20 - TUGAS ESSAY

1.5K 185 29
                                    

"Shit! Shit! Shit!" Lisa mengumpat sambil berlari menyusuri lorong apartemen.

Setengah jam yang lalu ia masih berkumpul bersama teman-temannya di cafe. Seperti biasa, menghabiskan waktu layaknya anak muda. Sampai dimana ia tiba-tiba teringat bahwa ada tugas yang belum ia kerjakan untuk di kumpulkan besok. Di tambah dosen yang mengajar adalah dosen yang terkenal killer. Jika sekali saja tidak mengumpulkan tugas, sudah di pastikan ia akan mengulang mata kuliahnya di semester depan.

Itu tidak bisa terjadi! Daddynya akan marah! Apalagi sekarang ia masih dalam masa hukuman. Ia tidak mungkin membuat masalah lagi saat ini.

Padahal ia sedang menikmati waktunya bersama teman-temannya yang lain. Bahkan sekarang belum menunjukkan pukul sepuluh malam tetapi ia sudah berada di apartemen.

Ya, sudah seminggu ini Lisa kembali ikut berkumpul bersama teman-temannya seperti biasa. Ia tidak tahan jika seharian berada di apartemen. Ia juga menepati hukumannya untuk pulang tepat pukul sepuluh malam. Teman-temannya sempat protes dan bertanya-tanya mengapa ia selalu pulang lebih awal. Namun Lisa dengan kemampuan berbohongnya yang sudah mulai terlatih mengatakan jika ia menyewa asisten rumah tangga untuk membersihkan apartemen setiap harinya dari sore ke malam. Sehingga ia harus selalu mengecek asisten rumah tangganya ketika akan pulang. Takut jika pekerjaannya tidak rapi ataupun orang tersebut mengambil beberapa barang miliknya. Bagus sekali bukan kebohongannya? Kenyataannya ia bahkan tidak butuh asisten rumah tangga karena ada Jennie yang selalu berada di apartemen.

Lisa yang telah sampai di unit apartemennya, bukannya masuk ke dalam kamar miliknya, tetapi kakinya malah melangkah ke kamar saudara tirinya.

"Jennie!" Lisa berseru. Ia membuka pintu cukup keras hingga sang pemilik kamar yang tengah duduk bersandar pada headboard terlonjak kaget, memegang dadanya. Buku yang sejak tadi ia pegang pun sudah jatuh kepangkuannya.

Sementara Lisa yang juga ikut terkejut karena tindakannya yang tidak ia sengaja, segera menghampiri Jennie dan duduk di pinggiran kasur.

"Sorry sorry Jennie, lo kaget? Gue gak sengaja buka pintu terlalu keras" ucap Lisa yang masih menetralkan deru napasnya akibat berlarian.

"Aku gak apa-apa Lisa" balas Jennie. Walaupun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Lisa, ia pun sedang menetralkan detak jantungnya akibat keterkejutannya.

"Beneran lo gak kenapa-napa?" Tanya Lisa sekali lagi. Jennie yang mendengarnya mengulas senyum.

Jennie bahagia. Entah kenapa akhir-akhir ini Lisa terlihat lebih perhatian padanya. Walaupun mereka masih sangat jarang berkomunikasi atau sekedar mengobrol berbasa-basi tetapi pada hal-hal kecil, Lisa selalu memperhatikan Jennie. Sedikitnya ia sudah tidak acuh padanya.

Tetapi harus diingat, semua itu hanya ketika mereka berada di apartemen, tidak berlaku jika di luar. Lisa akan tetap menjadi Lisa yang tidak dekat dengan Jennie di depan teman-temannya.

"Iya Lisa... kenapa kamu buru-buru kayak gini? Ini belum jam sepuluh kan?" Jennie bergerak mengambil handphonenya di atas nakas, memeriksa layar untuk melihat jam.

Ia sudah tahu tentang hukuman-hukuman apa saja yang di berikan Daddynya untuk Lisa. Kemarin saat ia menelepon Mommynya, ia sempat bertanya mengapa ia tidak mendapat hukuman seperti Lisa, tetapi Mommynya hanya menyampaikan pesan dari Daddy Marco bahwa ia tidak mendapat hukuman apa-apa. Jennie menjadi merasa bersalah pada Lisa. Karena dirinya, Daddy Marco jadi mengetahui soal Lisa yang sering pergi ke arena balapan liar.

"Iya emang belum. Tapi masalahnya bukan itu!" Jawab Lisa dengan kepanikannya. Sedangkan Jennie terlihat kebingungan.

"Jadi apa?" Tanya Jennie.

SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang