Sementara itu, mari kita menengok sebentar nasib naga kecil kesayangan kita, Koln. Sungguh malang nasib bocah naga tersebut. Pihak kepolisian mengurungnya di penjara bawah tanah di gedung kantor polisi. Pada mulanya mereka mengikat kedua sayapnya ke kedua sisi tembok dengan rantai besi yang menempel kuat, sehingga dia tidak bisa menggerakan sayapnya dengan bebas. Mereka juga merantai kedua kaki belakangnya ke tembok, sehingga satu-satunya posisi yang nyaman baginya hanyalah duduk tertelungkup di atas lantai batu. Sebenarnya mudah saja baginya untuk membakar kedua rantai tersebut dengan napas apinya, tapi rantai tersebut hanya menyisakan sedikit ruang antara sayap dan tembok penjara, sehingga dia tidak mungkin memutus rantai tersebut tanpa melukai sayapnya sendiri. Sementara itu, luka di sayap kanannya, meskipun sekarang sudah lebih membaik, sepertinya juga belum memungkinkan baginya untuk terbang dalam jarak yang jauh.
Hari-hari pertama Koln di penjara masih dipengaruhi oleh obat bius yang disuntikkan secara reguler oleh seorang dokter yang datang ke penjara tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, efek obat bius tersebut semakin berkurang, tubuhnya semakin membiasakan diri dengannya, sehingga sedikit-sedikit dia sudah bisa mendapatkan kembali kesadarannya. Meskipun begitu, hampir setiap saat ada orang lain di dekatnya, Koln berpura-pura tidak sadarkan diri. Dia berbaring di lantai dengan tenang dan memejamkan matanya, dan berusaha mendengarkan percakapan orang-orang di sekitarnya. Meskipun seisi kota penasaran dengan kemunculan seekor naga dan pasti sangat ingin melihatnya dari jarak dekat dengan aman, namun pihak kepolisian telah menetapkan pengamanan yang ketat agar tidak seorangpun dapat dengan leluasa mengunjungi sel tempat Koln dikurung. Hanya petugas yang membawakannya makanan, dokter yang memberinya obat bius, serta kepala polisi dan beberapa petugas lain yang mengunjunginya secara reguler. Ia juga tahu bahwa ada beberapa orang lain yang mengunjunginya, sepertinya orang-orang penting atau pejabat-pejabat kota. Di saat-saat dia tidak sedang dalam pengaruh obat bius dan cukup sadar untuk memperhatikan keadaan, ia mencoba menangkap pembicaraan-pembicaraan yang beredar di sekelilingnya. Dari beberapa potongan percakapan yang didengarnya, ia dapat menangkap bahwa mereka belum berhasil menemukan Lira - hal ini cukup melegakan karena itu berarti Lira masih aman di luar sana. Namun, ia juga menyimpulkan bahwa pihak kepolisian tersebut tidak mengetahui ada orang-orang yang berusaha menculik Lira dan berniat jahat padanya, yang membuatnya khawatir, jangan-jangan Lira telah tertangkap oleh orang-orang tersebut. Namun, dia cukup yakin dengan kemampuan Lira dalam bertahan hidup, dan dia memiliki keyakinan kuat (selain juga untuk menyugesti dirinya bahwa masih ada harapan di antara kekacauan ini), bahwa Lira berhasil menyelamatkan diri dan mereka akan menemukan jalan.
Di antara orang-orang yang mengunjungi selnya, ada dua orang yang menarik perhatian Koln. Yang pertama adalah kepala polisi, seorang lelaki muda yang berpenampilan tenang dan bijaksana, dengan tatapan mata yang tajam namun entah mengapa cukup menenangkan. Lelaki muda itu tidak banyak bicara. Seringkali dia hanya berdiri selama beberapa menit di depan selnya, kebanyakan hanya diam sambil mengamati Koln, dan terkadang dia bergumam sendiri seakan-akan mengajaknya bicara. Koln tidak mengenal lelaki tersebut, tetapi hatinya mengatakan bahwa dia bisa mempercayai laki-laki tersebut. Sesuatu dari caranya bicara, caranya berdiri mengamati Koln, memberikan kesan bahwa dia adalah orang yang baik. Meskipun begitu, Koln tidak dapat mengambil resiko dengan mempercayai begitu saja lelaki tersebut, mengingat betapa kacaunya hidupnya dalam hari-hari belakangan ini.
