Zuad Effendi. Sosok pria paruh baya yang terpaut satu tahun lebih muda dari tuan Evander. Pria yang sudah puluhan tahun lamanya bekerja di perusahaan keluarga Evander. Ezra tak percaya jika pria yang dianggapnya sebagai sosok ayah kedua melakukan hal kotor seperti itu. Ia baru mendapat kabar dari putra sulung Zuad yang meminta tolong padanya untuk membantu keluarga mereka yang sudah tak memiliki apa-apa. Hati kecilnya tersentil melihat anak laki-laki yang seusia dengan Eisha terus menangisi ayahnya yang berada di jeruji besi. Ia berjanji akan membuktikan jika Zuad tak bersalah dan membebaskannya, tetapi ia membutuhkan waktu.
"Abang, ada apa?" tanya Elsye pada suaminya yang tiba-tiba membuka pintu dengan kasar.
"Di sini bukan lagi tempat aku pulang. Cepat cuci wajahmu." Ezra mendudukkan diri di ujung ranjang. Menunggu istrinya yang berjalan menuju kamar mandi dengan hati bertanya-tanya.
Setelah selesai, Elsye mengikuti langkah suaminya. Untuk kedua kali, ia merasa di posisi yang sama. Ezra mengajaknya pergi dari rumahnya sendiri. Entah, apa yang terjadi sebenarnya. Ia sama sekali tak tahu. Kamar Edzard yang kedap suara membuat tidurnya tak terusik, hingga suara pintu terbanting membuatnya terpaksa membuka mata lebar-lebar.
"Mom, Dad, aku pulang. Maaf, jika kehadiranku di dunia ini sama sekali tak memiliki guna bagi kalian yang menjadi orangtuaku," ujar Ezra tanpa memandang orangtuanya yang bergeming di tempat.
Di luar gerbang kediaman keluarga Evander sudah ada Zion yang menjemput kepulangan sang tuan. Ia menatap penuh cemas ke arah tuannya yang selama ini selalu memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja. Tak ada seorang pun yang tahu mengenai beban-beban yang dipikul oleh pria itu selain dirinya. Ia merasa kagum pada sosok Ezra Albern Evander yang diam-diam melindungi anggota keluarganya dari marabahaya yang mengintai. Melakukan segala hal demi menjamin keselamatan nyawa mereka semua. Akan tetapi, tak ada seorang pun yang tahu. Termasuk Edzard yang seolah menutup mata dengan segala kegigihan adiknya.
"Ke markas. Aku ingin menemui Zevan dan Zino," titah Ezra pada Zion yang segera melajukan mobil menuju tempat yang selama ini menjadi basecamp mereka semua.
Selama perjalanan ketiga orang itu terdiam. Tak ada salah satu dari mereka yang berkeinginan untuk angkat bicara. Elsye sibuk mengelus kepala sang suami yang menyandar di bahunya. Sementara Ezra membutuhkan waktu untuk menenangkan hati dan pikiran.
"Sudah sampai Tuan, Nyonya," ucap Zion melirik mereka melalui kaca spion tengah.
"Duluan aja, Bang Ezra nyenyak banget tidurnya," sahut Elsye tak tega jika harus membangunkan suaminya.
Niat hati hanya ingin memejamkan mata sambil menikmati elusan sang istri, Ezra justru ketiduran. Berada dekat dengannya, membuat rasa nyaman itu tercipta. Hari-hari terberatnya sudah dilalui. Ia sudah terbebas dari cengkeraman nona Zygmunt yang memiliki obsesi besar padanya. Ezra harap, hari ini dan ke depannya ia bisa beristirahat dengan tenang. Kondisi kesehatannya tak terlalu baik, mengingat selama satu minggu ia terbaring lemah di ranjang.
"Kok tumben banget, ya, gue nggak mual-mual lagi pas naik mobil? Apa karena udah biasa?" gumam Elsye merasa sedikit heran.
Lima belas menit kemudian, Ezra membuka matanya. Ia tersenyum simpul memandang wajah istrinya yang tengah bermain ponsel. Tubuh Elsye tersentak saat sebuah tangan melingkar di perutnya. Ia menghela napas saat Ezra menidurkan kepala di atas pahanya.
"Sye, di sini sempit. Pindah ke kamar saja, ayo!" ajak tuan muda Evander sambil membuka pintu mobil.
Menginjakkan kaki di bangunan tua yang tampak menyeramkan itu, membuat Elsye memepetkan tubuh pada suaminya. Ia tak berani menatap orang-orang yang langsung berdiri menyambut kedatangan mereka. Ezra menyapa anak buahnya sebentar, lalu menggandeng tangan sang istri menuju kamarnya di markas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Bermata Elang [END]
Teen FictionPangeran bermata tajam bak elang itu mendapati kabar yang sangat memilukan hati. Kabar perjodohan tersebar membuat Edzard terpukul. Ia harus merelakan sahabat perempuannya menikah dengan sang adik. Ezra yang tidak mau menjalin hubungan dengan gadis...