Side Story : what if...

1.9K 198 97
                                    

Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 09.00 malam, namun nampaknya anak bungsu Nataprawira masih betah berada di tongkrongannya dan sepertinya tak berniat untuk pulang. Ya, siapa lagi dia kalau bukan Rigel Arsenio Nataprawira? Ia terlihat tengah menghisap sebatang rokok yang ada di sela jarinya lalu mengepulkan asap dari nikotin itu ke udara. Rigel tak sendirian, ia bersama teman-temannya yang lain, ada Barry, Chandra, Dito, dan Raka.

"Udah Gel udah, lo udah abis berapa batang ha? Ga inget lo ada asma apa?!" seru salah satu teman Rigel yang tak lain adalah Dito yang sepertinya mulai jengah melihat sang teman kecilnya yang terus merokok.

Ya, memang diantara teman-temannya Rigel lah yang paling kecil. Umurnya masih 17 tahun sedangkan teman-temannya berumur kisaran 19-21 tahun.

"Iya Gel udah ngapa sih, lo udah abis 3 batang anjir, rokok gue abis entar!" amuk Raka yang langsung mengambil rokoknya yang tergeletak di atas meja.

"Pelit lu anjing," sahut Rigel santai masih menghisap rokok terakhirnya sebelum Raka mengambil bungkus rokok tersebut.

Raka itu bukannya tidak mau berbagi rokok atau pelit, ia tipikal orang yang akan rela berbagi rokok dengan teman-temannya, bahkan di tongkrongan pun Raka yang akan selalu mengeluarkan rokoknya untuk teman-temannya. Tapi tidak dengan Rigel, anak bungsu Nataprawira itu mengidap asma, seharusnya mencium asap rokok saja bisa membuat Rigel sesak napas, namun nyatanya anak itu sangat kuat dalam hal merokok dan itu benar-benar di luar perdiksi bmkg.

Rigel memang bukan perokok aktif seperti teman-temannya yang lain, ia akan merokok di saat kepalanya di penuhi oleh banyak pikiran atau lebih tepatnya saat ia sedang stres.

"Yeee udah bagus gue kasih gratis 3 batang, besok besok ga akan gue kasih lagi liat aja lu!" ucap Raka yang terdengar seperti ancaman namun berhasil membuat Rigel terkekeh pelan.

"Tuh anak emang susah di bilangin, biarin aja biar asma nya kambuh sekalian, biar kapok tuh bocah," celetuk Barry.

"Sialan lo Bar! Bukannya do'ain asma gue sembuh malah do'ain gue kambuh!" sahut Rigel galak.

"Berhenti Rigel!" Chandra yang baru datang setelah selesai dari toilet pun ikut menimpali.

"Udah A udah nih," Rigel menunjukan batang rokoknya yang tinggal sedikit lagi pada Chandra.

"Besok besok jangan ngerokok lagi!" Chandra menepuk-nepuk pelan kepala Rigel.

"Y," sahut sang empunya singkat, padat dan jelas seraya kembali fokus pada ponselnya karena ia akan mem-posting sesuatu.

"Di bilangin malah YA YE YA YE, lo mau gue gebuk hah?!"

"Emang lo berani gebuk gue?" tanya Rigel seraya menatap Chandra dengan tatapan santainya.

"Y-ya ga sih, bisa bahaya kalau gue gebuk lo," jawab Chandra.

"Bisa-bisa nanti langsung berhadapan sama keluarga Nataprawira, serem cok!" timpal Dito.

"Wkwkwk lebay lo pada, mereka ga se serem itu," sahut Rigel.

"Lu pernah ngerasain ga sih tatapan mas Alaska yang begitu mengintimidasi?" tanya Barry dan Rigel hanya mengangkat bahunya tak acuh.

"Ya maksud gue kecuali mas Aka sih wkwk," jawabnya.

"Kan! Makanya sekali-kali lo rasain dah tatapan maut kakak-kakak lo, Gel!"

"Alah mereka doang mah kecil, emangnya gue Orion yang takut sama mereka."

"Busettttttttt gue do'ain semoga setelah ini lo di sidang sama kakak-kakak lo! Ayo do'ain temen-temen!"

"Aamiin.." ucap mereka serempak.

"Sialan, malah di aminin!"

"Awokwokwok!"

HE IS ORION [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang