saja untuk beristirahat, tapi memang Orion itu anaknya nakal dan keras kepala ia kekeuh untuk tetap pergi ke kampus.
Apa Orion mengancam lagi? Oh kali ini tidak, tapi ia mengeluarkan jurus menangis bombaynya, membuat seluruh keluarga Nataprawira pasrah. Dan berakhirlah dengan si cantik Aletta yang mengantarnya hari ini ke kampus.
Saat ini mobil milik Aletta sudah berada di perkarangan gedung kampus tempat si bungsu menimba ilmu.
"Rion kan udah bilang ga apa-apa, kalian aja yang terlalu berlebihan. Rion janji deh kali ini ga akan capek-capek, mbak jangan marah dong kan Rion jadi sedih, jadi berat nih ngelangkah buat masuk kampusnya." cerocos Orion membuat sang mbak terdiam sejenak.
"Kalau mbak ga ikhlas Rion pergi ke kampus, ya Rion berat dong. Gimana kalau nanti tiba-tiba Rion jatuh dari tangga terus ngegelinding ke bawah gegara mbak ga ikhlas Rion ngampus–"
"Stop disitu! Adek ngomongnya suka ngaco-ngaco aja ah! Yaudah iya iya mbak ga marah kok," sela Aletta cepat seraya menunjukan senyum manisnya tak lupa dengan tangannya yang mengusap kepala Orion lembut membuat sang adik tersenyum lebar.
"Nah gitu dong, kan mbak makin cantik kalau ga marah-marah."
"Ish dasar kamu gombal mulu. Mbak izinin tapi ada syaratnya lho dek,"
Orion yang mendengar kata 'syarat' pun bibirnya berubah seketika membentuk lengkungan ke bawah, "yaah kok pake syarat segala sih, tuh kan mbak emang ga ikhlas."
"Mbak ikhlas ih dek, dengerin dulu. Syaratnya adek ga boleh collapse lagi kaya kemarin, ga boleh kecapekan lagi, bekal nya di makan, obatnya di minum, kalau cape minta istirahat dari kegiatan ospek, apalagi kalau smartwatch nya udah bunyi itu berarti adek ga baik-baik aja. Awas aja kalau kaya kemarin lagi, mbak bakalan suruh ayah buat nuntut kampus ini biar ga ada ospek sekalian," ucap Aletta panjang kali lebar.
Memang jika memberi petuah pada Orion itu tidak mungkin sedikit. Kalau di jabarkan dari seluruh keluarga Nataprawira mungkin petuah-petuah itu bisa menjadi sebuah novel. Iya mereka memang secerewet itu kalau tentang si bungsu, tapi anaknya cuma ngangguk-ngangguk saja, masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Kalau kejadian kemarin sampai terulang lagi, dapat dipastikan oleh tuan besar Gibran mulai besok ospek kampus tidak akan diadakan lagi. Ya seseram itu Gibran kalau sudah urusan ancam mengancam.