PBE-05

2K 81 2
                                    

Seorang gadis mengulum senyum mendapati lelaki tambatan hatinya tengah membantu para karyawan si kembar mengangkut barang. Tuan muda ketiga dan keempat di keluarga Evander memilih membuka sebuah toko grosir jajanan. Mereka terkesiap saat melihat seorang gadis seksi yang tiba-tiba muncul di hadapan. Ezra yang sibuk bekerja tak menyadari kehadirannya. 

"Kak, duduk di sini dulu." Eidlan meletakkan kursi di sampingnya. Senyuman manis yang ditunjukkan gadis itu berhasil membangkitkan jiwa buaya yang dimiliki.

"Terima kasih, Eidlan," ucapnya sambil mendudukkan diri.

Pandangan Elsara hanya tertuju padanya. Ia merasa hatinya menghangat melihat Ezra yang dapat berbaur dengan para karyawan di sini. Karena sebelumnya, lelaki itu selalu menarik diri dari lingkungan sosial.

"Kak Ez, itu ada Kak Elsa," bisik Elan membuat kakak keduanya langsung berbalik badan dan menemukan seorang gadis yang melambaikan tangan kepadanya.

Ezra memejamkan matanya sesaat. Ia mengutuk sang abang di dalam hati. Bisa-bisanya, Edzard memberitahukan keberadaannya pada gadis centil yang selalu memakai pakaian kurang bahan itu.

"Buatkan aku mie, aku lapar," pintanya dengan tatapan yang mengarah pada Elsara yang berjalan mendekat.

Elan menurut. Ia pun menyuruh salah satu karyawan untuk membuatkan mie instan kesukaannya, sebagai rasa terima kasih karena telah membantu mereka semua. Para karyawan yang penasaran dengan sosok gadis yang tampak tersipu itu mencuri-curi pandang ke arah Elsara yang membuntuti Ezra ke ruang pribadi milik si kembar.

"Ezra, jangan terlalu sering memakan mie instan. Itu tidak baik untuk kesehatanmu," ujar Elsara pada lelaki yang menerima mie instan yang sudah dibuatkan oleh salah satu karyawan.

"Apa pedulimu?" sarkas Ezra mengangkat kaki dari toko, meninggalkan Elsara yang menundukkan kepala. Menahan buliran bening yang mendesak keluar dari pelupuk mata.

Si kembar saling memandang. Mereka menghampiri sang calon kakak ipar. Merasa kehadiran keduanya, Elsara pun segera menyeka air mata yang mengalir deras. Ia menarik sudut bibir dan menunjukkannya pada mereka.

"Aku tidak boleh menyerah untuk mencairkan hatinya yang beku," monolognya kembali membulatkan tekad. "Eidlan, Elan, Kak Elsa titip mobil di sini."

Gadis itu berlari kecil mendekati lelaki yang tengah menikmati mie instan di samping mobilnya yang terparkir. Kemunculan Elsara telah membuat nafsu makan Ezra berkurang. Lelaki itu bangkit dari duduknya, lalu masuk ke dalam mobil. Ia menghela napas panjang saat Elsara ikut masuk melalui pintu seberang.

"Menurutmu apa yang akan terjadi?" tanya Elan mengamati keributan di dalam kendaraan beroda empat itu.

Eidlan tersenyum tipis. "Kita hitung sampai tiga. Aku yakin, salah satunya akan ada yang keluar."

Tepat hitungan ketiga, mereka melepas tawa. Ezra mencoba menyuruhnya untuk keluar. Namun, Elsara tetap bergeming di tempatnya. Gadis itu merasa yakin, jika lelaki yang dicintainya selama bertahun-tahun tak akan tega berlaku kasar padanya. Terbukti saat Ezra membiarkannya tetap duduk di kursi samping kemudi. Elsara mengira, Ezra akan membawanya pergi, tetapi kenyataannya lelaki itu hanya membawa mie cup yang diletakkan di dasbor mobil. Kemudian, pergi meninggalkannya seorang diri membuat si kembar semakin mengeraskan tawanya.

"Jika sikap Kak Ezra selalu seperti itu kepada lawan jenisnya, aku yakin, dia tidak akan menikah!" seloroh Eidlan teringat akan keinginan orangtua mereka yang ingin segera menimang cucu.

"Lalu menjadi perjaka abadi," timpal Elan kembali tertawa.

Mereka tak menyadari jika ada sepasang mata yang terus mengamati keduanya dari kejauhan. Sebuah kerikil yang mendarat di kepala bagian belakang, membuat mereka memutar tubuh. Ezra mengangkat dagu ke arah adik kembarnya. Ia tahu, jika mereka tengah asyik membicarakan dirinya.

Pangeran Bermata Elang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang