⌗ ▹ 29

3K 422 219
                                    

Bagian kedua puluh sembilan

- Happy Reading -

★ Please vote and comment ★

"Laura, you are wrong."

N. Tolong jangan jadi siders.. aku sedih :)

Pagi itu Revalio tengah merenung sambil memperhatikan banyak dokumen yang tergeletak di meja kerjanya. Pemuda itu memutar bolpoin yang kini ada ditangannya lalu metekannya karena ia tiba-tiba ingin melonggarkan dasi yang terpasang di lehernya.

Cogil? entah mengapa pemuda itu terkekeh geli. Yang benar saja?

Masa iya menjadi cogil sih?

Imagenya yang seperti ini? Harus diubah menjadi seperti Mario yang murahan itu? Ah rasanya seperti tak mungkin saja.

Di awal Revalio memang sudah menyerahkan semuanya pada Tuhan, karena ia merasa bahwa dirinya ini sangat tidak pantas bagi Laura yang lemah lembut dan sabar.

Namun semakin mencari gadis itu, semakin tak rela juga jika suatu saat Laura akan dimiliki oleh orang lain selain dirinya. Laura itu terlalu sempurna.

Biarlah ia egois, menahan kesempurnaan itu untuknya sendiri. Revalio bertekad membawa Lauranya pulang. Revalio bertekad mengembalikan semuanya termasuk memperbaiki dirinya.

Ia harus mendapatkan Laura kembali.

Perlahan namun pasti, pemuda itu mulai menyusun rencana. Dan kali ini ia akan mengesampingkan egonya, demi mengembalikan gadis favoritnya kedalam pelukan.

Ia ingin Laura mencintainya, dan terus mencintainya.

★ ★ ★

Air mata Laura tidak berhenti mengalir selepas mengirimkan pesan itu kepada teman-temannya. Ia jelas sadar dengan apa yang ia ketik. Sejak dari awal ia menyalahkan semuanya atas dirinya sendiri.

Mengetahui bahwa teman-temannya juga terlibat dalam kasus Hanafi lantas tak membuat dirinya tenang, ia justru terlihat semakin merepotkan semua orang.

Laura tidak ingin hal itu terjadi terus-menerus.

Satu lagi, Revalio mencarinya? Benarkah?

Untuk apa Revalio mencari dirinya yang memang tak berharga? Ia yakin teman-temannya hanya beralibi supaya ia mau pulang. Rasa-rasanya tak akan pernah terjadi karena orang yang paling tidak menginginkannya hanyalah Revalio.

Kaira sendiri bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Gadis itu hanya memandangi Laura yang menangis di dekat jendela sepanjang waktu. Ia sendiri bingung harus bersikap seperti apa sebagai seorang teman.

Kendati di awal ia sangat bersemangat membuat Revalio jera, namun setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pun secara tiba-tiba membuatnya merasa iba pada sosok Revalio yang dingin. Namun bagaimana pun, Revalio tetaplah salah. Kata-kata yang keluar dari mulut bangsatnya lah yang membuat Laura se pesimis sekarang.

Tapi jika dipikir lagi, pada dasarnya semua salah dan semua harus bertanggung jawab. Termasuk Revalio yang super duper tsundere, lalu Laura yang sangat amat pesimis. Kalo boleh jujur, Kaira menganggap mereka berdua ini bodoh.

Ditambah teman-teman Kaira yang sering sekali menanyakan kabar Laura padanya akhir-akhir ini cukup membuatnya bingung. Masa iya dia harus mengatakan bahwa Laura depresi? Kan tidak mungkin.

"Bentar lagi gue yang gila." Keluhnya sambil memandang Laura dari jauh.

Kaira mencoba memahami dari sisi Laura yang mendapatkan tekanan dari banyak pihak, keluarganya, suaminya, orang-orang tak tau diri seperti dirinya dulu juga. Pasti membuat gadis itu merasa stress.

Sudden Marriage [lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang