⌗ ▹ 13

3.8K 462 113
                                    

Bagian ketiga belas

— Happy Reading —

Please vote and comment

"Be Brave"

Pagi ini adalah pagi ketiga dimana Laura bangun di dalam dekapan Revalio. Gadis itu mengerjapkan matanya kemudian tersenyum memandangi wajah pemuda itu yang masih terlelap tenang.

Entah mengapa rasanya begitu nyaman, bahkan sejak ia pindah ke apartemen ini sekalipun dalam tidurnya tidak pernah lagi ia dihantui mimpi buruk.

Beberapa menit setelahnya, Revalio ikut terbangun dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Pemandangan yang ia lihat pertama adalah Laura yang memandanginya juga.

Kalo boleh jujur, Laura saat bangun tidur lebih cantik. Wajah yang polos dan bersih tanpa make up apapun, bibir yang memerah alami dan lembab, lalu rambut yang sedikit acak-acakan tapi gemas.

Duh.. nikmat mana yang engkau dustakan.

Revalio mengeratkan pelukannya pada Laura, tidak ingin gadis itu terlepas. Kemudian kembali memejamkan matanya lagi. Pipi Laura dibuat memerah lagi dan lagi.

Laura mencoba melepaskan pelukan itu, bukannya tidak mau. Namun ada yang harus dikerjakan. "Revalio.. lepas ya? Aku mau masak buat kita berdua."

Laura berusaha melepaskan pelukan Revalio yang makin mengerat. Pada beberapa waktu ia bingung, Revalio ini kadang bersikap dewasa, kadang berlaku seperti bayi besar. Mood Revalio ini tidak bisa tertebak.

"Nggak usah, beli aja nanti dikantin kampus. Lo kan masih sakit pipinya" Titahnya pada Laura sambil mendusalkan wajahnya ke leher Laura.

"Nggak apa-apa Reval ini udah nggak perih kok, semalem aku udah siap-siap loh.. ini sekarang tinggal dimasak aja makanannya." Laura membelai rambut Revalio. Ah gemas sekali sih, sayang gengsinya besar.

Revalio malah membuka matanya dan menatap tajam iris bambi Laura kendati ia masih memeluk dengan erat. "Nurut bisa?"

Baiklah, kalau sudah begini Laura tidak bisa membantah lagi. Ia lemah dengan pemuda itu.

★ ★ ★

Laura telah sampai di kampus setelah melewati drama kecil Revalio yang tidak mau melepaskan pelukannya sama sekali. Laura berangkat dengan Yumna. Niat hati ingin memesan taxi online, pucuk dicinta ulam pun tiba. Yumna malah berhenti tepat didepannya dan mengajak ke kampus bersama.

Gadis itu belum berani berangkat dengan Revalio lagi setelah apa yang ia dapatkan kemarin. Jika diingat-ingat semuanya begitu brutal.

Disepanjang jalan menuju kelas semua nampak normal seperti sebelum tragedi kemarin menimpanya. Laura tidak merasakan sesuatu yang aneh.

Gadis itu menghela nafas lega, huh sepertinya semuanya sudah selesai.

Ketika asik dengan suasana sekitar, tiba-tiba saja langkahnya terhenti karena seseorang menghadangnya. Laura sedikit terkejut.

"Laura gue mau minta maaf." Gadis dengan rambut bergelombang itu mengangkat tangan kanannya, raut wajahnya pucat.

"Minta maaf untuk apa ya kak?" Tanya Laura dengan sopan. Ia benar-benar bingung, kenal saja tidak kenapa minta maaf?

"Pokoknya gue minta maaf untuk semuanya, tolong maafin gue ya La.. gue janji nggak akan ngulangin lagi segala kesahan gue. Gue rela cium kaki lo kalo perlu asal lo mau maafin gue." Laura terhenyak dengan apa yang gadis itu katakan, setelahnya Laura menepuk bahu gadis itu dua kali dengan lembut.

Sudden Marriage [lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang