Pagi itu berjalan seperti biasanya. Ini adalah hari kedupuluh setelah pertama kali Koln terbang, tapi sepertinya pelajaran terbang lanjutannya memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Koln memang bukan naga yang cukup terampil, tapi sebenarnya hal itu terjadi karena dia terlalu canggung dan pemikir, yang membuat dia selalu terlihat ragu-ragu ketika mengerjakan sesuatu. Hal itu yang kemudian menghalangi Koln untuk mencoba hal-hal baru, terutama yang berbau ketrampilan dan ketangkasan. Dan ini berbeda sekali dengan Lira yang cenderung nekad serta pemberani. Saking nekadnya, kadang-kadang ia terjebak kesulitan yang sebenarnya ia buat sendiri, seperti ketika tidak sengaja menumpahkan kaldu daging yang dibuat induk naga, pesanan dari tabib ebersberg untuk mengobati wabah flu musim dingin (Keluarga naga terkenal sangat ahli dalam membuat kaldu daging dan rempah yang sangat lezat dan bermanfaat untuk kesehatan. Keahlian mereka membuat api dan menjaganya tetap panas dalam suhu yang konstan membuat kaldu mereka tidak dapat ditandingi oleh kaldu buatan manusia manapun!). Hal ini terjadi karena Lira ingin melihat bagaimana gelembung yang timbul dari rebusan daging dan rempah tersebut terbentuk untuk kemudian pecah, maka ia memanjat ke salah satu tonjolan batu yang tinggi di samping tungku tempat induk naga merebus kaldu tersebut, karena panci tempat kaldu tersebut direbus cukup tinggi dan dia tidak bisa melihat isinya jika tidak memanjat ke tempat yang lebih tinggi. Sialnya, pegangan batu tersebut licin karena uap kaldu, dan Lira jatuh tergelincir. Untungnya tubuhnya tidak langsung meluncur ke dalam panci atau ke atas bara api, tapi menimpa tumpukan kayu yang dipakai induk naga untuk merebus, yang sayangnya, karena kekacauan itu, beberapa kayu terpental dan menimpa panci tersebut hingga menumpahkan isinya. Dan, masih banyak lagi kekacauan-kekacauan lain yang ditimbulkan Lira, seperti secara tidak sengaja melepaskan biri-biri milik Mr. Fyord di Ebersberg (jumlahnya puluhan! Dan biri-biri itu berlarian kesana kemari karena Lira tak sengaja menakuti mereka saat pagarnya terbuka!) - Membuat kumis induk naga berwarna merah muda karena ramuan buah bit yang ia coba oleskan saat induk naga tidur (katanya buah bit bagus untuk kulit, dan induk naga selalu mengeluhkan kumisnya yang suram dan tidak bercahaya), dan lain sebagainya.
Pagi itu, setelah Koln pergi bersama Bjork untuk pelajaran terbangnya yang kesekian-ratus-kali, Lira merasa benar-benar bosan. Ia sudah selesai membantu induk naga merapikan perkakas dapur dan memetik buah berry, dan tidak ada yang perlu dikerjakannya lagi.
"Aku akan pergi ke Dataran Hijau ya, kalau kau sudah selesai latihan terbang datanglah ke sana!", seru Lira pada sahabatnya, sambil berlari menuju dataran hijau. Koln baru akan menyelesaikan pelajaran terbangnya menjelang sore hari, sehingga dia punya banyak sekali waktu - yang tidak tahu akan ia manfaatkan untuk apa. Maka ia berlarian saja kesana kemari di sekitaran Dataran Hijau, sambil berpura-pura bahwa dia adalah seorang putri raja yang sedang memimpin perang melawan suku-suku pedalaman yang jahat dan suka memakan daging manusia. Lira mengayun-ayunkan sebatang kayu yang pura-puranya adalah sebuah pedang, dan membuat dialog-dialog yang ia karang sendiri. Lelah bermain perang-perangan, ia mengumpulkan bunga-bunga liar dan membuatnya menjadi mahkota.
"Nah, Putri Lira yang gagah berani, cantik namun penuh goresan luka, sekarang aku menganugerahkan kepadamu mahkota kebesaran ini atas jasamu menumpas gerombolan penyamun dan suku pemakan manusia dari dataran ini!" Katanya, berpura-pura bahwa Sang Ratu Agung sedang menganugerahkan tanda kehormatan padanya.
Lira sangat senang, dan diapun berpura-pura berdansa dengan seorang pangeran - pangeran manusia - dan ia menatap wajah Lira yang cantik serta matanya yang berwarna buah zaitun. Ia sangat gembira dengan khayalannya tersebut. Sambil merebahkan badannya di atas rumput yang tebal dan nyaman, ia meneruskan fantasinya. Andai saja dia benar-benar punya teman manusia, yang seukuran dengannya, mungkin akan mengasyikkan juga sesekali menghabiskan waktu bersama makhluk-makhluk yang sejenis. Yang tidak perlu selalu mendongak untuk menatap wajahnya, atau tidak takut tergores ketka sedang bersama. Banyak sekali hal-hal tentang manusia yang ingin ia ketahui, bagaimana mereka bisa bertahan hidup di rumah kayu yang sempit dengan ruangan-ruangan yang mungil, bagaimana mereka memasak hidangan yang rumit yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyiapkannya, bagaimana bayi-bayi manusia dibesarkan oleh manusia, apa yang dipelajari anak manusia seumurannya, dan lain sebagainya. Bukan berarti bahwa ia tidak menyukai tinggal bersama para naga yang sudah menjadi keluarganya tersebut, tapi terkadang dia ingin sekali-sekali mencoba tinggal bersama manusia. Sudah menjadi sifat hampir semua makhluk bahwa mereka cenderung menginginkan hal-hal yang tidak mereka miliki, sehingga membuat mereka terlihat kurang bersyukur terhadap apa yang saat ini mereka punyai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Lira dan Para Naga
FantasiaLira adalah seorang anak perempuan yang dibesarkan oleh sekawanan naga yang baik hati yang tinggal di pegunungan Sunyi yang sangat terpencil. Lira dibesarkan dengan sangat baik oleh keluarga naga yang mengadopsinya, namun sayangnya, dewan kota Ebers...