Lisa masuk ke dalam kamar dan mendapati Jennie yang tengah duduk bersandar pada headboard tempat tidur.
"Hi, gue boleh duduk?" tanya Lisa yang tanpa menunggu jawaban langsung mendudukkan dirinya di tepi kasur, berhadapan dengan Jennie.
Jadi untuk apa dia bertanya? Lupakan.
"Lo udah baik-baik aja?" lagi, Lisa kembali bertanya karena sedari tadi Jennie hanya diam saja dengan kepala yang menunduk.
Lisa pun berinisiatif untuk menyentuh pundaknya tetapi Jennie refleks memundurkan tubuhnya sedikit menjauh.
"Kenapa? Lo takut sama gue?" Lisa melipat kedua tangannya di depan dada.
Apakah tidak ada yang mengajarkan Lisa bagaimana menghadapi orang yang baru saja kambuh dari trauma? Mengapa tidak ada kelembutan sama sekali?
Ya walaupun sebenarnya sekarang sudah terhitung dua hari sejak kejadian dimana Jennie kambuh, tetapi tetap saja. Bahkan Jennie masih tidak berani untuk keluar dari dalam kamarnya dan enggan untuk bertemu orang lain selain Mommynya. Mungkin karena kejadian kemarin adalah untuk pertama kalinya setelah sekian lama traumanya kembali.
Sudah dua hari juga Daddy Marco dan Mommy Kim menginap di apartemen untuk menemani Jennie dan Lisa yang juga mengambil kesempatan untuk tidak masuk kuliah. Selama dua hari itu pula Lisa untuk sementara tidak pergi kemana-mana. Bahkan sekedar bertemu teman-temannya saja ia tidak melakukannya. Entahlah, sepertinya ia sedang malas bertemu mereka sejak kejadian di arena balapan liar.
Mommy Kim, selaku ibu dari Jennie selalu setia menemani karena hanya dengannya lah Jennie bisa sedikitnya mengobrol dan merasa aman. Namun hari ini, Mommy Kim terpaksa harus pulang karena pekerjaan begitupun dengan Daddy Marco sehingga sekarang hanya ada Lisa yang berada dalam kebingungan. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi saudara tirinya itu. Apalagi ia teringat dengan ucapan Daddynya yang membuat ia semakin pusing dan harus memutar otak.
"Lisa, sekarang Daddy bakal kasih tahu hukuman kamu. Siap?" Tanya Daddy Marco yang sebelumnya telah saling berpelukan dengan Lisa dan mengatakan bahwa ia memaafkan anaknya.
"Lisa siap Dad. Lisa harus siap karena Daddy udah berbaik hati maafin kesalahan Lisa"
"Oke kalau gitu hukuman kamu pertama, Daddy bakal sita mobil sport kamu termasuk juga Rubicon yang baru Daddy kasih. Daddy cuma bakal kasih kamu city car biasa yang bisa kamu pake. Kedua, Daddy bakal batasin jam malam kamu cuma sampai jam 10. Jadi, kamu harus udah pulang di jam segitu. Walaupun Daddy gak bisa memantau langsung tapi Daddy berharap kamu bakal selalu tepatin hukuman kamu ini dan ikutin aturan baru. Ketiga dan yang paling penting, Daddy mau kamu buat ikut kerjasama dalam proses penyembuhan Jennie. Itu lah kenapa Daddy sama Mommy masih ngebiarin Jennie buat tinggal di apartemen bareng kamu. Dokter Song juga bilang kalau kamu sebagai saudara bisa lebih berpengaruh dan membantu. Selain bisa memahami dan mengerti karena umur kalian yang sama, kebersamaan kalian juga lebih banyak baik di sini atau pun di kampus. Kalian lebih banyak interaksinya dan waktu kebersamaannya. Makanya Daddy mohon untuk tolong dan bantu Mommy kamu yah"
Begitulah kira-kira percakapannya dengan Daddy Marco kemarin malam tentang hukuman apa yang ia dapat dan Lisa harus mulai menjalankannya. Termasuk alasan sekarang ia berada di kamar Jennie adalah berusaha untuk membujuk saudaranya itu yang masih saja mengurung dirinya di dalam kamar.
Jam sudah menunjukkan waktu untuk makan malam dan Lisa harus membujuk Jennie untuk makan dan meminum obat, menggantikan tugas yang dua hari ini selalu Mommy Kim lakukan.
"Jennie, gue tanya sekali lagi. Lo takut sama gue?"
Jennie dengan pelan menggelengkan kepalanya, "a-aku cuma kaget..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Fiksi RemajaLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...