"Udah satu jam kita di sini. Masih ada setengah jam lagi sampai kelas kita di mulai. Lo bisa pake waktunya sampai lo bener-bener siap buat keluar." Ucap Lisa dengan penuh rasa sabar.
Ya, mereka kini tengah berada di tempat parkir dan semenjak kedatangannya di kampus, mereka belum keluar dari dalam mobil. Jennie meminta Lisa untuk menunggu ia menenangkan diri. Lisa jelas menyetujuinya dan dengan sabar menemani Jennie. Hingga tidak terasa sudah satu jam lamanya mereka hanya berdiam diri di sana. Untung saja Lisa sudah menduga dan berjaga-jaga dengan kemungkinan ini. Sehingga tadi mereka berangkat jauh lebih awal dari jam masuk kelas mereka.
"Lisa ..." lirih Jennie, menoleh dan menatap mata saudaranya.
"Iya? Kenapa? Manfaatin waktunya. Bahkan kalaupun nanti lo berubah pikiran dan gak jadi masuk kelas hari ini. Gue gak masalah. Kita bisa pulang lagi ke apartemen." Tuturnya sambil memberikan senyum menenangkan.
Jennie jelas merasa tidak enak. Ia tidak ingin saudaranya itu mengorbankan waktunya dengan sia-sia hanya demi dirinya. Ia mencoba menarik napasnya perlahan untuk mengontrol dirinya, berusaha tenang.
"A-aku mau turun sekarang, Lisa." Ucap Jennie pada akhirnya.
"Kamu yakin?" Tanya Lisa meyakinkan kembali.
Jennie pun mengangguk.
Lisa tersenyum teduh.
"Good girl. Nanti di kelas kan lo ketemu sama sahabat-sahabat lo. Mereka pasti udah kangen banget. Gue juga bakal duduk di sebelah lo mulai sekarang. Lo kan tahu gue udah gak punya siapa-siapa selain lo." Tutur Lisa memberikan bayangan-bayangan positif agar pikiran buruk Jennie teralihkan.
Sementara Jennie yang mendengar kalimat terakhir dari Lisa malah merasa sedih.
"Lisa ..." tangannya terulur untuk menggenggam tangan Lisa.
Lisa terkekeh. "Jangan pasang wajah kayak gitu. Gue baik-baik aja kok." Balasnya santai.
"Aku boleh minta peluk dulu?" Tanya Jennie takut-takut.
Tanpa banyak bicara, Lisa langsung merentangkan tangannya. Memberi isyarat untuk Jennie masuk ke dalam dekapannya.
Mereka berdua pun berpelukan dengan nyaman. Jennie melakukannya untuk menenangkan dan meyakinkan dirinya. Sedangkan Lisa, apapun yang dibutuhkan saudaranya ia akan penuhi.
.
.
.
"Jennie!"Jisoo dan Rose seketika berdiri dari duduknya ketika melihat Jennie muncul dari pintu kelas. Untung saja kondisi kelas belum terlalu ramai. Tidak masalah jika mereka berteriak dan sedikit membuat keributan.
"Kita kangen banget sama lo. Akhirnya lo masuk kuliah juga!" Seru jisoo memeluk Jennie dengan erat.
"Gue juga kangen sama kalian." Balas Jennie, tersenyum pada kedua sahabatnya. Sambutan hangat dari mereka membuat perasaan resahnya perlahan menguap.
"Lo udah sehat? Bener-bener sehat?" Giliran Rose yang bertanya dengan raut wajah yang tampak cemas.
Jennie mengangguk. "Gue udah baik-baik aja kok."
"Syukur kalau gitu. Kita ikut seneng dengernya."
"Ngomong-ngomong, lo udah denger semua beritanya dari Lisa, kan?" Tanya Jisoo yang langsung dimengerti oleh Jennie.
Jennie mengangguk.
Itu hari dimana ia memutuskan untuk kembali berkuliah. Saat itu Daddy Marco dan Lisa memberitahu informasi bahwa Somi dan Minnie telah di drop out dari kampus. Mereka pun sebenarnya cukup terkejut dan baru mengetahui berita itu dari pihak kampus yang menghubungi perihal kelanjutan masalah yang terjadi. Mereka bahkan tidak menyangka pihak kampus secara tiba-tiba bertindak dengan cepat. Setelah ditelusuri, ternyata Krystal lah yang meminta untuk mereka di drop out. Lisa sempat penasaran dengan alasan dari Krystal, tetapi ia memilih untuk tidak menanyakan keputusannya. Ia hanya menduga bahwa mungkin Krystal terpikirkan kata-katanya saat perdebatan mereka di apartemen Somi. Yang terpenting adalah bahwa masalah telah selesai dan ia sudah tidak ingin berurusan dengan mereka sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Ficção AdolescenteLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...