"Jennie!"
Suara teriakan Lisa terdengar oleh telinga Jennie yang sedang berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.
Jennie menoleh, menatap Lisa yang seperti baru saja bangun dari tidurnya dan berlari dari kamar karena mimpi buruk. Napasnya terengah dengan dada yang naik turun.
"Ada apa Lisa? Kenapa kamu lari-lari?" Tanya Jennie yang sedikit khawatir. Ia segera melangkah menuju dispenser, kemudian memberikan segelas air pada Lisa yang langsung di sambar dan diminumnya.
"Kok lo gak bangunin gue sih!? Ini udah jam berapa!? Kita bisa telat ke kampus!" Ucap Lisa yang tetap panik meski pun sudah menghabiskan satu gelas air dingin.
Jennie tertawa renyah membuat Lisa mengernyitkan dahinya sebal.
"Kok lo malah ketawa sih, Jen!? Buruan siap-siap! Gue mau balik ke kamar, mau mandi!"
Lisa akan segera melangkah ketika tangannya di tahan.
"Apa lagi!? Lo mau kita telat! Absen gue udah habis di mata kuliah ini. Gue gak bisa gak masuk! Lo berhenti bikin sarapannya. Gak akan keburu!"
"Dengerin aku dulu sebentar, Lisa" balas Jennie tenang dengan senyum yang belum luntur.
"Iya cepetan! Apa!?" Kesal Lisa.
"Kamu lupa ya? Kemarin kan ada pengumuman kalau hari ini dosennya gak bisa masuk. Jadi jadwalnya bakal di ganti ke hari lain"
Lisa melongo. Wajahnya tampak bodoh dengan kerutan di dahinya. Sepertinya ia sedang mencoba mengingat.
Detik berikutnya ia membulatkan matanya dengan kedua tangan yang menutup mulut menganganya.
"KOK GUE BISA LUPA!!" Lisa berteriak frustasi. Tangannya mengacak-acak rambutnya yang sebenarnya sejak tadi memang sudah acak karena bangun tidur.
Jennie kembali tertawa. Kali ini cukup kencang sampai-sampai ia memegangi perutnya yang sedikit sakit akibat tertawa. Melihat tingkah saudara di hadapannya sungguh membuat Jennie terhibur.
"Kenapa gue harus lupa sih!? Tau gitu gue gak akan bangun pagi kayak gini!! Gue bisa tidur lebih lama!" Sesal Lisa yang kini terduduk lesu di meja makan dengan kepala yang langsung ia tangkupkan di atas meja.
Jennie dengan sisa tawanya kemudian menghampiri. Tangannya terulur untuk mengusap kepala saudaranya itu.
Sepertinya akhir-akhir ini Jennie sudah mulai berani untuk menyentuh Lisa. Begitupun dengan Lisa yang tidak mencoba menghindar dan tidak merasa risih. Tidak ada penolakan darinya. Meski masih agak terlihat canggung, tetapi mereka mencoba yang terbaik untuk memperbaiki hubungan di antara keduanya. Terlebih Lisa yang selama ini bahkan selalu enggan untuk berinteraksi lebih lama dengan Jennie.
"Kamu bisa lanjut tidur lagi sekarang, Lisa. Kita gak ada kelas lagi hari ini. Jadi anggap aja libur, kan? Besok juga hari libur. Kamu masih punya banyak waktu buat santai" ucap Jennie penuh pengertian, menatap Lisa dengan lembut walaupun mata mereka tidak saling bertemu.
"Tapi gue udah gak ngantuk gara-gara kaget sama kebodohan sendiri!"
Gerutuan itu terdengar seperti tertuju pada dirinya sendiri.
"Yaudah kalau gitu sarapan aja, gimana? Aku bakal buatin apa aja yang kamu mau. Atau mau sarapan yang biasa aja? Aku tadi cuma siapin sarapan buat sendiri. Aku kira kamu bakal bangun siang" Jennie mencoba untuk membuat Lisa setidaknya merasa sedikit tidak menyesal karena sudah bangun pagi dengan menawarkan sarapan.
"Gue mau sarapan yang biasa aja. Tapi susu cokelatnya dua gelas" balas Lisa tidak bertenaga.
Jennie terkekeh. Saudaranya itu sangat cinta dengan susu cokelat dan semua hal yang berbau rasa cokelat. Apa perutnya tidak akan kembung jika meminum dua gelas susu? Jennie menggelengkan kepala dengan tetap menyiapkan permintaan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Fiksi RemajaLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...