Bab 64 - Menyelamatkan Dunia

13 1 0
                                    

"Smeagog!" kata Lira dan Koln bersamaan. 

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lira. Mereka berdua keheranan demi melihat naga sakti tersebut muncul di dunia manusia. 

"Aku mendengar ada yang mengucapkan mantra permohonan", katanya, masih dengan mengepakkan sayapnya, menjaga agar tubuhnya tetap stabil mengambang di udara. 

"Permohonan?" tanya Lira kebingungan, sebelum kemudian sadar - "Oh, apakah maksudmu tulisan yang ada di pedang ini?" tanyanya. 

"Hmmm ... yaaa", kata Smeagog, masih dengan nada bicaranya yang lamban. "Mantra itu, mantra yang disematkan Salazar di pedang itu"

"Apa maksudmu???" tanya Koln dan Lira, semakin keheranan. 

"Well, sebenarnya, Salazar yang menciptakan mantra tersebut. Dia membuat permohonan terakhir di kolam ajaib untuk menyatukan dunia, dan menyematkannya pada pedang tersebut", kata Smeagog, sambil mengerjabkan matanya yang besar. "Sebenarnya ... mantra tersebut tersemat padaku, siapapun yang mengucapkan mantra itu, aku harus membantunya untuk mencapai tujuannya"

"Jadi, selama ini kamu mengetahui semua ini???" kata Lira dan Koln hampir bersamaan, dengan nada jengkel. Sungguh mengesalkan, jadi setelah semua hal membingungkan ini, ternyata Smeagog adalah kunci dari semua permasalahan ini! Dia memiliki kekuatan untuk membantu mereka sejak awal, tapi bahkan naga tersebut tidak mau repot-repot memberitahu mereka, dan malah justru membiarkan mereka berputar-putar dalam kebingungan. 

"Yah, ... sebenarnya, aku juga yang meletakkan pedang itu di sini. Setelah mengantarkanmu ke sarang induk nagamu". Ia mengatakannya dengan sedikit malu-malu, menyadari bahwa dia sebenarnya memiliki banyak jawaban atas semua kebingungan ini. 

"Astaga!!!" kata Lira kesal. "Dan bahkan kau tidak merasa perlu memberitahu kami sejak awal dan membuang-buang waktu dengan membiarkan kami berputar-putar dan meratapi nasib karena pikiran-pikiran aneh yang muncul gara-gara hutan ajaib menyeramkan itu!"

Tapi Smeagog tidak mempedulikan kemarahan Lira. Ia justru memasang tampang polos, dan berkata, "Aaah, jadi kalian sudah berhasil melewati hutan ajaib dan lolos ujian hati nurani!" katanya. "Percayalah, tidak banyak yang bisa melaluinya. Kebanyakan makhluk yang berhasil sampai ke Gerbang Surga dan melewati hutan ajaib itu, mereka akan mengubah pendiriannya dan justru malah mengucapkan permohonan lain yang berbeda dari tujuan awal mereka! Karena hutan itu menyentuh hati nurani kalian, menggali perasaan paling dalam dari pikiran kalian yang bahkan mungkin kalian tidak pernah menyadarinya". 

Lira menghela napas dengan kesal. Percuma saja berdebat dengan makhluk ajaib tersebut. Semua hal yang berasal dari Gerbang Surga dan dunia di baliknya berjalan dengan cara yang berbeda dari persepsi manusia pada umumnya, dan mereka memiliki jalan sendiri yang jauh melebihi kebijaksanaan dan nalar manusia. Dan, meskipun menjengkelkan, apa yang dikatakan Smeagog tersebut memang benar. Yah, memang, seringkali, berhubungan dengan hal-hal ajaib memang bisa sangat menjengkelkan dan tidak masuk akal! 

"Jadi, sekarang bagaimana?" tanya Koln akhirnya. Meskipun ia juga sangat kesal pada naga ajaib itu, tapi ia lebih bisa mengendalikan diri dibandingkan Lira. 

"Well, karena kau telah memecah mantra tersebut, maka aku harus memberikan apa yang dititipkan Salazar kepadaku", kata Smeagog. "Sekarang, Lira, peganglah pedang tersebut, dan aku akan menuntunmu" katanya. 

Lira menuruti perkataan Smeagog. Dipungutnya pedang tersebut, dan dengan kedua tangannya, diangkatnya pedang itu, yang ia arahkan ke arah langit. Ia merasakan kedua lengannya seakan terbakar menahan berat pedang tersebut, tapi ia tetap berusaha menahannya. 

Smeagog kemudian kembali mengepakkan sayapnya, dan setelah menggumamkan beberapa mantra, ia kemudian menyemburkan napasnya ke arah pedang tersebut. Alih-alih mengeluarkan napas api seperti naga pada umumnya, apa yang keluar dari mulut Smeagog adalah cahaya putih keemasan yang menyilaukan, yang tepat mengenai pedang tersebut. Saat cahaya itu mengenai pedang tersebut, Lira seperti merasakan sentakan energi yang sangat besar, yang membuatnya nyaris terlontar ke belakang. Tapi, anehnya, ia dapat menahan sentakan energi tersebut. Tangannya yang tadinya terasa sangat berat menahan beban pedang tersebut tiba-tiba terasa ringan, dan ada aliran energi yang terasa hangat namun menyejukkan yang menjalar dari pedang tersebut, menuju tangannya, dan kemudian ke seluruh tubuhnya. Ia tidak melihat apapun selain cahaya putih keemasan di sekelilingnya. Ia juga tidak menyadari berapa lama hal tersebut berlangsung, ketika kemudian, saat Smeagog menghentikan semburan cayahanya, tubuh Lira seolah-olah tersentak ke belakang, dan dia tak dapat menahan dirinya sendiri dan jatuh ke lantai gua. Pedang tersebut terlempar di sisinya. 

"Lira!" teriak Koln dengan cemas. Ia menghampiri sahabatnya tersebut, yang saat itu sudah berusaha bangkit berdiri. 

"Tidak apa-apa, Koln" katanya. Tubuhnya terasa ringan dan segar, dan dia dapat merasakan aliran energi tersebut masih tersimpan di dalam tubuhnya. Dan saat ia hendak memungut pedang tadi, betapa terkejutnya mereka saat mendapati bahwa pedang tersebut telah berubah menjadi pedang yang sangat indah, dengan bilah yang terbuat dari besi yang berkilauan indah, serta gagang yang terbuat dari emas, dan dihiasi oleh batu permata beraneka warna! Mereka kini dapat melihat dengan jelas ukiran yang ada di sana, yang membentuk ornamen yang sangat indah yang menghiasi pedang tersebut. 

"Aku telah mengembalikan kekuatan pedang itu kembali, dan sekarang aku mempercayakan kekuatan Salazar kepadamu!" kata Smeagog. "Sekarang, naiklah ke punggungku, Lira. Kita akan menyelamatkan ibukota dari pertumpahan darah!" katanya. 

Lira, belum dapat memahami semua hal yang terjadi barusan, menuruti perkataan Smeagog. Ia kemudian naik ke punggung naga sakti tersebut. 

"Tapi jarak ke ibukota sangatlah jauh! Bagaimana kita bisa tepat waktu sampai ke sana sebelum semuanya terlambat?" tanya Koln, yang saat itu sudah berada di luar gua dan mengepakkan sayapnya. 

"Well, apakah kau lupa bahwa aku adalah naga ajaib? Setiap makhluk ajaib pasti bisa menciptakan keajaiban", katanya, sambil mengedipkan matanya pada Koln. "Sekarang, ikuti aku, naga kecil! Terbanglah di belakangku!" 

Setelah mengatakannya, sekali lagi, Smeagog menghembuskan napas apinya ke udara. Kali ini yang muncul adalah lingkaran cahaya yang berpendar sangat indah, tepat seukuran seekor naga raksasa untuk dapat melaluinya. 

"Ke ibukota!" kata Smeagog. Ia kemudian menuju ke arah lingkaran cahaya tersebut, dan terbang menembusnya, sementara Koln terbang mengikuti Smeagog di belakangnya. 

Petualangan Lira dan Para NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang