⌗ ▹ 27

3K 387 143
                                    

Bagian kedua puluh tujuh

- Happy Reading -

★ Please vote and comment ★

"'Cause there'll be no sunlight and clear skies If I lose you, baby"

Revalio baru saja sampai di apartemennya setelah pulang dari rumah milik Jessa. Hari itu sungguh melelahkan baginya, ia sama sekali tak bersemangat.

Sejenak ia merogoh sakunya untuk melihat handphone miliknya, membuka aplikasi pesan yang biasanya akan ada banyak pesan dari Laura.

Mata elang itu berpendar, menemukan bahwa masih tidak ada satupun pesan yang masuk.

Menghela nafas, dengan perasaan kecewa pemuda itu memasukkan pin dengan malas.

Click

Pintu itu berhasil dibuka. Aroma Lavender langsung menyergapnya begitu saja. Revalio memejamkan mata dalam, mengingat jika Lavender adalah pewangi yang Laura sering beli akhir-akhir ini karena gadis itu menyukainya.

Bahkan baru pewangi ruangan saja langsung bisa membuat Revalio ingat dengan sosok Lauranya yang kini entah kemana.

Revalio memasuki kamar dengan langkah gontai, sesampainya di kamar ia langsung berbaring.

Saat memejamkan mata, pikirannya menerawang, mencari-cari dimana agaknya Laura saat ini. Hatinya tak tenang, memikirkan dimana Laura, apakah gadisnya sudah makan atau belum? Apakah gadis itu sehat?

Rasanya begitu menyakitkan saat melihat sedikit pakaian laura yang masih tercecer disana.

Gadis itu benar-benar tak kembali untuknya.

Jika dahulu ia adalah manusia yang paling bahagia ketika Laura pergi. Maka sekarang adalah kebalikannya.

Padahal baru beberapa jam Laura pergi, namun Revalio langsung dibuat kelimpungan.

Andai saja ia menjelaskan seadanya, andai saja ia tidak kelepasan mengasari gadisnya.

Penyelesalan itu lantas tak ada arti karena karma itu ada.

Dipungutnya sebuah piyama yang tergeletak di bawah kasur mereka. Piyama itu biasa Laura kenakan dan kebetulan tidak dibawa oleh gadis itu karena terburu-buru. Sedetik kemudian Revalio memeluknya, menghirup dalam aroma istrinya yang tertinggal disana dengan dalam. "Maaf.."

Disana Revalio sadar, bahwa ia sama sekali tidak bisa tanpa laura yang biasa menemani hari-harinya. Yang biasa memperlakukannya dengan lembut. Yang selalu sabar dalam menghadapi sikapnya.

Lantas bagaimana jika gadis itu menginginkan sebuah perpisahan? Mendadak Revalio juga nerasa tak pantas untuk gadisnya yang baik.

Pertanyaannya adalah apakah dia masih bisa bernafas jika separuh hidupnya berhenti menginginkannya?

Revalio tidak yakin ia akan bisa.

Namun, ia bisa apa?

Kesalahannya sendiri yang membuat semua ini menjadi runyam.

★ ★ ★

"Lauraaa!"

Suara melengking itu mengejutkan Laura yang tengah memasak sebuah sup jamur. Gadis itu berniat membuat makan siang untuk mereka berdua. Laura merasa lapar setelah tampil dan terjadi masalah tak terduga di kampus mereka.

Ia tak sempat makan dan hanya menangis hingga saat ini Kaira adalah orang yang bisa membawanya kabur.

"Iya kai?" Jawabnya sambil mendongak ke arah Kaira.

Sudden Marriage [lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang