Jennie menjalani harinya seperti biasa. Sejak kejadian dimana Hanbin datang menghampirinya dan berkata akan memutuskan Krystal demi dirinya, tidak ada hal-hal di dalam pikiran yang ia takutkan terjadi. Tidak ada Krystal yang melabraknya, bahkan Hanbin pun seperti di telan bumi. Tidak lagi mengiriminya pesan atau berusaha menemui Jennie di kampus.Apakah Hanbin berubah pikiran dan lebih memilih tetap bersama Krystal? Jika itu terjadi, Jennie akan lebih bersyukur. Ia tidak perlu lagi takut dan merasa was-was setiap datang ke kampus. Ia bisa kembali fokus dengan kuliahnya tanpa memikirkan hal-hal yang jika boleh jujur, tidak terlalu penting di matanya. Jennie tidak pernah memikirkan hal lain selain belajar dan mungkin di tambah dengan membangun hubungan yang terus membaik dengan saudaranya, Lisa.
Pendidikan dan Lisa adalah dua hal terpenting dalam hidupnya saat ini.
"Jennie, kelas kita kan nanti siang jam 1. Berarti kita bisa makan siang dulu, kan?" Tanya Lisa yang tengah mencuci tangannya di wastafel.
Mereka baru saja selesai membersihkan apartemen. Ya, bukan hanya Jennie saja, tetapi Lisa pun ikut membantu. Akhir-akhir ini Lisa sudah mulai rajin membantu Jennie. Ia bahkan meminta di ajari setiap pagi untuk membuat sarapan, minimal untuk dirinya sendiri. Dua helai roti panggang sempurna, tanpa gosong. Dan setelah diberi arahan singkat, Lisa akhirnya berhasil. Ia berpikir ternyata itu tidak terlalu sulit. Pada akhirnya ia selalu membuat sarapannya sendiri. Begitupun dengan pagi tadi. Entah mengapa Lisa merasa bahagia karena bisa memakan sarapan buatannya sendiri. Ia bahkan membuatkannya juga untuk Jennie. Kebahagiaannya berkali lipat saat melihat saudaranya tersenyum bangga karena berhasil mengajarinya. Atau mungkin juga karena memakan sarapan buatannya?
Lisa tidak akan terlalu percaya diri.
"Hm! Kamu mau makan siang di luar sekalian nanti berangkat?" Tanya Jennie sambil memberikan segelas air untuk Lisa.
"Mmm... sebenernya gue pengen makan masakan lo hari ini, boleh? Lagian di jam makan siang pasti tempat makan banyak yang penuh banget. Gue takut lo gak nyaman." Lisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Mata Jennie tampak berbinar. "Kamu mau aku masak? Mau makan apa? Nanti aku buatin." Ucapnya antusias. Ini pertama kalinya Lisa secara langsung meminta dirinya untuk memasak. Jennie sangat bahagia!
"Gue pengen pasta. Ribet gak bikinnya? Kalau ribet gue bakal ganti."
"Nggak kok! Bikin pasta gak akan susah. Tapi masalahnya kita gak punya bahan-bahan buat bikin pastanya."
"Kalau belanja dulu ke swalayan deket apartemen keburu gak? Gue bisa berangkat sekarang."
"Bareng aja kalau gitu. Kamu juga pasti gak akan tahu bahan-bahan yang harus di beli, kan? Kalau di catet, kamu bakal lama carinya."
Lisa tampak berpikir sejenak. Ini juga pertama kalinya mereka pergi keluar, ke suatu tempat berdua, selain berangkat ke kampus atau pulang ke rumah orang tua mereka. Lisa mengira-ngira apakah nanti di sana akan ada kemungkinan bertemu dengan anak-anak kampus yang mengenal mereka. Namun sepertinya tidak. Ia sudah sangat mengenal lingkungan apartemen di sini dan tidak ada satu pun anak kampus yang tinggal di sekitar sini. Jadi, kemungkinan ia akan aman jika pergi bersama Jennie. Lagi pula, ia juga ingin merasakan pergi berdua dengan saudaranya. Akan menjadi pengalaman baru untuknya dan juga Jennie.
"Oke kalau gitu. Kita berangkat bareng ke swalayan." Lisa menampilkan senyumnya.
Kalian harus melihat wajah cerah Jennie setelah mendengar jawaban dari Lisa.
Jennie masih tidak menyangka. Ia sudah sangat menantikan momen ini, dimana ia bisa pergi berdua dengan saudara yang sangat disayanginya. Jennie tidak bisa mengungkapkan rasa bahagianya. Rasanya ia akan tersenyum sepanjang hari ini. Mood-nya benar-benar meningkat sangat baik!
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Teen FictionLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...