Bab 29 - Kegelisahan Koln

5 1 0
                                    

Sementara itu, di tengah kegembiraan dan semangat Lira yang membara, kita tidak bisa melupakan begitu saja naga kecil kesayangan kita, Koln, yang saat ini sedang tersiksa dengan kegelisahannya. Dia tidak bisa mengabaikan begitu saja apa yang didengarnya malam itu, dan meskipun ia merasa marah dan kecewa pada Lira, dia sama sekali tidak bisa menghapus kegelisahannya dan berusaha untuk tidak peduli. Di sisi lain, Koln juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Jika ia jujur pada mamma dan pappa-nya, dia pasti akan kena masalah, karena dengan begitu mereka akan tahu bahwa selama ini ia berkeliaran di Inglostad tanpa sepengetahuan mereka. Selain itu, Koln merasa cukup yakin bahwa kedua orangtuanya akan mengabaikan masalah tersebut, dan hanya akan menganggap bahwa Koln terlalu berlebihan atau mengada-ada. Dan meskipun jika mereka peduli, bukankah Koln sudah membuktikan sendiri kalau kedua orangtuanya lebih memilih untuk menjauh dari urusan manusia? 

Selama beberapa hari yang menggelisahkan, Koln hanya terbang berputar-putar begitu saja di sekitar Pegunungan Sunyi. Beberapa kali ia juga mencoba pergi ke Inglostad, tapi bahkan dari kejauhanpun dia tahu bahwa asrama tempat Lira bersekolah mulai sunyi ditinggalkan penghuninya. Dalam otaknya, dia terus mengulang-ulang bahwa sesuatu akan terjadi di hari ketiga Lira ada di kota, dan dia sama sekali tidak bisa mengabaikan itu. Koln mencoba memberanikan diri untuk terbang lebih jauh ke arah ibukota, yang ia lakukan di malam hari dalam ketinggian yang cukup aman sehingga tidak ada seorangpun yang bisa melihatnya, namun bagi naga sekalipun, jarak ke ibukota terlalu jauh dan dia harus beberapa kali beristirahat sebelum akhirnya kembali terbang ke rumahnya sebelum berhasil mencapai ibukota. Selama masa-masa penerbangannya itu, Koln berusaha mengingat-ingat tempat-tempat yang bisa ia gunakan untuk bersembunyi jika suatu saat ia membutuhkan istirahat, tempat-tempat tinggi, di tengah rerimbunan pohon di dalam hutan, di balik batu-batu besar - namun semakin mendekati ibukota, semakin susah baginya untuk mencari tempat persembunyian. Hutan-hutan dan padang rumput berubah menjadi pemukiman dan pertanian, dan setiap jengkal tanah seakan-akan dihuni oleh manusia dan tidak menyisakan ruang sedikitpun bagi seekor naga untuk sekadar menyembunyikan diri. Dalam hati, Koln heran, kenapa manusia yang jauh lebih kecil daripada tubuh naga membutuhkan ruang hidup yang jauh lebih besar dari kaum naga. 

Akhirnya, pada hari kedua sejak kepergian Lira, Koln nekad untuk mencapai ibukota. Dia melakukannya dengan persiapan yang matang, setelah berkali-kali memeriksa daerah lintasan terbangnya. Koln memastikan bahwa dia harus sampai di Ibukota pada malam hari, dan terbang dalam ketinggian yang cukup aman untuk dapat mencari tempat persembunyian yang memungkinkan sesampainya di ibukota. Dia tidak dapat membayangkan tempat seperti apa yang bisa dijadikannya sebagai persembunyian, mengingat setiap jengkal Ibukota pastilah penuh dengan manusia. Tapi, dia harus mencobanya, dan jika dia tidak bisa menemukan tempat persembunyian yang memungkinkan, maka ia akan terbang ke tempat persembunyian terdekat yang sudah ia rencanakan sebelum pulang ke Pegunungan Sunyi. 

Masalah selanjutnya adalah bagaimana Koln bisa pergi dari rumah tanpa perlu membuat kedua orangtuanya khawatir. Jarak dari rumahnya ke ibukota cukup jauh, dia memperkirakan memerlukan waktu dua hari untuk terbang ke sana, dan itu berarti Koln harus mencari alasan untuk bisa pergi dari rumah selama beberapa hari. Dia hanya perlu memastikan bahwa Lira baik-baik saja, dan setelah itu dia akan segera kembali ke Pegunungan Sunyi. 

