"Kak Ezra, ayo kita mabuk! Kak Ezra itu lelaki sejati, maka tidak boleh mengingkari janji...," rengek Eisha sambil menarik-narik tangan kakak keduanya.
Sudut bibir Ezra tertarik membentuk senyuman miring. Ia bangkit dari duduknya, membuat sang adik memekik kegirangan. "Kau yakin ingin mabuk, Ca?" tanyanya dibalas anggukan antusias oleh Eisha.
"Tentu sangat yakin!" seru Eisha mengabaikan tatapan mengintimidasi yang sedari tadi menyergap.
Ezra menuntun adik perempuannya menuju dapur. Edzard dan yang lain bergegas menyusul. Mereka semua tak mampu menebak jalan pikiran lelaki yang mengabulkan keinginan nona Evander itu. Memang dari kelima kakak laki-laki yang dimiliki, hanya Ezra yang dengan senang hati menuruti segala keinginan anehnya. Meski terkadang tak sesuai ekspektasi.
"Kak Kembar tidak boleh ikutan. Semalam kalian sudah mabuk," tukas Eisha memasang raut garang di wajahnya.
Edzard mengerutkan kening saat lima buah jeruk disuguhkan di tengah-tengah mereka. Ia tersenyum tipis mengetahui maksud Ezra yang mengangkat sebelah alis ke arahnya. Eisha tampak keheranan melihat keberadaan buah berwarna orange itu, kemudian ia menatap sang kakak kedua yang sedang mengupas kulit jeruk.
"Apa kau tahu arti mabuk, Ca?" tanya Ezra tenang. Tak ingin mengundang kecurigaan adik perempuannya yang menggeleng pelan. "Jeruknya sudah Kak Ezra kupas, silakan kau nikmati."
"Apa hubungannya mabuk dengan jeruk, Kak Ezra!!!" pekik Eisha kehilangan kesabaran. Ia memberikan jeruk di tangannya pada sang kakak ipar.
"Mabuk itu kepanjangan dari makan buah jeruk. Jika kau masih kurang, kak Ezra bisa belikan lagi," jelas Ezra dengan santai.
Seketika tawa semua orang pecah, kecuali tuan muda kedua Evander. Mereka merasa takjub akan kecerdasan seorang Ezra yang lagi-lagi mengecoh keinginan random si bungsu. Sementara orang yang ditertawakan melayangkan tatapan permusuhan. Tanpa berpikir jika lelaki yang dihadapannya adalah sang kakak laki-laki, ia melempar empat jeruk yang tersisa. Ezra tak bisa lagi menahan tawa. Melihat Eisha murka adalah kesenangannya. Elsye yang baru pertama kali melihat suaminya tertawa lepas seketika terkesima.
'Sudah lama sekali kau tidak tertawa seperti itu, Ez,' benak Edzard merasa bahagia, meski adik kesayangannya yang menjadi tumbal kejahilan Ezra.
"Hahaha... Mengapa kau bisa tertipu, Ca!" olok Elan disela tawa. Lelaki itu sampai memukuli punggung sang kembaran. Tak kuasa menahan rasa lucu saat melihat wajahnya merah padam.
"Mabuk, makan buah jeruk. Tidak salah, Kak Ez! Kau memang cerdas!" puji Eidlan merasa takjub.
"Sudah cukup," lerai Edzard menghentikan tawa si kembar.
Eisha melengkungkan bibirnya ke bawah. Ia menghampiri sang abang yang merentangkan kedua tangan. Dalam hitungan detik, tangis si bungsu menggema. Edzard membawa adik perempuannya menuju ruang keluarga. Satu tangan digunakan untuk menahan bobot tubuh Eisha, sedangkan tangan lainnya terus mengelus punggung sang adik yang menyembunyikan wajah di cekuk lehernya.
"Kak Ezra jahat! Eca tidak mau bicara dengan dia lagi. Abang usir Kak Ezra dari sini. Eca tidak mau seatap dengan dia yang selalu mengerjai Eca," papar Eisha.
"Dengarkan Abang, mabuk itu tidak baik untuk kesehatan. Eca pasti tahu itu haram, bukan? Mas Nuel pasti pernah menjelaskannya, 'kan?" tutur Edzard mencoba memberikan pengertian.
"Tapi Eca hanya penasaran bagaimana rasanya," sela Eisha tetap dalam pendiriannya.
"Sudah, makan buah jeruk saja, Ca," seloroh Emmanuel membuat adik perempuannya mengerucutkan bibir. Tak ayal nona muda Evander membuka mulut saat disuapi buah jeruk yang sudah dikupas oleh kakak kelimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Bermata Elang [END]
Teen FictionPangeran bermata tajam bak elang itu mendapati kabar yang sangat memilukan hati. Kabar perjodohan tersebar membuat Edzard terpukul. Ia harus merelakan sahabat perempuannya menikah dengan sang adik. Ezra yang tidak mau menjalin hubungan dengan gadis...