"Bener kalian mau pulang ke apartemen?" Tanya Daddy yang ikut bergabung berkumpul di ruang keluarga bersama anak-anak dan istrinya.
Lisa menatap Daddynya dan menganggukkan kepalanya mantap.
"Jennie?" Kali ini Daddy Marco menatap Jennie yang duduk tepat di sebelah Lisa. Mengapa mereka sangat menempel? Pikirnya. Bahkan tidak ada ruang kosong di antara mereka berdua. Ia menggeleng tetapi dengan hati bahagia.
Jennie telah kembali. Putrinya itu tidak lagi takut kepada Lisa. Ia sendiri pun terkejut, terutama sang istri yang lebih dulu melihat pemandangan tidak biasa ketika ia akan membangunkan putri-putrinya pagi kemarin. Jennie dan Lisa tertidur bersama! Bahkan mereka saling berpelukan dalam tidurnya. Ia melihatnya dengan mata kepala sendiri setelah sang istri dengan gaduh berlari ke bawah dan memberi tahu apa yang baru saja ia lihat. Mereka pun akhirnya bersama-sama melihat pemandangan indah yang membuat mereka terharu. Kedua putrinya telah menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa sepengetahuan mereka. Hubungan di antara keduanya telah kembali baik. Bahkan mungkin semakin membaik. Dua hari ini mereka melihat kedekatan putrinya yang semakin hari semakin menempel. Mereka seperti saudara kembar yang tidak dapat di pisahkan.
"Iya, Daddy. Kebetulan besok kan kita juga udah mau masuk kuliah lagi." Jawab Jennie sambil tersenyum.
"Padahal Daddy masih kangen kalian loh. Daddy baru aja ngeliat keakraban kalian." Daddy Marco mengerucutkan bibirnya membuat semua terkekeh.
"Weekend juga kita pulang lagi ke sini. Daddy gak usah berlebihan deh!" Ledek Lisa sambil menjulurkan lidahnya.
Daddy Marco menatap tidak percaya.
"Itu artinya Daddy sayang banget sama kalian! Dasar anak nakal! Udah deh! Kalau gitu kamu aja yang pulang ke apartemen sana! Biar Jennie di sini. Daddy bakal ganti kata-kata Daddy jadi cuma kangen sama Jennie, gak sama kamu!" Balas Daddy ikut menjulurkan lidahnya.
"Enak aja! Daddy gak bisa pisahin kita berdua yah! Kita saudara! Daddy durhaka kalau nyoba pisahin anak-anaknya!" Ucap Lisa tidak mau kalah.
"Sayang, liat anak kita gak ada berubah-berubahnya! Masih kurang ajar sama Daddynya. Masa bilang Daddynya durhaka!? Dia berubah cuma ke saudaranya aja tuh!" Adu Daddy Marco pada sang istri yang hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkah anak dan suaminya.
"Iya lah! Jennie kesayangan Lisa sekarang!" Balas Lisa dengan percaya diri memeluk Jennie di sampingnya dengan erat.
Jennie pun hanya bisa pasrah mendapati Lisa yang seperti ini. Terus menempel padanya.
Jika kalian ingin tahu, bahkan sejak malam mereka berbaikan, lebih tepatnya malam dimana ia memberanikan diri dan berakhir menghilangkan ketakutannya pada saudaranya, Lisa tidak mau sedikitpun berjauhan dengannya. Tangannya tidak pernah menganggur terlalu lama untuk digenggam oleh Lisa. Dua hari ini pun, Lisa terus meminta Jennie untuk tidur bersama dengannya. Dan sepertinya mereka sudah menghilangkan kecanggungan untuk tidur saling berhadapan bahkan saling berpelukan. Lisa mungkin sudah sepenuhnya tidak, tetapi Jennie masih merasa sedikit canggung. Dan ... sedikit tidak percaya. Lisa sudah seperti saudara yang selalu ia bayangkan. Kedekatan mereka, Jennie tidak menyangka akan secepat ini. Jadi, ia masih berada diantara percaya dan tidak percaya. Namun terlepas dari itu, Jennie tetap sangat bersyukur dengan perubahan yang terjadi. Meskipun jujur, ia agak sedikit ... risih? Bukan! Maksudnya, ia senang! Sangat! Tetapi Lisa terlalu menempel padanya. Ia sedikit kesulitan untuk bergerak. Jika berada di dekatnya, Lisa akan langsung menggenggam tangannya. Jika duduk seperti ini, Lisa akan secara tiba-tiba memeluknya. Dan itu bisa sangat lama jika saja Jennie tidak berkata akan melakukan kegiatan lain, atau pergi ke toilet. Lisa benar-benar menempel seperti lem!
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Teen FictionLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...