Bab 14 - Masa Lalu dan Masa Kini

12 1 0
                                    

Seperti sudah disepakati sebelumnya, baik Lira maupun Koln tidak mengatakan kepada siapapun tentang kunjungan mereka ke gua rahasia tersebut. Mereka tidak ingin ada siapapun selain mereka berdua yang mengetahui tempat tersebut. Setelah kunjungan mereka yang terakhir, setidaknya sudah tiga kali mereka kembali ke gua tersebut. Dan setiap kembali ke sana, mereka kembali memeriksa seisi gua tersebut dengan seksama, tapi kembali tidak menemukan apapun - tidak ada petunjuk apapun mengenai siapa yang meletakkan benda-benda tersebut di situ ataupun apa maksudnya. 

"Bahkan seekor tikuspun tak bisa bersembunyi di sini", komentar Koln. 

Tiap kali kembali ke tempat tersebut, Lira selalu membongkar isi peti tersebut dan mengeluarkan selimut-selimut yang ada di dalamnya. Ia tak henti-hentinya membaui selimut tersebut, merasakan kainnya yang lembut, dan mencoba dengan nyaris mustahil untuk memanggil kembali kenangan masa lalunya, saat ia masih bayi, apakah tekstur kain yang lembut dan nyaman tersebut, bau kayu yang tercium di sela-sela serat kainnya, berhasil memanggil kembali kenangan masa lalunya. Tapi, seperti halnya kau mencoba mengingat sesuatu dalam tidurmu, hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Dia tahu bahwa induk naga masih menyimpan selimut yang dulu digunakan untuk membungkus tubuhnya saat masih bayi, tapi dia terlalu takut untuk meminta selimut tersebut pada induk naga. Dia harus memiliki alasan yang cukup bagus agar mamma tidak curiga. Tapi berada di antara selimut-selimut tersebut, merasakan serat-serat halus tersebut menempel nyaman di kulitnya, seolah-olah ia ingin membangkitkan kembali memori apapun yang mungkin masih tersisa dalam otaknya. Ia sebenarnya ingin sekali berlama-lama di gua tersebut, hanya sekadar untuk merebahkan tubuhnya dalam selimut hangat tersebut, dan memeluk sepatu bayi tersebut erat-erat di dadanya, tapi hal itu tidak dapat dilakukannya karena Koln ada bersamanya. Andai saja memungkinkan, jika saja luka-lukanya sudah lebih baik dan dia dapat bergerak sebebas dulu, mungkin ia akan mencoba mengusahakan cara nekad apapun agar bisa kembali ke tempat tersebut sendirian. Sekarang, karena ia harus bergantung pada Koln untuk bisa sampai ke tempat tersebut, maka sungguh tidak mungkin baginya untuk meminta Koln pergi dan meninggalkannya sendirian. Dia pasti akan tersinggung! 

Sementara itu, Koln sendiri tidak dapat menangkap keresahan hati Lira. Setiap kali Lira mengajaknya kembali ke gua tersebut, ia menganggap bahwa itu hanyalah sekadar ajakan untuk berpetualang seperti biasanya. Dan sikap Lira yang banyak diam jika mereka berada di gua rahasia tersebut, hanya bermain-main dengan selimut yang entah apa maksudnya itu, itu karena Lira belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya. 

Selama berhari-hari Lira mersakan kegelisahan tersebut menyelimuti hatinya. Di malam hari, saat ia meringkuk sendiri di ceruknya, ia akan mengeluarkan liontin dan kalung yang ditemukannya di gua tersebut, dan mencoba mengamatinya dalam keremangan cahaya gua. Hanya di malam hari itulah ia memiliki kesempatan untuk memeriksa liontin tersebut, saat ia sendirian di dalam kamarnya. Liontin tersebut hanyalah sebuah liontin sederhana, dengan bentuk hati dan ukiran fleur de lis di atasnya, dengan kalung rantai tipis berwarna emas. Berkali-kali Lira menciumi kalung dan liontin tersebut, dan dia menghabiskan malam-malamnya dengan khayalan akan asal-usulnya, bahwa siapapun yang meninggalkan benda-benda tersebut di gua rahasia adalah mereka yang tahu asal-usulnya. Mungkin ia adalah putri raja dari kerajaan yang jauh, yang sengaja diasingkan karena diburu oleh musuh-musuh ayahnya. Mungkin kedua orangtuanya adalah penjelajah yang tersesat di Pegunungan Sunyi - mungkin mereka tengah mencari rahasia obat-obatan atau mencari harta karun entah dimana, dan terpaksa harus meninggalkan Lira di sarang naga, karena mereka tahu naga di Pegunungan Sunyi sangatlah baik dan akan menerimanya. Jika penjelajahan mereka telah usai, jika mereka telah menemukan harta karun tersebut, maka mereka akan menjemput Lira pulang. 

Mungkin karena malam-malam yang ia habiskan untuk berkhayal yang membuatnya susah tidur, mungkin juga karena pikiran-pikiran dan kegelisahan yang membebani hatinya tanpa tahu kepada siapa ia bisa bercerita, membuat Lira jatuh sakit. Ia demam, badannya terasa panas, namun tubuhnya menggigil kedinginan. Ia hampir tidak bisa menelan apapun yang disodorkan induk naga, bahkan ramuan Livet Gras pun tidak bisa membantunya. Selama berhari-hari ia hanya meringkuk murung di ceruknya. Ia bahkan tidak menggubris ajakan Koln untuk makan ataupun sekadar keluar dari ceruknya untuk merasakan hawa segar. Lira merasa lemas, campuran antara demam, kurang energi dan kurang istirahat. 

Induk naga sangat cemas dengan keadaan Lira tersebut. Maka, setelah hampir lima hari terpuruk tak berdaya, kembali ia membawa Lira ke klinik Tuan Dokter. Ini pertama kalinya Lira sakit yang serius sejak ia tinggal bersama keluarga naga. Selama ini, tubuhnya selalu sehat dan bugar karena induk naga sangat menjaga asupan makanannya, termasuk juga ramuan-ramuan yang sering dikonsumsi para naga untuk menjaga stamina mereka. Lira juga aktif bergerak, sehingga tubuhnyapun bugar dan berotot untuk anak seusianya. Namun, hari itu, karena sudah berhari-hari kehilangan nafsu makan, tubuhnya nampak kurus, sinar matanya kuyu, dan dia sama sekali tidak bersemangat. 

"Wah, wah, wah! Ada apa dengan gadis petualang cilik kita?" kata Tuan Dokter ketika memeriksa keadaan Lira. 

Sepertinya, Lira terkena demam musim dingin - meskipun saat itu masih menjelang musim gugur. Demam ini sangat umum menjangkiti masyarakat di sekitar Ebersberg, terutama bagi mereka yang tidak mendapatkan cukup asupan gizi dan nutrisi. Perpaduan antara hawa dingin, udara yang kering, serta kekurangan nutrisi, membuat tubuh manusia lemah, sehingga mudah terserang penyakit. Ditambah lagi, Lira tinggal di atas gunung, yang tentu memiliki hawa yang lebih dingin jika dibandingkan di Ebersberg yang terletak di bawah. 

Tuan Dokter memberikan resep berupa madu, minuman herbal yang akan menghangatkan tubuhnya, dan berpesan keras supaya Lira makan apapun yang disajikan induk naga. Tuan Dokter mengizinkan mereka pulang, meskipun sebenarnya, dalam hati kecilnya, Lira sangat ingin tinggal di klinik Tuan Dokter. Bukan karena ia tidak lagi menyukai sarangnya, tapi dalam khayalannya yang menyiksa selama beberapa hari ini, Lira berpikir bahwa mungkin ada baiknya kalau ia menyelidiki mengenai asal-usulnya, dan gua misterius itu, dari Ebersberg. Mungkin akan ada orang yang mengingat, bertahun-tahun lalu, jika ada pengelana yang membawa seorang bayi ke Ebersberg. Atau mungkin orang asing yang melintas, atau siapapun! Ebersberg adalah kota terpencil di kaki gunung yang jarang didatangi pelancong, jadi siapapun orang asing yang melewati tempat tersebut pasti akan mencurigakan dan mudah untuk diingat. Tapi sayangnya, hal itu tidak bisa ia lakukan sekarang. 

"Baiklah", batin Lira. "Aku akan mencoba untuk segera sembuh, dan meminta tolong Koln untuk membantuku menyelidiki semua misteri ini". 

Lira tidak menyadari bahwa keinginannya tersebut sebentar lagi akan menjadi kenyataan, tapi dengan cara yang benar-benar berbeda! 

Petualangan Lira dan Para NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang