Mr. Hammon Froste mengacungkan pistolnya ke arah Elrond Wallace.
Sekali lagi, takdir yang tak terduga telah mempertemukan orang-orang ini. Pagi itu, saat Hammon Froste, bangsawan tua yang kehilangan putri kesayangan dan cucunya beberapa tahun lalu - hendak pergi menemui Sang Tabib, tiba-tiba saja, secara tidak sengaja, ia melihat seekor naga terbang menuju arah kota. Tak berapa lama kemudian naga tersebut kembali terbang menjauh. Instingnya mengatakan bahwa naga tersebut datang bersama si gadis kecil yang kemungkinan adalah cucunya, dan Hammon Froste memutuskan untuk mencoba mencari keberadaan cucunya tersebut di sekitar tempat si naga mendarat. Mr. Froste kemudian melihat Lira, yang berjalan dengan tergesa-gesa menuju pusat kota dan memasuki kantor polisi. Ia sudah hampir menyusul gadis kecil tersebut ke sana, ketika kemudian dilihatnya Mr. Wallace dan tiga orang lainnya bergegas masuk ke gedung kantor polisi.
Hammon Froste mengenali Mr. Wallace sebagai salah satu anggota kelompok Saxony, dan instingnya kembali mengatakan bahwa ada sesuatu yang buruk yang sedang direncanakan olehnya. Hammon Froste sempat berpikir bahwa jika ia tiba-tiba muncul dan menunjukkan minatnya pada si gadis naga tersebut, maka hal itu akan menimbulkan kecurigaan anggota kelompok Saxony lainnya tentang hubungannya dengan si gadis naga tersebut, bocah yang mereka sangka adalah Sang Terpilih, pembawa kutukan Salazar yang akan menghancurkan dominasi mereka atas dunia. Meskipun begitu, sudah sejak ia kehilangan putrinya, Mr. Froste telah membuat keputusan bahwa tidak ada lagi yang dipedulikannya selain keluarganya, meskipun ia harus menebusnya dengan nyawanya sekalipun. Maka, tanpa keraguan sedikitpun, iapun membuntuti Elrond Wallace menuju ke gedung kantor polisi.
"Mr. Froste, apa yang kau lakukan!" bentak Mr. Wallace, ketika melihat kemunculan Hammon Froste secara tiba-tiba. Tentu saja ia mengenali Hammon Froste sebagai salah satu anggota kelompok Saxony, meskipun perannya tidak terlalu besar.
"Kau mendengar apa yang kukatakan, Elrond! Letakkan senjatamu, dan biarkan gadis itu pergi!"
"Hammon, dengar, kau tahu apa yang kau lakukan, bukan?" kata Mr. Wallace, berusaha membujuk Hammon Froste.
"Aku tahu apa yang kulakukan, Elrond! Dan aku tidak ingin kau melukai bocah itu!" kata Hammon Froste. Pada saat dia mengatakannya, untuk pertama kalinya, Hammon Froste mengamati wajah Lira.
Hammon Froste hampir tak bisa membendung luapan emosinya ketika mengamati wajah Lira. Tatapan mata bocah tersebut, ekspresinya yang ketakutan dan kebingungan, rambut pirangnya yang membingkai wajahnya yang tirus - ia seperti melihat putrinya terlahir kembali, putri kesayangannya, yang sudah lebih dari duabelas tahun tidak pernah ia temui lagi!
"Fi .. Fiona!" Mr. Froste tergagap, memanggil nama putrinya. Tak tahan ia membendung perasaannya, kerinduannya, kegelisahannya, saat dilihatnya sosok putrinya dalam diri Lira. Ia seperti melihat putrinya kembali, terlahir dalam usia 12 tahun, berdiri di depannya.
Demi melihat Mr. Froste yang tengah diliputi emosi dan tidak dapat menguasai dirinya, si suara serak menggunakan kesempatan tersebut. Ia, yang berdiri di belakang Mr. Froste, dengan cepat menendang betis laki-laki tersebut, sehingga Mr. Froste terjatuh. Pistolnya terlempar ke depan, terlepas dari tangannya.
Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Tobias. Ia segera mengambil pistol Mr. Froste yang terlontar. Sementara itu, dengan lincah, Lira menubruk perut Mr. Wallace dan mendorongnya ke dinding, serta membenturkan kepalanya dengan keras.
"Atas nama otoritas kepolisian, berhenti!" Tobias berkata dengan tegas, kali ini menodongkan pistolnya ke kepala Mr. Wallace.
"Suruh anak buahmu melempar senjata mereka dan merapat ke dinding!" bentak Tobias, yang dipatuhi oleh Mr. Wallace serta anak buahnya.
Sementara itu, Lira, yang bingung dengan apa yang baru saja terjadi, berlari menolong Mr. Froste, yang saat itu tengah bersusah-payah menopang badannya untuk berdiri.
"Anda tidak apa-apa, Sir?" tanyanya. Ia membantu Mr. Froste berdiri.
Saat tatapan mata mereka bertemu, secara misterius, Lira seperti merasakan suatu koneksi energi yang menghubungkan mereka. Lelaki tua itu, dengan matanya yang berwarna kecoklatan dan nampak telah melihat banyak hal di dunia ini, seakan-akan membawanya pada satu kenangan masa lalu yang tidak ia mengerti. Mata itu mengingatkannya pada sesuatu, campuran antara kesedihan, kerinduan, namun juga kasih sayang dan kehangatan, yang membuat hatinya tiba-tiba diliputi oleh perasaan hangat yang membuatnya merasa sangat damai namun juga sedih.
"Fiona ... " lagi-lagi lelaki tua tersebut memanggilnya dengan nama yang tidak ia kenal.
Lira baru akan menanyakan perihal tersebut, tapi terpotong oleh sesuatu yang tidak terduga. Tiba-tiba saja, Koln muncul dari lorong, dan berteriak dengan cemas, "Lira, para naga sedang dalam perjalanan ke mari!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Lira dan Para Naga
FantasiLira adalah seorang anak perempuan yang dibesarkan oleh sekawanan naga yang baik hati yang tinggal di pegunungan Sunyi yang sangat terpencil. Lira dibesarkan dengan sangat baik oleh keluarga naga yang mengadopsinya, namun sayangnya, dewan kota Ebers...