Selain kepala polisi, ada satu orang lagi yang menarik perhatian Koln. Dia adalah seorang lelaki setengah baya, kira-kira berusia 35 sampai 45 tahun, dengan penampilan tegap dan ekspresi kaku di wajahnya. Lelaki tersebut, orang yang ditemui tuan bersuara serak pada malam setelah Koln tertangkap, tiga kali mengunjungi sel tersebut. Dia adalah seorang pejabat penting di balai kota, dan kedudukannya membuatnya bebas keluar masuk kantor polisi dan menemui naga tersebut sebanyak dan selama yang ia mau. Kalian pasti bisa menebak bahwa laki-laki tersebut, Mr. Wallace, ada hubungannya dengan kelompok Saxony. Tebakan kalian benar! Dia bukanlah anggota tertinggi dari kelompok Saxony, tapi dia memiliki peran penting dalam kelompok tersebut. Selama ratusan tahun keluarga Mr. Wallace telah bergabung dalam kelompok rahasia yang berkuasa tersebut. Ayahnya adalah salah satu anggota penting kelompok Saxony yang terkenal atas kemampuannya bernegosiasi dan menyelesaikan banyak hal besar secara efisien, dan ketika beliau meninggal di usia 70 tahun, Mr. Wallace, sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga tersebut, menggantikan kedudukan ayahnya. Namun sayangnya, bayang-bayang kehebatan ayahnya terlalu menghantui Mr. Wallace muda, sehingga dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk membuktikan pada dunia (dan terutama pada ayahnya), bahwa dia bisa sehebat dan secemerlang ayahnya dalam semua hal. Sebenarnya Mr. Wallace memiliki kecerdasan dan kemampuan yang lumayan, namun karena dia terlalu sibuk untuk membuktikan diri pada orang lain, hal itu justru menutupi kemampuannya sendiri dan membuatnya terlihat seperti tidak memiliki karakter dan kepribadian yang kuat. Begitulah kira-kira yang terjadi pada orang-orang yang terlalu menyibukkan diri mencari pengakuan dari orang lain, alih-alih fokus pada kemampuannya sendiri dan menjadi dirinya sendiri.
Meskipun di hampir setiap kunjungannya ke sel tempat Koln dikurung Mr. Wallace tidak pernah mengatakan sepatah katapun, namun setiap kali lelaki tersebut muncul, ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Koln merasa bergidik. Dia tidak menyukai lelaki tersebut - lebih tepatnya dia takut, tiap kali dia berdiri di depan selnya dan mengamati Koln dengan matanya yang tajam dan ekspresinya yang datar. Seolah-olah tatapan matanya tersebut mengandung api yang menusuk-nusuk tubuhnya, menembus sisiknya dan membuat pembuluh darahnya seakan-akan mengeriut dan meremas-remas tubuhnya. Naga adalah makhluk yang memiliki insting yang kuat, dan perasaan Koln mengatakan bahwa laki-laki ini memiliki hubungan dengan segala kekacauan yang terjadi beberapa hari ini. Koln berusaha dengan keras melawan perasaan mencekam yang datang setiap kali Mr. Wallace muncul, dan berusaha mengendalikan pikiran dan perasaannya supaya lebih tenang. Jika tidak, mungkin dia sudah akan meronta-ronta dan membakar lelaki tersebut setiap kali dia muncul!
Pagi itu, saat matahari baru saja muncul di balik celah kecil tempatnya dikurung, kepala polisi muncul di depan pintu sel. Seperti biasa, dia hanya berdiri dan menatap Koln (yang berpura-pura tak sadarkan diri), namun kali ini, kepala polisi memberanikan diri untuk mendekat, cukup dekat sehingga ia bisa memegang jeruji sel dan merasakan tarikan napas Koln yang hangat. Dari balik matanya yang sedikit terbuka, Koln dapat mengamati betapa wajah laki-laki tersebut nampak semakin lelah dan kurang tidur setiap harinya.
"Aku tahu kau naga yang baik", tiba-tiba saja lelaki tersebut bergumam, lebih kepada dirinya sendiri. "Mr. Watson dan keluarganya telah menceritakan apa yang terjadi, dan bahwa kau berteman dengan putrinya Evelyne"
Tubuh Koln menegang begitu mendengar nama yang dikenalnya tersebut keluar dari mulut lelaki tersebut, tapi dia berhasil mengendalikan diri untuk tidak bereaksi.
"Aku ingin menolongmu dan temanmu, sungguh! Menurutku kau sangat berani dengan mengorbankan dirimu untuk temanmu. Tapi aku sungguh sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Aku sedang berusaha menyelidiki ini, tapi aku akan memastikan sebisaku bahwa kamu dan temanmu akan aman dalam pengawasanku! Aku tidak tahu dimana temanmu berada sekarang, tapi aku sudah memastikan orang-orang kepercayaanku untuk mencarinya, dan kami akan melindunginya. Demi Tuhan, kalian semua masih anak-anak!" katanya.
Koln mendesahkan napasnya. Tiba-tiba saja, demi mendengar suara penuh simpati dari seorang manusia, setelah beberapa lama diperlakukan seperti seekor binatang buas, membuat hati Koln tersentuh dan serasa diliputi perasaan hangat. Dia membuka sedikit matanya, dan mengeluarkan dengkuran halus yang membuat kepala polisi kaget dan terlonjak ke belakang. Dia sama sekali tidak menyangka jika ternyata naga tersebut bangun dan mendengar kata-katanya!
"Jangan khawatir, aku bisa membakar kalian semua menjadi abu dalam sekejap jika memang aku menginginkannya!" kata Koln lagi, yang semakin membuat kepala polisi tersebut terlonjak kaget! Dia sama sekali tidak menyangka bahwa naga tersebut bisa bicara (yang sungguh mengesalkan Koln, memangnya bagaimana nenek moyang mereka jaman dulu bisa berkomunikasi dengan manusia? Sungguh bodoh lelaki ini!).
"Aku mempercayaimu. Tolong lindungi Lira. Katakan padanya aku akan mengantarnya ke gua rahasia" kata Koln lagi, lalu memejamkan matanya.
Ini adalah akhir dari percakapan pendek mereka, Koln tidak ingin mengumbar terlalu banyak kata-kata pada manusia asing yang tidak dikenalnya, dan lebih baik baginya untuk tetap berpura-pura tak sadarkan diri seperti ini, demi menghindari pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Namun dia juga perlu memberikan pesan pada Lira, bahwa jika suatu saat nanti kepala polisi berhasil menemukannya, ia ingin memberikan kode bahwa Lira bisa mempercayai lelaki ini.
Dari balik matanya yang terpejam, Koln dapat merasakan bahwa kepala polisi tersebut masih berdiri selama beberapa saat di depan selnya. Hari masih sangat pagi saat dia datang ke sana, dan masih belum banyak orang di tepat tersebut. Namun saat ini, saat pagi sudah mulai beranjak, dia bisa mendengar bunyi langkah kaki yang berlalu-lalang di balik dinding tembok, dan dia tidak ingin meneruskan percakapannya. Lelaki tersebut nampaknya menyadari hal tersebut, dan setelah beberapa saat dia kemudian beranjak pergi meninggalkan sel bawah tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Lira dan Para Naga
FantasiaLira adalah seorang anak perempuan yang dibesarkan oleh sekawanan naga yang baik hati yang tinggal di pegunungan Sunyi yang sangat terpencil. Lira dibesarkan dengan sangat baik oleh keluarga naga yang mengadopsinya, namun sayangnya, dewan kota Ebers...