Bab 13 - Penjelajahan Pertama

12 1 0
                                    

Setelah nyaris dua bulan dalam perawatan ketat induk naga, akhirnya, hari itu, Lira diijinkan untuk keluar bersama Koln. Bukan hanya diijinkan, tapi juga diperbolehkan untuk terbang! Selama dua bulan ini Koln sudah semakin mahir terbang, dia bahkan sudah bisa dengan cukup lincah terbang cepat melewati sela-sela perbukitan, meskipun belum setangkas kakak-kakaknya.

Luka di tubuh Lira belum sepenuhnya pulih, masih ada sedikit jahitan di sana sini yang belum kering benar, tapi secara keseluruhan, dia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya, meskipun harus berhati-hati. Dia juga belum bisa (dan belum diperbolehkan) memanjat apapun. Tapi pagi ini sepertinya induk naga sedang dalam suasana hati yang bagus. Ia membolehkan Lira dan Koln keluar - terbang jika mereka mau, dengan syarat tidak boleh melakukan hal-hal berbahaya apapun dan harus kembali tepat wakut saat makan siang. Maka hari itu, untuk pertama kalinya Lira terbang bersama Koln dalam keadaan sadar! Sungguh menyenangkan rasanya. Meskipun sudah sering terbang bersama para naga, tapi rasanya sungguh berbeda, ketika kau terbang bersama sahabatmu, merasakan hembusan angin yang menerpa tubuh dan rambutmu, sambil melihat bentang alam yang sungguh luar biasa di bawah sana! Hari itu cerah, dan seluruh lembah dapat terlihat dengan jelas saat mereka melintasinya. Mereka bisa menyaksikan dengan jelas sungai yang berkelok bagaikan ular berwarna keperakan diantara hamparan hijau tak terhingga yang sangat membuai mata. Juga bukit-bukit batu yang curam dan misterius, yang tersaput sedikit awan seperti malu-malu menunjukkan kemegahannya. Hanya deru angin yang terdengar, membisikkan kebebasan dan masa depan di telinga mereka. Mereka bukan anak-anak lagi, dan masa depan serta menjadi dewasa menjadi sesuatu yang sangat misterius di depan mereka! Seperti lembah dan gunung-gunung batu, hilang dan timbul ditelan kabut. Misterius namun mempesona, anggun sekaligus menakutkan, sama seperti masa depan mereka! Lira berpegangan pada sirip Koln. Dia dapat merasakan sejuknya sirip tersebut menempel di tubuhnya, dan dia merebahkan kepalanya, sehingga ia bisa merasakan sejuk itu di pipinya yang kemerahan. Di antara deru angin yang menerpa, ia dapat menangkap denyut jantung Koln samar di telinganya. Dia sangat menyayangi Koln dan keluarga naga, dan sepertinya dia bisa melakukan ini seumur hidup!

"Apakah kau baik-baik saja?" Koln bertanya, saat menyadari Lira yang terdiam dari tadi. 

"Ya. Aku baik-baik saja, Koln!", kata Lira. "Aku hanya ingin menikmati semua ini, terbang bersamamu, melihat pemandangan dari atas seperti seekor burung, dan merasakan betapa tempat ini sangat indah. Aku ingin melihatnya selama mungkin, dan merekamnya dalam memori sebanyak mungkin, agar aku tidak melupakan tempat ini, bahkan jika aku sudah mati nanti!" 

"Tapi kau kan akan tinggal di sini selamanya, jadi untuk apa kau bersusah payah memasukkannya dalam otakmu?" 

Lira tidak menjawab pertanyaan Koln. Pikirannya terasa campur aduk saat itu, antara sedih tapi bahagia. Ia merasa bersyukur atas segala limpahan kasih sayang yang lebih dari cukup yang diberikan keluarga naga padanya, tapi sekaligus merasa bersalah atas pikiran-pikirannya tentang dunia manusia. Apakah ia telah mengkhianati cinta keluarganya? Dia tidak pernah mengatakan perasaannya ini pada Koln, karena tahu bahwa sahabatnya tersebut tentu akan sedih - kalau tidak salah sangka, dengan apa yang ia pikirkan. Tapi perasaan Lira seakan tak terbendung. Dia sangat ingin mengenal lebih jauh tentang manusia, dan lebih jauh lagi, dia ingin mengetahui tentang asal-usulnya. 

Puas menjelajah lembah, akhirnya mereka memutuskan untuk menuju ke gua rahasia, tempat yang sudah begitu lama mereka nantikan untuk dikunjungi. Tempat itu sebenarnya terletak tak jauh dari tempat Lira terjatuh, tapi seperti kata Koln, tak ada jalan setapak untuk menuju tempat ini. Satu-satunya jalan adalah terbang dari angkasa, atau menggunakan tali yang sangat panjang dari atas bukit. 

Tempat tersebut masih sama seperti ketika Koln meninggalkannya beberapa bulan yang lalu. Tanaman perdu yang tumbuh di mulut gua tumbuh semakin lebat, menutupi pintu masuk gua tersebut, sehingga mereka harus bersusah payah menemukannya. Untuk masuk ke dalam gua juga tidak terlalu mudah, karena perdu tersebut tumbuh dengan sangat lebat. Tapi akhirnya, mereka berhasil masuk ke dalam gua! 

Petualangan Lira dan Para NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang