PBE-33

391 54 4
                                    

"Untuk apa kalian ke sini?" Pertanyaan sinis yang terlontar dari mulut pria yang menatap tajam ke arah pintu terbuka, membuat mereka semua diam tak berkutik. Elsye yang menyadari sikap tidak sopan sang suami segera mencubit lengannya. "mengapa kau mencubit aku?!"

"Abang nggak sopan," jawab Elsye hendak turun dari atas ranjang pesakitan, tetapi dihentikan oleh Ezra yang melayangkan tatapan penuh peringatan.

Mengabaikan perdebatan kecil pasutri itu, si kembar dan Eisha mendahului masuk ke dalam ruang rawat ini. Mereka duduk di sofa dan mencomot makanan ringan yang tersisa, lalu memakannya. Eisha yang tak kebagian pun meraih makanan ringan yang masih utuh. Erland dan Eleana menggelengkan kepala menyaksikan kelakuan tiga anak mereka yang seolah tengah menonton sebuah drama di televisi.

"Bang, ada mie cup. Nuel menginginkannya," tutur Emmanuel menunjuk dua buah mie cup di atas meja. Ia memandang penuh harap ke arah sang abang. Kali ini saja, izinkan dirinya menikmati makanan instan tersebut. Ia membutuhkan sesuatu yang hangat, tetapi sangat malas untuk keluar atau sekedar memesan melalui online. Lebih tepatnya, ia enggan mengeluarkan uang. Tak peduli dengan kemurkaan kakak keduanya, karena ada Edzard yang jelas akan melindungi para adiknya dari kemurkaan pria tersebut.

"Ambil saja. Nanti Abang yang urus. Sekalian buat dua, ya! Abang juga mau." Edzard tertawa kecil. Ia melirik ke arah Ezra yang tengah diomeli oleh sang adik ipar. Meski suara Elsara kecil, ia masih bisa mendengarnya.

Berbeda dengan anak-anak, pasutri paruh baya itu justru merebahkan tubuh di kasur yang tersedia. Ezra memilih ruang rawat VVIP sebab tahu jika keluarganya akan menyusul, hingga membutuhkan tempat besar untuk menampung mereka semua.

"Mie punyaku! Nuel!!" teriak Ezra hendak melangkah mendekati Emmanuel yang membawa dua mie cup yang sudah diseduh. Namun, dicekal oleh Elsye yang menghela napas berat.

Ada banyak fasilitas yang didapati di ruang rawat VVIP ini. Termasuk dispenser. Emmanuel bersembunyi di balik tubuh sang abang yang mengedikkan bahunya tak acuh. Ezra yang masih emosi dengan kakak sulungnya pun mengurungkan niat. Ia memalingkan wajah ke arah lain sembari menahan gejolak amarah yang meluap-luap. Ia tidak suka jika sesuatu miliknya disentuh atau digunakan oleh orang lain tanpa seizinnya.

"Kak Ezra, maafkan Nuel. Nuel lupa izin," ucap Emmanuel menundukkan kepala. Merasa bersalah karena malah meminta izin kepada kakak sulungnya, bukan kepada pemilik mie tersebut.

"Nggak papa, Nuel. Dimakan aja. Bang Ezra lagi mode sensi dari tadi," sahut Elsye yang langsung mendapat tatapan tajam dari suaminya.

Semua orang terkekeh saat Elsye membalas tatapan Ezra dengan tak kalah tajam. Si kembar mengacungkan jempol pada kakak ipar mereka yang memiliki keberanian untuk melawan pria dingin dan datar itu. Senyum dan tawa keduanya memudar ketika Ezra melangkah keluar ruangan. Suara bantingan pintu menandakan bahwa pria tersebut merajuk. Elsye yang baru pertama kali melihat suaminya seperti itu pun hanya mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Hahaha... Kak Ezra ngambek!! Abang! Ayo kita syukuran!!" seru Eisha kegirangan.

Ezra merajuk adalah peristiwa yang sangat langka. Si kembar ikut antusias bersama sang adik perempuan. Sementara Emmanuel memakan mie cup dalam diam. Edzard yang tak bisa mengecewakan nona muda Evander segera menyuruh Zion yang menjaga di depan pintu untuk membeli kue dan mie cup instan, serta camilan yang lain.

"Keluarga mertua gue aneh, ya? Ada orang ngambek bukannya dibujuk, malah syukuran. E-eh, laki gue yang ngambek, ya Gustii!!!" gumam Elsye berubah gelisah.

Suasana riuh yang terjadi membuat tidur sepasang suami-istri itu terganggu. Eleana mengubah posisi menjadi duduk dan menyapu pandangan ke sekitar. Ia mengerutkan kening melihat raut wajah sumringah anak-anaknya. Erland yang merasa ada pergerakan di sampingnya pun ikut membuka mata.

Pangeran Bermata Elang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang