PBE-31

350 52 17
                                    

Si kembar terkejut melihat kondisi sang mommy dan adik mereka yang tak sadarkan diri. Keberadaan beberapa orang bertopeng membuat keduanya keheranan. Eidlan menggendong tubuh Eisha, sementara Eleana digendong oleh suaminya. Mereka masuk ke dalam rumah dengan perasaan kacau.

"Tuan, kediaman ini telah terkepung. Segera bawa nyonya dan nona ke tempat aman," lapor salah satu bawahan Ezra kepada tuan Evander.

Erland dan putra kembarnya saling memandang. Ada rasa tidak percaya di hati mereka. Namun, saat mendengar suara tembakan dari luar membuat si kembar bergegas membawa Eleana dan Eisha ke ruang bawah tanah. Emmanuel yang kebetulan pulang cepat karena guru di sekolah mengadakan rapat dadakan, segera keluar kamar. Ia terbelalak melihat banyak orang yang memenuhi ruang keluarga.

"Apa yang terjadi, Dad?" tanya Emmanuel menatap waspada ke segala arah.

Perkelahian tak terelakkan. Zevan mengabarkan pasukan yang berada di markas untuk datang secepatnya ke kediaman Evander. Akan tetapi, sebagian besar sudah menyusul sang tuan untuk mencari keberadaan sang nyonya yang sulit dilacak. Mau tak mau, mereka berjuang dengan pasukan tersisa yang tak lama tiba.

"Tetap di belakang Nuel, Dad!" titah Emmanuel pada sang daddy yang tampak kelelahan.

Mereka kalah jumlah. Ada banyak anak buah Ezra yang sudah tumbang. Zevan tak memiliki pilihan lain. Ia segera menghubungi sosok misterius yang dapat menyelamatkan mereka semua.

"Mr. D, kediaman Evander diserang!"

Zonathan memutus panggilan telepon sepihak. Ia mengerahkan semua anak buahnya untuk melindungi keluarga sang tuan. Dalam waktu sepuluh menit, mereka semua tiba. Pesan darurat yang dikirimkannya pada Edzard, membuat lelaki itu meninggalkan rapat bersama klien. Keselamatan keluarganya lebih utama. Lagipula ada Erwin yang menggantikannya.

"Siapa lagi yang berani menyerang kami?" gerutu Edzard sembari memakai topeng wajah dan jubah hitam yang menjadi ciri khas Mr. D.

Aura mencekam menguar dari sosok lelaki yang berjalan ringan menerobos pertarungan sengit yang terjadi. Ia mengetatkan rahang saat melihat seseorang mengarahkan pistol ke arah sang daddy yang terkapar di lantai. Yang di sampingnya terdapat Emmanuel yang sedang mengatur napas. Luka lebam yang menghiasi wajah tuan kelima Evander membuat Edzard sangat murka. Ia bergerak secepat angin dan menendang lengan orang tersebut hingga mengakibatkan senjata itu terlempar ke sembarang arah. Zonathan tersenyum menyeringai. Ia memungut senjata api itu dan menembakkan peluru pada dada kiri orang tersebut.

"Mr. D," gumam Zevan tak menyangka bisa menyaksikan kehebatan sosok misterius dalam melumpuhkan lawannya.

Para anak buah yang berada di ruangan ini, perlahan mundur. Memberi kesempatan kepada Mr. D untuk melampiaskan dahaganya. Senyuman miring yang terbit di wajah yang tertutupi topeng membuat semua orang bergidik ngeri. Dalam beberapa menit, musuh yang tersisa sudah tergeletak tak berdaya. Mr. D menyibak jubahnya dan berlalu dari sana.

"Siapa dia?" tanya Emmanuel entah tertuju pada siapa.

"Mr. D. Sang otak brilian," jawab Zevan memandang penuh kagum kepergiannya. "a-ah, saya lupa. Perkenalkan saya Zevan. Saya ditugaskan untuk berjaga di sini oleh tuan Ezra."

Di dalam mobil, Edzard kembali berganti pakaian. Ia melirik ke arah Zonathan yang sedang menyetir mobil berkeliling kota. Menghindari kejaran para bawahan Ezra yang merasa penasaran dengan sosoknya.

"Kita sudah lolos, Mr," ucap Zonathan yang diangguki oleh sang tuan.

"Ke kantor, aku ingin mengambil mobilku," sahutnya yang teringat jika dirinya dijemput oleh Zacky tadi. "kau sudah menelepon dokter?"

Pangeran Bermata Elang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang