"Pagi, sayang. Kamu udah bangun? Mommy kira kamu masih mimpi indah. Kenapa gak turun ke bawah?" Mommy Kim menghampiri putrinya yang tengah duduk bersandar pada headboard tempat tidur. Tangannya terulur untuk mengusap lembut surai milik putrinya.
Jennie sudah di perbolehkan pulang sejak kemarin sore dan tanpa bertanya pun, Mommy Kim dan Daddy Marco memilih untuk membawa pulang Jennie ke rumah, bukan apartemen karena putri mereka pasti masih merasa takut dengan saudaranya.
Bagaimana dengan Lisa? Tentu ia tidak mempermasalahkan sama sekali. Bahkan ia ikut mengantar Jennie pulang dengan mengikuti mobil Daddynya di belakang. Dan Lisa, ia juga sebenarnya memilih untuk pulang dan menginap kemarin tanpa sepengetahuan Jennie. Dan saat ini ia tengah berada di kamar miliknya yang tepat berada di samping kamar Jennie. Mungkin masih tertidur nyenyak.
"Mommy ..." lirih Jennie memeluk pinggang Mommy Kim dari samping, menyandarkan kepalanya di dada hingga ia bisa mendengarkan detak jantung Mommy tercintanya yang terasa menenangkan.
"Kenapa sayang? Tadi Mommy liat kamu juga ngelamun? Lagi mikirin apa?" Tanyanya lembut.
Jennie hanya menggeleng kecil.
"Masih keinget kejadian kemarin?"
Ketika pertanyaan itu terlontar, Mommy Kim bisa merasakan pelukan putrinya yang semakin mengerat.
"Sayang ... Mommy tau kamu pasti masih ketakutan. Itu wajar kok. Tapi kamu harus tau juga kalau mereka udah dapet hukuman dan gak akan lagi nyakitin kamu."
Ya, walaupun ucapannya tidak sepenuhnya benar karena belum ada keputusan apapun dari pihak universitas tentang hukuman yang akan di berikan kepada pelaku. Namun meskipun begitu, suaminya dan juga Lisa masih terus berusaha untuk meminta keadilan dan hukuman yang sesuai untuk mereka. Bahkan Daddy Marco berniat akan mengambil jalur hukum jika pihak kampus tidak bertindak apapun. Dengan koneksi luas yang dimiliki Daddy Marco, ia akan dengan mudah membuat para pelaku mendapatkan hukuman.
"Jennie takut ..." suara Jennie terdengar parau dan sepertinya ia telah menangis.
"Anak Mommy gak mau masuk kuliah lagi?"
Lagi-lagi Jennie menggeleng.
Mommy Kim menghela napas. "Gimana sama sahabat-sahabat kamu? Mereka pasti kangen banget kalau kamu gak kuliah."
Jennie terdiam.
"Kamu inget kata-kata dokter Song? Dia bilang kalau di dunia ini memang gak semua orang itu baik. Pasti ada aja orang jahat. Dan kita gak bisa kontrol itu karena mereka sendiri yang memilih apakah mereka akan menjadi orang baik atau jahat. Nah, kemungkinan kita ketemu sama orang yang jahat ke kita itu akan selalu ada. Selama kita hidup, kita pasti bakal ketemu berbagai macam orang, kan? Karena itu, kita harus selalu berhati-hati. Tapi kamu juga harus tahu, dibanding orang jahat, keberadaan orang baik itu jauh lebih banyak." Mommy Kim menjeda untuk sesaat mengusap air mata putrinya yang jatuh membasahi pipi.
"Soal rasa takut kamu, cuma kamu sendiri yang bisa kontrol. Rasa takut itu wajar, sayang. Tapi kalau terlalu berlebihan itu malah gak baik. Apapun itu, sesuatu yang berlebihan pasti gak baik. Jangan biarin pikiran-pikiran negatif terus berputar di kepala kamu. Kasih ruang yang lebih luas untuk pikiran positif. Kamu lebih baik fokus ke sana. Mommy percaya kalau kamu bisa lewatin ini semua. Kamu perlahan pasti bisa lawan rasa takut kamu. Anak Mommy kan kuat. Mommy bakal selalu ada di samping kamu, dukung kamu."
Jennie mendengarkan dengan seksama di tengah dirinya yang masih sesenggukkan.
"Soal kejadian kemarin, Mommy tadi udah bilang, kan? Mereka udah dapet hukuman dan kamu di jamin gak akan di ganggu lagi sama mereka. Gak akan ada lagi yang jahatin kamu. Kamu udah aman, sayang. Daddy sama Lisa udah berjuang buat ngasih hukuman ke mereka dan itu semua demi kamu, demi lindungin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Teen FictionLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...