Bab 57 - Gerbang Surga

6 1 0
                                    

Baik Lira maupun Koln tidak merasakan sedikitpun rasa takut ataupun tegang saat tubuh mereka bersama-sama meluncur ke bawah. Apa yang saat ini mereka rasakan hanyalah perasaan bebas, tenang, dan kedamaian yang membuncah. Dalam sekejap, mereka merasakan bahwa semua emosi nagatif yang meliputi mereka hilang seketika, tergantikan oleh kepasrahan dan kedamaian. Mereka hanya mengharapkan satu hal - bahwa perang antara manusia dan naga tidak akan terjadi, dan mereka siap membayarnya dengan apapun, bahkan jika hal tersebut harus ditebus dengan nyawa mereka. 

Mereka memejamkan mata, dan merasakan udara dingin dan gesekan angin yang mengiris tubuh mereka bagaikan sayatan pisau-pisau tajam dan dingin. Tapi hati dan pikiran mereka telah terbebas dari segala kehendak dan nafsu apapun, sehingga mereka merasakan rasa perih yang menyayat tersebut dengan bersyukur. "Jika ini yang harus kami bayar, maka kami akan melakukannya dengan senang hati" - batin mereka, hampir bersamaan. 

Mereka terus meluncur jatuh ke bawah. Entah sampai seberapa tinggi mereka berdua tadi terbang, tapi sepertinya mereka terus meluncur seperti tak akan pernah berakhir. Sampai kemudian akhirnya, sebuah cahaya terang seakan-akan meledak di depan mata mereka, dan udara dingin serta angin yang menyayat tadi tiba-tiba saja berubah menjadi gumpalan udara yang hangat, yang dengan lembut menyelimuti tubuh mereka bagaikan selimut hangat yang sangat nyaman. Dalam sekejap, seperti halnya seperti ketika mereka meluncur turun, tiba-tiba saja udara di sekitarnya seolah-olah berhenti dengan mendadak, dan mereka melayang dengan lembut sebelum akhirnya mendarat di permukaan datar. Mereka berduapun membuka mata mereka. 

Saat pertama kali membuka matanya, baik Lira maupun Koln terkejut mendapati sinar cahaya terang yang tiba-tiba saja mengelilingi mereka. Saat sudah berhasil membiasakan diri, mereka menyadari bahwa mereka berada di sebuah tempat yang sangat terang, dengan gumpalan awan dan kabut yang memancarkan cahaya, serta pohon-pohon raksasa yang mengelilingi mereka. Mereka belum pernah sekalipun melihat pohon seperti itu, batangnya berwarna coklat berkilauan, dan daunnya yang rimbun kehijauan juga berkilauan dengan indah. Di antara daun-daunnya yang rimbun dan kehijauan, menyembul buah-buah berwarna merah delima yang juga berkilauan dengan sangat indah. Di bawah pohon-pohon tersebut mengalir sebuah sungai kecil dengan airnya yang jernih dan juga berkilauan. Seluruh benda di tempat tersebut berkilau dan sangat indah, yang membuat mereka berdua merasa sangat terharu dan hampir meneteskan airmata melihat hal seindah itu. 

"Di manakah kita, Koln? Kenapa kita tidak pernah melihat bagian lembah ini?" tanya Lira akhirnya, sambil turun dari punggung Koln. Saat menginjakkan kakinya di atas rerumputan, ia bisa merasakan lembutnya rumput tersebut menyapu kulitnya, memberikan sensasi segar yang menjalar sampai ke sekujur tubuh.  

Koln menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu. Mungkin ini bagian lembah yang sangat jauh dari tempat kita biasanya menjelajah" 

Mereka berdua mengamati tempat tersebut. Sungai kecil tersebut mengalir menuju ke bagian lain lembah yang ditumbuhi rerumputan yang juga berkilauan dengan sangat indah. Aliran air tersebut berasal dari sebuah bukit kecil di kejauhan, yang terdiri dari bebatuan berwarna hitam berkilau yang nampak sangat indah. Di antara perbukitan tersebut, terlihat pohon-pohon yang juga berkilauan, dengan buah berwarna-warni yang sangat memukau. Baik Lira maupun Koln tidak dapat melepaskan pandangannya ke arah bukit tersebut. 

"Kita ke sana?" tanya Lira, yang dijawab dengan anggukan Koln. 

Iapun segera menaiki punggung Koln, dan bersama-sama mereka terbang ke arah bukit tersebut. Saat mengepakkan sayapnya, ia merasakan bahwa udara di sekitarnya serasa ringan. Ia dapat mengepakkan sayapnya dengan sangat mudah, sehingga rasa pegal dan perih yang tadi dirasakannya saat terbang dengan kecepatan tinggi menghilang begitu saja. Dan di luar dugaan, meskipun mereka terbang dengan perlahan, tapi bukit tersebut dapat mereka capai dalam waktu kurang dari sepuluh menit. 

Sepanjang perjalanan menuju bukit tersebut mereka tak henti-hentinya mengagumi pemandangan lembah yang sangat memukau tersebut. Mereka sama sekali tidak menyangka, bahwa di antara bebatuan dan perbukitan yang terjal di pelosok jauh Pegunungan Sunyi, terdapat tempat seindah dan sesubur itu, tersembunyi selama bertahun-tahun dari jangkauan siapapun. 

Sesampainya di tempat yang mereka tuju, mereka dapat melihat bahwa bukit tersebut terdiri dari batu granit berwarna hitam pekat yang berkilauan. Di antara bebatuan tersebut, tempat di mana terlihat air sungai menyembul di antara sela-selanya, terdapat sebuah gerbang yang hanya terdiri dari dua tiang pancang sederhana berwarna merah, dengan ujung atasnya terhubung oleh tiang yang juga berwarna senada, memberikan kesan seolah-olah gerbang tersebut adalah sebuah pintu tanpa daunnya. 

Lira turun dari punggung Koln, dan bersamaan mereka melangkah menuju gerbang merah tersebut. Tepat beberapa langkah sebelum mereka sampai di sana, tiba-tiba saja mereka melihat sebuah tirai cahaya terang muncul di antara kedua tiang tersebut, seolah-olah membentuk daun pintu dari kumpulan cahaya yang menyilaukan. Tak berapa lama setelah itu, tiba-tiba saja, di hadapan mereka muncul seekor naga. Naga tersebut sangat besar, bahkan untuk ukuran naga dewasa sekalipun. Ukurannya mungkin dua kali besar naga dewasa. Dan seperti semua benda di tempat ini, naga tersebutpun memiliki sisik yang juga berkilauan dengan sangat indah. Sisik-sisiknya berwarna hitam pekat, namun memancarkan warna-warna yang sangat indah saat ia bergerak, sehingga selain ukuran tubuhnya yang sangat besar, indahnya cahaya yang terpancar dari sisik-sisik tersebut juga membuat mereka sangat terpesona. 

"Halo, selamat siang!" kata naga tersebut. Suara yang keluar dari mulutnya terdengar lembut, ramah dan lambat, kontras dengan tubuhnya yang besar dan wajahnya yang menunjukkan ketegasan. "Selamat datang di Gerbang Surga. Saya Smeagog, penjaga Gerbang Surga, siap menjawab pertanyaan kalian mengenai tempat ini".  


Petualangan Lira dan Para NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang