⌗ ▹ 23

3.5K 401 146
                                    

Bagian kedua puluh tiga

- Happy Reading -

★ Please vote and comment ★

"Would you trust me?"

Malam itu, Laura tengah duduk di depan meja rias kamarnya bersama Revalio. Gadis cantik itu melihat kearah pantulan dirinya yang belum siap sama sekali. Ia masih mengenakan bathrobe tanpa sehelai pakaian pun melekat disana, bahkan tanpa segaris make up yang mewarnai wajah ayunya. Gadis itu baru saja selesai mandi.

Laura mulai melakukan treatment khusus pada kulitnya sebelum lebih jauh lagi dalam bersiap. Laura selalu merawat kulitnya supaya tetap sehat sebelum dibubuhkan make up yang lumayan berat.

Disisi lain, Revalio sudah siap mengenakan setelan kemeja dan celana serba hitam lengkap dengan dasi yang menggantung di leher kokohnya, hanya saja rambut milik pemuda itu masih berantakan.

Sang pemuda sedikit terkejut saat memasuki kamar, ia melihat presensi Laura yang masih menyiapkan diri dengan duduk tenang di depan cermin.

Revalio tidak marah, justru ada rasa senang entah mengapa.

Gadis itu memintanya untuk membantu bersiap bukan?

Dengan senyuman misterius, pemuda itu mulai mendekat.

"Tadi katanya mau dibantu?"

Suara itu menyapa telinga Laura terlebih dahulu. Memecah keheningan yang sedari tadi terbentang diantara mereka. Mendengar itu refleks membuat Laura membulatkan mata terkejut, tidak menyangka bahwa suaminya akan menganggap serius.

Sang gadis nampak menatap kearah cermin dimana dari sana terdapat pemandangan suaminya yang berjalan mendekat. Sialnya pemuda itu sangat tampan meskipun rambutnya belum tertata, dasi panjangnya juga masih miring.

Sambil mengerucutkan bibir, Laura berbicara mengenai hal yang membuatnya bingung. Meskipun masih terkejut, Laura cukup senang dengan kedatangan Revalio.

"Mending digerai atau digelung ya Reval?"

Revalio tidak langsung bereaksi dengan pertanyaan Laura yang tidak menjawab pertanyaan sebelumnya. Pemuda itu hanya diam, memasukan tangannya ke saku celana sambil mengetukkan ujung sepatu mahalnya ke lantai kamar mereka. Bersikap seolah menimang jawaban dari pertanyaan yang Laura berikan.

"Hm.. kalo lo nyaman, digelung aja biar nggak gerah."

Jawaban itu membuat Laura puas, si gadis nampak tersenyum. Salah satu hal yang membuatnya semakin suka dengan Revalio adalah, pemuda itu tidak pernah mengatakan terserah dan selalu menyertai keputusan dengan alasan.

"Apa nanti acaranya bakal lama?" Ujar Laura sambil masih menatap pantulan wajahnya di cermin.

Revalio menghendikan bahunya, berjalan mendekat tepat di belakang tubuh Laura. Lalu Laura terjengkit saat Revalio dengan santai meletakan kedua tangannya ke bahunya.

Pemuda itu lantas merendahkan tubuhnya untuk mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Laura.

"Biasanya bakal sedikit lama."

Jantung Laura berdesir, Revalio selalu berhasil membuatnya merasa aneh.

Revalio sendiri juga tidak mengerti mengapa ia melakukan hal semacam ini. Ia bukan perayu, bahkan dekat dengan wanita pun sebelumnya tidak pernah.

Ia hanya merasa cepat cemburu, senang bertindak 'kurang ajar', arogan, dan melakukan hal gila lainnya hanya saat ia berada di dekat Laura.

Garis bawahi, hanya Laura.

Sudden Marriage [lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang