Bab 35 - Kekacauan

5 1 0
                                    

Sementara Lira bersembunyi dengan aman, keadaan di kota benar-benar kacau balau. Kemunculan seekorn naga di katredal, ditambah lagi dengan rumor yang entah bisa dipercaya atau tidak - bahwa naga tersebut terbang bersama seorang bocah perempuan - telah membuat hampir seluruh penduduk kota heboh karenanya. Kabar datang simpang siur, dan setiap kali cerita tersebut berpindah dari satu orang ke orang lainnya, selalu ada saja informasi yang ditambahkan, dikurangi, dimodifikasi, bahkan direkayasa, sehingga sungguh sangat sulit mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Namun yang jelas, kemunculan seekor naga, yang telah lebih dari seratus tahun lamanya tidak pernah terlihat di tengah-tengah manusia, telah memberikan kesempatan bagi kabar berita untuk berkembang secara simpang siur. Kisah lama mengenai perselisihan antara manusia, naga dan kaum penyihir tiba-tiba muncul kembali, meskipun sudah lama sekali orang-orang melupakan sejarah kelam tersebut. Ada yang mengatakan bahwa ini adalah awal kebangkitan dinasti naga yang telah lama tenggelam, ada yang mengaitkannya kembali dengan kebangkitan kaum penyihir, ada pula yang mengaitkannya dengan legenda Salazar sang penyihir hebat (meskipun tentu saja, hanya sedikit sekali orang yang tahu mengenai cerita sesungguhnya mengenai Salazar dan kelompok Saxoni). 

Namun, sekarang, mari kita kembali pada sahabat kita yang tersayang, Evelyne yang malang dan kebingungan. Tentu saja Evelyne tidak tahu menahu perihal peristiwa yang terjadi hari itu, dan dia sangat kebingungan saat mendapati sahabatnya menghilang. Saat biarawati memintanya menemui Pauline di ruang biarawati, dia menuruti permintaan tersebut tanpa menaruh kecurigaan apapun. Namun, begitu dia sampai ke ruang kepala biarawati dan mendapati Pauline yang kebingungan karena kemunculannya yang tiba-tiba, hatinya langsung diliputi perasaan tidak enak. Dia bergegas kembali menuju ke ruang utama katredal tempat ia meninggalkan Lira, namun jarak antara ruang biarawati dengan gedung utama cukup jauh dan harus melalui lorong-lorong yang membingungkan dan tangga yang naik turun dan menyesatkan. Ya, bangungan katredal tersebut sangat besar, dan selain ruangan utama tempat untuk beribadah, katredal tersebut juga memiliki banyak ruangan-ruangan lainnya yang digunakan sebagai kantor dan tempat tinggal para biarawan dan biarawati. Saat kemudian dia berhasil mencapai bangunan utama, sudah banyak petugas polisi yang berada di sana. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun dari pembicaraan dan kepanikan yang didengarnya, Evelyne menyimpulkan bahwa ada seekor naga mengamuk di dalam katredal! 

Saat mendengarnya, jantung Evelyne berdebar dengan sangat kencang. Siapa dia? Apakah itu Koln? Apa yang dilakukannya di sini? Dia berusaha menanyai beberapa orang yang ada di sana, namun apa yang didengarnya hanyalah kabar simpang-siur yang bahkan dia sendiri tidak bisa mempercayainya. Dia berusaha menerobos masuk ke dalam katredal, namun penjagaan di setiap pintu sungguh sangat ketat, sehingga yang bisa dilakukannya hanyalah berputar-putar kebingungan kesana-kemari di halaman katredal, tanpa tahu apa yang harus dilakukan. 

Saat didengarnya bunyi tembakan dari dalam katredal, Evelyne nyaris pingsan saking kagetnya! Apakah mereka menembak naga tersebut? Dimana Lira? Saat bunyi tembakan meletus lagi, lututnya benar-benar gemetaran dan tidak sanggup menahan beban tubuhnya, sehingga dia ambruk ke tanah. Saat itulah kemudian tiba-tiba dia melihat kelebat seekor naga terbang menerjang dari pintu utama, melesat dengan sempoyongan, dan ambruk di rimbunan pepohonan, sekitar 500 meter dari pintu utama. 

"Koln!" Evelyne menjerit, begitu mengenali bahwa naga tersebut adalah temannya Koln. Tenaganya tiba-tiba pulih, dan dia berlari sekencang mungkin menuju tempat ambruknya naga tersebut. Dari kejauhan bisa dilihatnya Koln yang terbaring lemah, napasnya naik turun, sementara hidungnya mengeluarkan asap putih yang semakin lama semakin tipis. 

Evelyne hendak lari mendekat, tapi dicegah oleh seorang anggota polisi.

"Jangan mendekat, Miss! Berbahaya!", kata petugas polisi tersebut sambil mencoba menghalangi tubuhnya. 

"Minggir! Aku harus memeriksa naga tersebut! Aku harus memastikan apakah dia baik-baik saja!" kata Evelyne. Tapi petugas polisi tersebut sepertinya tetap pada pendiriannya. Biar bagaimanapun, adalah hal yang wajar bagi seorang petugas polisi yang bertanggung jawab untuk menjauhkan seorang bocah kecil dari tempat berbahaya semacam seekor naga yang baru saja mengamuk. 

"Tetap di tempatmu, Nona! Atau aku akan mengurungmu!" kata petugas polisi tersebut dengan tidak sabar. Hari ini sungguh sangat kacau baginya, setelah serangan tiba-tiba seekor naga, hal terakhir yang ingin dihadapinya adalah seorang bocah cilik keras kepala yang bersikukuh hendak mendekati marabahaya. 

Evelyne mundur beberapa langkah. Dia tahu bahwa meskipun ia berusaha menjelaskan pada petugas polisi tersebut bahwa dia mengenal naga tersebut, dan bahwa naga tersebut sama sekali tidak berbahaya, hal itu akan sia-sia saja. Tidak akan ada orang dewasa yang menganggap serius seorang bocah sepertinya, apalagi bocah perempuan! Maka iapun kemudian berjalan menuju rerimbunan pepohonan yang agak jauh dari tempat Koln terbaring lemah, dan mengamati dari kejauhan ketika mereka menangkap Koln dengan menyuntikkan obat bius dan mengikat kaki dan badannya. Dia mengamatinya sambil menangis, sebelum kemudian, sekilas, matanya menangkap sesosok anak perempuan di balik rerimbunan pohon tak jauh darinya, sedang mengamati hal yang sama dengan yang dilakukannya. 

"Lira!" Evelyne berteriak. Dalam hati, ia merasa lega melihat Lira. Evelyne hendak berlari menghampiri anak perempuan tersebut, namun Lira telah membalikkan badannya, dan lenyap di antara rerimbunan. Dia tidak mendengar panggilannya! 

Evelyne berusaha mencari keberadaan Lira di hutan kota. Dia berlarian di antara semak dan pepohonan, namun sepertinya Lira telah lenyap entah ke mana. Apa yang terjadi? Kenapa Koln ada di sini? Apakah dia begitu merindukan Lira sampai nekad menyusup ke ibukota? Tapi kenapa tadi orang-orang mengatakan bahwa Koln sempat mengamuk sebelum siapapun itu menembaknya? Dan panggilan palsu ke ruang biarawati, apakah semua ini ada hubungannya dengan peristiwa ini? Semua ini terlalu membingungkan bagi Evelyne, sehingga kemudian dia kembali berjalan menuju halaman katredal. 

Saat ia kembali, petugas sedang mengangkut tubuh Koln untuk dibawa ke penjara kota. Hatinya serasa teriris-iris melihat pemandangan tersebut, dan tanpa sadar dia kembali menangis. Sungguh, dia merasa jengkel dengan keadaannya saat ini, tidak berdaya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, meskipun mungkin dia tahu sebagian dari kebenaran!

Petualangan Lira dan Para NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang