"Siapa di sini yang mau ikut Mommy ke toko bunga?" Tanya Mommy Kim yang tengah membawa beberapa camilan dan meletakkannya di meja.
Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga hanya untuk sekedar mengobrol dan menonton TV setelah tadi menyelesaikan sarapan.
"Daddy!!" Dengan semangat Daddy Marco mengacungkan tangannya.
Lisa melongo. Mengapa Daddynya seperti anak kecil yang bahagia ketika di ajak pergi? Lagi pula pertanyaan Mommynya pasti tertuju pada anak-anak, bukan Daddynya!
"Kok Mommy ke toko bunga? Bukannya hari ini libur? Ini kan weekend" tanya Lisa.
Benar bukan? Daddy dan Mommynya meminta mereka pulang karena semua libur dan mereka ingin berkumpul bersama di rumah. Tapi mengapa sekarang Mommynya berkata akan pergi ke toko bunga?
"Iya Mommy memang libur. Tapi toko tetep buka, kan? Mommy cuma mau cek sebentar karena hari ini banyak barang yang dateng. Jadi harus Mommy sendiri yang turun langsung. Sebentar kok" jawab Mommy Kim.
Lisa menoleh pada Jennie yang duduk di sebelahnya. "Lo mau ikut ke toko bunga?"
Ia bertanya seperti itu karena takut kejadian kemarin di bus membuat Jennie tidak ingin pergi keluar terlebih dahulu. Lisa bahkan ingat jika tadi malam Jennie kembali mengalami mimpi buruk yang membuat Mommy Kim harus turun tangan untuk menenangkan. Saudara tirinya itu terlalu histeris sehingga Lisa takut salah mengambil langkah. Ia membiarkan Mommy Kim yang lebih tahu dan berpengalaman menghadapi anaknya.
Jennie mengangguk dengan senyum tipisnya, "udah lama aku gak ke toko bunga Mommy".
"Lo serius? Lo udah baik-baik aja?" Tanya Lisa lagi mencoba memastikan.
Mengapa sekarang ia terlihat seperti orang yang paling khawatir terhadap Jennie di sini? Lisa tidak peduli. Ia hanya mengikuti kata hatinya.
"Aku baik-baik aja kok" jawab Jennie dengan senyum yang semakin jelas.
"Ugh! Anak Daddy peduli banget sama saudaranya. Daddy jadi terharu" ucap Daddy Marco dengan nada yang di buat-buat.
Lisa memutar bola matanya malas. Ia tahu jika Daddynya itu tengah sengaja mengejeknya.
"Emang Daddy gak peduli sama Jennie? Semua juga peduli, khawatir sama dia. Gak usah lebay seolah-olah cuma Lisa yang peduli" balas Lisa. Ia kemudian memicingkan matanya, "apa jangan-jangan Daddy yang malah gak peduli sama anak tiri Daddy? Iya, kan? Ngaku!" Lisa menyeringai, mencoba membalas.
"Enak aja! Daddy peduli lah! Jennie anak Daddy juga!" Balas Daddy Marco dengan cepat menatap Mommy Kim, tidak ingin istrinya salah paham.
Apa-apaan dengan wajah memelasnya itu? Pikir Lisa yang bergidig ngeri menatap Daddynya.
"Udah udah. Kenapa kalian malah ribut? Mommy tau kok semuanya peduli sama Jennie. Makasih yah" Mommy kim tersenyum pada Lisa. Namun badannya langsung di tarik oleh Daddy Marco untuk dipeluk.
"Apaan sih Dad, berlebihan banget pake acara peluk segala" sinis Lisa yang sepertinya belum puas mencari keributan dengan Daddynya.
"Dih sirik aja. Sana pelukan sama saudara kamu. Kalian kan udah akrab banget keliatannya" Daddy Marco menjulurkan lidahnya. Tingkahnya sangat tidak sesuai dengan umurnya.
"Berisik!" Kesal Lisa.
Daddy Marco tertawa, merasa menang karena telah membuat anaknya kesal. Mommy Kim memukul pundak suaminya meskipun ia juga ikut tertawa walau pelan.
Di sisi lain Jennie mencoba menenangkan Lisa yang dadanya mulai naik turun.
"Tenang Lisa. Daddy cuma bercanda" ucap Jennie lembut dengan tangan yang mengusap bahu saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Ficção AdolescenteLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...