Segera setelah sampai Inglostad, Lira ditempatkan di sebuah sekolah asrama yang dikususkan untuk anak perempuan. Murid-murid di sana berusia antara 7 hingga 16 tahun. Saat itu Lira berusia 10 tahun, dan seharusnya ia sudah berada di tingkat 3. Tapi karena Lira belum pernah masuk ke sekolah formal apapun, maka kepala sekolah menempatkan Lira di tingkat 1, bersama anak-anak lain yang usianya lebih kecil darinya. Lira tidak keberatan dengan pengaturan ini, bahkan justru dia merasa lebih nyaman berada di kelas yang sama dengan anak-anak yang lebih kecil darinya, karena anak kecil lebih mudah menerima hal-hal baru di luar kebiasaan mereka dibandingkan mereka yang lebih besar.
Untuk pertama kalinya juga Lira memiliki kamar dengan tempat tidur yang nyaman, selimut, meja belajar, dan almari yang dikhususkan untuknya menaruh barang-barang. Lira tinggal sekamar dengan seorang anak kecil bernama Evelyne, seorang anak kecil seusianya yang ramah dan baik hati. Evelyne banyak membantunya di awal dia tinggal di asrama tersebut, karena biar bagaimanapun, ada banyak sekali hal yang berbeda dengan kehidupannya dulu bersama keluarga naga. Ada banyak sekali aturan yang harus diikutinya di sini - mandi dan berganti baju paling tidak dua hari sekali, menyisir rambutnya, makan dengan tenang di meja makan, meletakkan piring-piring kotor di rak yang sudah disiapkan, bergiliran membersihkan kamar atau ruang makan, dan lain sebagainya. Evelyne juga banyak membantu Lira di awal-awal pelajarannya. Dulu, Lira pernah belajar membaca dan menghitung dasar dari buku yang diberikan Nyonya Liese, guru di sekolah di Ebersberg, tapi segera saja ia merasa bosan dan lebih tertarik bermain atau menjelajah bersama Koln. Kali ini, pelajaran membaca dan menulis menjadi lebih menarik, karena Miss Lynde, gurunya di kelas, begitu menyenangkan dan sangat sabar membimbingnya mengejar ketertinggalan.
Karena banyak yang harus ia kejar, kepala sekolah mewajibkan Lira mengikuti pelajaran tambahan setiap sore dari pukul 3 hingga 5, setelah pelajaran sekolah berakhir. Lira sama sekali tidak keberatan mengorbankan waktu bermainnya selama 2 jam untuk belajar bersama Miss Lynde di perpustakaan. Apalagi, setelah itu, Miss Lynde mengizinkan Lira menghabiskan waktunya di perpustakaan sampai waktu makan malam, yang biasanya ia gunakan untuk membaca. Ia mulai membaca buku untuk anak-anak dengan banyak gambar dan huruf-huruf yang besar, tapi semakin ia lancar membaca, Lira mulai mencoba buku-buku yang lebih tebal. Favoritnya adalah buku sejarah manusia dan naga, serta buku-buku petualangan yang sering membuatnya lupa waktu saking asyiknya membaca.
Lira adalah anak yang cerdas, sehingga tidak sulit baginya untuk mengejar ketertinggalannya. Dalam waktu tiga bulan, dia dipindahkan ke tingkat tiga, bersama Evelyne dan anak-anak lainnya. Dalam waktu singkat dia sudah mulai berteman dengan anak-anak lainnya, dan Lira menikmati masa-masanya menjadi anak perempuan yang bergaul dengan anak-anak seusianya.
Tapi hal tersebut bukan berarti bahwa ia sudah melupakan keluarganya di Pegunungan Sunyi sana. Di waktu-waktu tertentu, setiap kali ada kesempatan, Lira melihat ke langit, berusaha mencari titik hitam kecil yang melayang-layang di sana. Terkadang dia beruntung, dan dia bisa melihat titik hitang tersebut melayang-layang berputar membentuk angka delapan beberapa kali (itu adalah kode yang ia sepakati bersama Koln, karena naga dilarang mendekat ke pemukiman manusia), dan Lira melambaikan sapu tangan ke arah langit secara sembunyi-sembunyi. Mungkin Koln tidak akan bisa melihatnya, karena meskipun penglihatan naga sangat bagus, tapi jarak mereka terlalu jauh dan ada kemungkinan Koln tidak dapat melihatnya - apalagi di malam hari seperti ini. Tapi Lira tetap melakukannya, karena dia merasa harus memberikan tanda kepada sahabatnya tersebut bahwa ia dapat melihatnya, dan bahwa Koln menepati janjinya untuk mengunjunginya meskipun mereka tidak dapat bertemu.
Kehidupan menjadi manusia di tengah komunitas manusia sungguh sangat berbeda dengan saat ia masih tinggal bersama keluarga naga. Di sini, Lira harus membiasakan bangun pagi dan membereskan tempat tidurnya, bersiap ganti baju dan merapikan diri untuk makan, belajar di kelas, mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan lain sebagainya, yang semuanya harus dia lakukan dengan urutan tertentu dan pada jam-jam yang sudah ditentukan. Jika kau terlambat datang di saat jam makan, maka tidak akan ada makanan untukmu, karena semua sudah dirapikan dan kau harus menunggu saat jam makan selanjutnya. Memanjat, merangkak, berlarian kesana kemari adalah hal yang sangat dilarang. Demikian juga dengan berburu hewan seperti kelinci atau tikus yang kadang ditemui di halaman sekolah. Dan apapun yang terjadi, ia harus tetap berpakaian rapi dan mengenakan sepatunya, meskipun itu tidak masuk akal sama sekali bagi Lira! Sepatu yang ia kenakan berbeda dengan yang dipakainya saat masih tinggal di Pegunungan Sunyi. Dulu, induk naga membuatkannya sepatu dari kulit domba yang sangat nyaman, lentur dan hangat di kakinya hingga tidak menghalanginya jika ia hendak berlari ataupun memanjat, namun cukup melindungi kakinya dari batu dan kerikil tajam. Di sini, mereka memberikannya sepatu dari kulit berwarna hitam, yang sebenarnya cukup cantik tapi terlalu keras dan sangat tidak nyaman jika harus digunakan untuk berjalan jauh atau berlari-larian. Kakinya jadi lecet dan menyakitkan, yang membuatnya jadi berjalan terpincang-pincang selama beberapa hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Lira dan Para Naga
FantasyLira adalah seorang anak perempuan yang dibesarkan oleh sekawanan naga yang baik hati yang tinggal di pegunungan Sunyi yang sangat terpencil. Lira dibesarkan dengan sangat baik oleh keluarga naga yang mengadopsinya, namun sayangnya, dewan kota Ebers...