Beruntung bagi Koln, ia akhirnya menemukan cara untuk membuat alasan bagi kedua orangtuanya. Secara kebetulan Tuan Dokter memesan ramuan Livet Gras yang cukup banyak pada keluarganya, dan karena terlalu lelah mencari Livet Gras serta membuat ramuannya, ibunya merasa terlalu lelah untuk mengantar ramuan tersebut ke Ebersberg. Sementara itu, ayah dan kakaknya hendak pergi berburu ke pelosok Pegunungan Sunyi, yang mungkin akan memakan waktu selama berhari-hari. Koln memberanikan diri untuk menawarkan diri mengantar ramuan tersebut, tapi dia juga sekaligus meminta izin pada ibunya untuk menginap semalam dua malam di sekitar sana untuk mencoba belajar berburu. Ibunya mengernyitkan kening mendengar tawaran Koln, tapi, mengingat pertengkaran mereka beberapa waktu lalu, ia mengizinkannya, semata karena tidak ingin menambah ketegangan hubungannya dengan Koln. Ia juga berpikir bahwa mungkin bagus bagi Koln untuk menyibukkan diri supaya dia bisa melupakan urusan Lira selama beberapa saat. 

Maka pada hari itu, Koln akhirnya terbang ke Ebersberg. Setelah mengantar pesanan ke klinik Tuan Dokter, dia terbang selama beberapa saat mengelilingi danau sebelum kemudian menyelinap terbang ke ke arah ibukota. Hari pertama perjalan tidak terlalu sulit baginya, karena sebagian besar wilayah yang dilewatinya terdiri dari hutan-hutan dan pegunungan yang dengan mudah bisa memberi perlindungan padanya setiap kali dia merasa perlu mengistirahatkan sayapnya. Koln terus terbang melintasi gunung-gunung, pedesaan, hutan dan padang rumput, dan hanya berhenti sesekali untuk beristirahat. Pada hari ke dua, jaraknya ke Ibukota sudah semakin dekat, sehingga ia harus mulai waspada supaya tidak terlihat oleh manusia. Dia terbang cukup tinggi, dan terbantu oleh gumpalan awan yang menutupi langit. Dia kemudian berhenti di sebuah kastil kuno yang sudah tidak terpakai lagi, yang terletak di sebuah bukit tak jauh dari ibukota. Koln sudah memeriksa tempat tersebut sebelumnya, saat ia merencanakan jalur terbangnya, dan memastikan bahwa tempat tersebut cukup aman dan nyaris tak pernah didatangi manusia. Sampai di sana, Koln menunggu hingga malam hari tiba, agar dia lebih leluasa mengitari Ibukota dan mencari tempat persembunyian di sana. Dia tidak tahu dimana letak rumah keluarga Evelyne, tapi dia berasumsi jika dia bisa menemukan tempat yang cukup tinggi dan tersembunyi, maka dia bisa menggunakan ketajaman mata dan pendengarannya untuk mencari sosok Lira. Tentunya Koln tidak punya bayangan sama sekali bahwa di Ibukota ada banyak sekali manusia, dan mencari sosok Lira di antara lautan manusia tersebut nyaris sama saja dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami. 

Ketika malam tiba, Koln akhirnya menyelinap dari persembunyiannya, dan terbang dalam ketinggian yang cukup aman dari penglihatan manusia. Ibukota di malam hari dipenuhi oleh gemerlap cahaya lampu yang menyilaukan. Saat itu hampir tengah malam, dan Koln dengan hati-hati mengamati setiap sudut Ibukota yang memungkinkan untuknya bersembunyi, bahwak di keramaian sekalipun! 

Koln cukup beruntung ketika kemudian melihat sebuah kubah katredal dengan tinggi yang terletak tepat di tengah kota. Kubah tersebut sangat besar, bahkan bagi ukuran seekor naga dewasa, dan diapit oleh empat menara yang menjaga empat sisinya, dan satu menara tinggi tempat sebuah lonceng tergantung di sana. Di setiap menara tersebut terdapat ceruk yang sangat pas untuknya bersembunyi. Ceruk tersebut dikelilingi oleh sebuah tembok yang dapat menyembunyikan badannya dengan sempurna namun cukup memberikan ruang untuknya dapat mengamati sekitar. Dan Koln cukup yakin bahwa di ketinggian ini, tidak akan ada seorangpun yang memperhatikan bahwa ada seekor naga yang bersembunyi di sana. Dia hanya bisa berharap bahwa tidak ada satu manusiapun yang akan naik ke menara tempatnya bersembunyi, tapi ketika melihat bahwa tempat tersebut cukup berdebu dengan beberapa sarang laba-laba di sana, dia cukup yakin bahwa tempat tersebut sudah lama tidak dikunjungi siapapun. 

Di luar ekspektasinya, tempat tersebut ternyata cukup nyaman juga baginya untuk beristirahat malam itu. Koln dapat meringkukkan badannya di sana dengan nyaman, dan tak lama kemudian matanya menjadi semakin berat. Desir angin malam yang hangat membelai tubuhnya, dan selama sesaat Koln melupakan badannya yang kelelahan serta kegelisahannya yang menyiksa. Koln tertidur di tengah belaian udara malam Ibukota, dan merasa siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi esok hari.  

Petualangan Lira dan Para NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang