⌗ ▹ 21

2.9K 365 73
                                    

Bagian kedua puluh satu

- Happy Reading -

★ Please vote and comment ★

"Evil Planner."

Pagi itu Laura terlihat buru-buru sekali. Ia berjalan menelusuri koridor dan melihat ponselnya sesekali. Ada dua atau tiga notifikasi pwnggilan tidak terjawab dari Rosel dan anak-anak UKM dance yang sedang menunggunya.

Memang harusnya ia sudah keluar dari kelas sejak 20 menit yang lalu, tapi seseorang memintanya untuk menjelaskan ulang materi yang dosen telah berikan hari ini. Dimintai tolong begitu, mau tidak mau Laura tetap membantunya karena rasa tidak tega jika ada orang lain yang merasa tertinggal.

Selagi bisa membantu, kenapa tidak?

kaki jenjang itu menyusuri koridor tanpa ragu sebelum sekelebat ingatan terlintas di kepalanya. Ia refleks berhenti dan menepuk jidatnya pelan, "Oh iya, baju ganti aku!" Serunya.

Laura memejamkan mata lalu menarik nafas dalam, bisa-bisanya ia meninggalkan sepasang pakaian yang ia bawa khusus untuk berlatih di dalam kelas.

Laura melihat kearah ponselnya yang tidak berhenti berdenting, lagi-lagi yang berisik adalah notifikasi dari anak UKM dance yang sudah mulai berlatih mungkin sejak 5 menit yang lalu. Karena fokus dengan layar ponselnya. Laura tidak sadar ketika seseorang berjalan dari belakang tubuhnya.

Brukk!

Tabrakan itu tak terhindarkan saat Laura membalikan badan. Ia meringis saat merasakan sedikit rasa sakit di pantatnya akibat jatuh terduduk diatas lantai koridor.

"Aduh.." keluhnya.

Sejenak ia melihat seseorang itu mengulurkan tangannya pada Laura.

"Sorry, gue nggak sengaja nabrak lo."

Laura mendongak dan membulatkan matanya saat menemukan Abidzar Hanafi. Salah satu pemuda yang berada di jajaran most wanted yang pernah Laura tolak.

 Salah satu pemuda yang berada di jajaran most wanted yang pernah Laura tolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial.

Melihat itu, Laura tidak segera menerima uluran tangan dari Hanafi dan berusaha bangun. Merasa bantuannya tidak diidahkan, Hanafi menarik kembali tangannya dan membiarkan anak itu bangun dengan usahanya sendiri.

Saat berhasil bangun, Laura meminta maaf dengan sedikit membungkuk sopan. Tanda bahwa ia menghormati kakak tingkatnya itu.

"Maaf juga ya kak, aku buru-buru tadi."

Hanafi tersenyum dengan tipis dan ringan. Katakan siapa yang tidak akan senang dan ikut tersenyum saat melihat mantan ketua Bem itu tersenyum.

"It's okay La.."

Kerutan samar terlihat di dahi pemuda itu saat si gadis justru semakin terlihat terburu-buru. Ketika Laura hendak beranjak, dengan cepat Hanafi menahan tangan Laura.

Sudden Marriage [lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang