Bab 44 - Mencari Koln

7 1 0
                                    

Sekarang mari kita tengok orang tua lainnya yang saat ini sedang mencemaskan anaknya. Sudah tujuh hari lebih Koln tidak pulang ke sarangnya, sejak terakhir kali dia berpamitan pada ibunya untuk pergi ke Ebersberg. Pada mulanya mamma naga tidak terlalu mencemaskannya, ketika lebih dari tiga hari Koln tidak pulang, seperti kakak-kakaknya, terkadang naga-naga muda seringkali kehilangan orientasi waktu tiap kali mereka pergi berburu - dua hari bisa menjadi lima hari. Namun, kali ini, induk naga merasa ada yang sesuatu yang tidak beres, dan beberapa kali dalam sehari ia menengok ke langit, mencari Koln yang mungkin sedang pulang ke rumah. 

Pada hari ke enam, induk naga tidak bisa menahan rasa khawatirnya. Meskipun ayah naga mencoba menenangkannya dan mengatakan bahwa sangat umum bagi naga jantan kehilangan orientasi waktu saat sedang berburu, namun insting keibuannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi. Maka iapun pergi ke Ebersberg, dengan harapan bisa mendengar sesuatu tentang anaknya jika tidak bisa menemukannya. Setelah mengantarkan beberapa pesanan ke penduduk Ebersberg, ia terbang berputar-putar di sekitar danau, lalu hinggap di tempat-tempat manusia berkerumun, mencoba mencuri dengar kabar apapun yang saat itu tengah beredar. Induk naga sudah hampir menyerah dan hendak terbang kembali ke sarangnya, ketika tanpa sengaja, ia mendengar perkataan seorang pedagang pada pembelinya, mengenai seekor naga yang tertangkap di ibukota. 

"Apa yang kau bilang? Benarkah itu?" tanya induk naga dengan gugup. Pedagang tersebut adalah seorang pedagang keliling yang menjajakan dagangannya dari kota ke kota. Dia tidak melihat sendiri peristiwa tersebut, tapi mendengarnya dari salah seorang rekannya yang saat peristiwa tersebut terjadi sedang berada di ibukota. Dia tidak bisa memastikan seperti apa naga tersebut, namun ia memiliki keyakinan kuat bahwa yang dimaksud oleh pedagang tersebut adalah Koln anaknya. 

Bergegas induk naga kembali ke sarangnya, dan menyampaikan kabar yang didengarnya tersebut kepada suaminya. 

"Tenang, tenanglah! Kita harus memastikan dulu bahwa kabar tersebut benar", kata suaminya mencoba menenangkan. 

"Bagaimana aku bisa tenang? Putraku, putra bungsuku yang kusayang, menghilang sejak tujuh hari yang lalu dan kau hanya terus-terusan menyuruhku tenang tanpa memberi satu solusipun selain tenang!" kata induk naga, tidak bisa mengontrol emosinya. Pikirannya semakin kalut membayangkan hal-hal buruk yang mungkin menimpa putra bungsunya. 

"Ya, tapi kita tidak punya informasi lainnya mengenai hal tersebut, apakah itu memang benar? Dan jika benar, apakah itu memang Koln? Kita sudah melarang Koln untuk jauh-jauh dari pemukiman manusia, dan aku tidak yakin kalau ... " 

"Apakah kau dulu mematuhi semua larangan orangtuamu???" sembur induk naga. Dia panik, dan usaha suaminya untuk menenangkan dirinya hanya semakin membuatnya murka. "Dengar, Rasmus, aku tidak punya waktu untuk mendengar segala ocehanmu! Aku akan terbang ke ibukota dan memastikannya sendiri!", katanya induk naga, dan iapun mengembangkan sayapnya, bersiap untuk terbang. 

"Wo ho ho hoo... tenang, tenang Peluda! Jangan gegabah!" Rasmus berusaha menenangkan istrinya, meskipun ia tahu bahwa tidak ada yang bisa menenangkan istrinya selain memastikan bahwa berita tersebut salah. 

"Baiklah", Rasmus akhirnya menyerah. "Aku akan menemui walikota dan meminta pertolongannya. Jika perlu, aku akan memastikannya sendiri ke ibukota. Bjork, jika dalam waktu tiga hari aku ataupun Koln tidak muncul, kau harus menemui keluarga Tarasque di bagian timur pegunungan. Mereka adalah keluarga naga sahabat keluarga kita, dan Tarasque akan tahu apa yang harus dilakukan jika aku tidak pulang" - Rasmus berpesan pada anak sulungnya, sebelum kemudian terbang menuju ke Ebersberg. 

Tujuan pertamanya adalah menemui Tuan Mayor di rumahnya di pusat kota. Hari sudah larut malam ketika Rasmus sampai di kediaman walikota. Ia kemudian menanyakan kebenaran tersebut kepada Tuan Mayor, yang mengkonfirmasi bahwa dia mendengar berita yang sama sore tadi. 

"Aku tidak bisa memastikan apakah naga tersebut adalah putramu Koln, Rasmus. Tapi ada satu hal yang membuatku bertanya-tanya, bersamaan dengan datangnya berita tersebut, ada orang yang bertanya mengenai putrimu Lira, apakah gadis tersebut pulang Ebersberg atau tidak. Bukankah dia sedang bersekolah di Inglostad, Rasmus?" 

Rasmus berpikir sejenak. Hmmm.. mungkinkah Koln menyusul Lira ke ibukota? Ia kemudian teringat, beberapa waktu lalu, Koln kesal karena menyampaikan informasi tentang seseorang yang berniat hendak mencelakai Lira, tapi tidak seorangpun mempedulikannya. Apakah karena itu ia kemudian nekad pergi ke ibukota? Dan kenapa orang-orang tersebut mencari Lira? Bukankah ia berada di rumah temannya di ibukota? Jika benar Lira pulang, kenapa dia tidak memberi kabar? Seketika, Rasmus menyadari bahwa urusan ini cukup serius, dan dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Tapi hal ini juga bukan perkara mudah, karena dia juga tidak bisa muncul begitu saja ke ibukota. Dua ekor naga yang muncul di tengah-tengah manusia yang tidak pernah melihat naga akan terlalu berlebihan. Dan lagipula, dia tidak tahu apa-apa mengenai ibukota, pun tidak memiliki seorangpun di sana yang bisa diajak bicara.  

"Aku khawatir kalau aku harus meminta bantuanmu, Walter", akhirnya Rasmus berkata pada Tuan Mayor. "Maukah kau terbang bersamamu menuju ibukota untuk memastikan kabar tersebut? Dan, aku juga perlu mengecek keadaan Lira, apakah memang benar dia aman bersama keluarga temannya di sana". 

Seperti halnya hubungannya dengan Tuan Dokter, Rasmus telah lama bersahabat dengan Mr. Walter, mayor kota Ebersberg. Sepanjang yang ia ingat, sejak jabatan mayor kota masih dipegang oleh ayahnya, keluarga naga telah banyak menolong warga kota Ebersberg, dan adalah kehormatan baginya untuk bisa membalas budi baik keluarga naga tersebut. Dan lagipula, sejak dia kecil, Tuan Mayor selalu penasaran bagaimana rasanya terbang bersama para naga, yang semakin membuatnya tidak bisa menolak permintaan Rasmus. 

"Baiklah, Rasmus. Aku akan mengantarmu. Tunggu sebentar, aku akan memberitahu istriku dan bersiap-siap", katanya.    

Petualangan Lira dan Para NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang