"Gue gak habis pikir!" Rose mengerang kesal, "gimana bisa lo cuma diem aja, Jennie? Lo di rendahin sama mereka. Sama saudara lo sendiri!"
"Rose, Jisoo... maaf..." lirih Jennie. Ia bisa mengerti mengapa kedua sahabatnya kesal sekarang. Mereka sangat peduli padanya dan tidak ingin ia terluka.
"Lisa udah keterlaluan, Jennie. Lo harusnya gak bisa cuma diem aja, ngerasa sakit sendiri sementara saudara lo itu bahkan gak peduli sama perasaan lo. Yang dia peduliin cuma gimana hubungannya sama temen-temen gilanya itu gak rusak. Dia lebih gak mau kehilangan pertemanan mereka dibanding persaudaraanya sama lo" ungkap Jisoo yang sudah lebih bisa mengontrol emosinya. Mungkin karena tadi sudah ia luapkan dengan menampar Lisa.
Saat ini mereka tengah berada di kamar Rose. Kedua sahabat Jennie dengan sengaja membawanya agar tidak pulang ke apartemen dan menginap. Mereka tidak akan membiarkan sahabatnya itu menjadi pembantu di apartemennya sandiri di saat teman-teman dari saudaranya tengah berkumpul. Tidak peduli jika Lisa akan marah pada Jennie. Mereka akan menjadi tameng terdepan untuk membela sahabatnya. Bahkan mereka tidak akan segan untuk membongkar rahasia jika Lisa nekat menyakiti Jennie kembali.
"Tapi memang hubungan pertemanan mereka jauh lebih lama di banding persaudaraan kita yang baru beberapa bulan, Jisoo. Kita juga dulunya bahkan gak pernah saling tegur sapa walaupun satu kelas. Mungkin Lisa cuma anggap gue orang asing yang tiba-tiba jadi keluarganya. Dia pasti belum siap sama perubahan itu"
"Tetep aja itu gak bisa membenarkan semua tindakan dan perlakuan jahat dia ke lo!" Balas Rose yang masih emosi membuat Jisoo sedikit menegurnya. Ia tidak ingin Jennie ketakutan dan berakhir dengan percakapan yang tidak membuahkan hasil.
"Lisa gak jahat, Rose. Dia udah mulai baik. Dia bahkan selalu nemenin gue selama trauma gue kambuh waktu itu. Lisa mulai kasih perhatian-perhatian kecil. Kita bahkan udah bisa ngobrol santai di apartemen" jelas Jennie yang tidak ingin kedua sahabatnya itu salah paham. Ia memang kecewa pada Lisa tetapi ia juga tidak ingin ada yang membenci saudaranya itu.
"Gue tau. Tapi kebaikan dia gak bisa nutupin fakta bahwa Lisa masih sembunyiin hubungan kalian sebagai saudara! Dia tetep jahat karena dia malu ngakuin lo sebagai saudaranya, terus berbohong, dan puncaknya sampai ngerendahin lo kayak sekarang. Kalau Mommy lo tau ini semua, dia juga pasti gak akan terima, Jennie!"
"Rose please, jangan libatin Mommy sama masalah ini... gue gak mau masalahnya makin rumit kalau Mommy sama Daddy Marco tau..." mohon Jennie dengan wajah memelasnya.
"Rose, mending lo tenangin diri lo dulu. Keluar, pergi ke dapur, makan apapun yang lo mau. Biarin gue sendiri yang lanjutin obrolan ini bareng Jennie" ucap Jisoo dengan tegas.
Rose berdecak dan tanpa sepatah katapun mengikuti ucapan Jisoo untuk keluar dari kamar. Ia juga sadar jika dirinya tidak bisa lagi mengontrol emosinya jika masih ikut dalam percakapan mereka. Ia tidak ingin merusak situasi sekarang.
"Jisoo please..." kali ini Jennie memohon pada Jisoo.
"Hey tenang. Kita gak akan libatin orang tua kalian. Rose cuma ngomong asal karena kebawa emosi. Tapi dia juga gak salah,dia kayak gitu karena dia sayang sama lo. Gak mau lo di sakitin lagi. Lo pasti ngerti, kan?" Balas Jisoo mencoba menenangkan.
Jennie menganggukkan kepalanya. Ia terisak dan air matanya telah jatuh membasahi pipi. Ia sayang kedua sahabatnya tetapi ia juga sayang kepada saudaranya sehingga ia tidak bisa membenci Lisa. Ia merasa bersalah kepada Rose.
"Lo itu terlalu baik, Jen. Itu kenapa lo gampang di sakiti atau tersakiti. Hati lo terlalu lembut. Gue gak bisa bilang itu baik buat lo, tapi gue juga gak bisa bilang buruk. Gak mungkin kan orang baik dan lembut malah di katain buruk? Tapi gue minta sama lo untuk bisa ngerti bahwa gak semua keburukan bisa dimaklumi. Kadang, lo juga perlu punya batasan kesabaran biar orang gak bisa seenaknya nyakitin lo. Lo harus tanam dalam diri lo bahwa lo terlalu berharga buat di sakitin sama orang" Jisoo memberi nasihat yang cukup masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Teen FictionLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...