Daddy Marco dan Mommy Kim tengah berlari di lorong rumah sakit menuju ruangan di mana putrinya di rawat. Mereka segera bergegas setelah mendapat telepon dari satu lagi putrinya yang memberitahu bahwa saudaranya mengalami kekerasan hingga harus dibawa ke rumah sakit. Jangan tanya bagaimana keadaan Mommy Kim ketika mendengar putri tercintanya kembali mengalami hal buruk. Bahkan kaki dan tubuhnya lemas seakan melayang hingga langkahnya harus dibantu oleh sang suami yang setia berada di sisinya dan terus menguatkan.
"Lisa ... gimana keadaan Jennie?" Tanya Daddy Marco sesaat setelah sampai di depan ruangan di mana Jennie berada.
Jennie baru saja di pindahkan ke ruang rawat inap setelah tadi di lakukan tindakan untuk luka-luka yang di dapat. Terutama luka sayatan di pipi yang ternyata harus mendapat jahitan. Dan saat ini, dokter beserta perawat masih berada di dalam. Belum mengijinkan orang lain untuk masuk, termasuk Lisa yang sejak tadi terus berada di sana dan menunggu hasil pemeriksaan saudaranya.
Melihat orang tuanya tiba, Lisa segera berhambur memeluk keduanya.
"Daddy ... Mommy ..." lirihnya yang kembali terisak.Lisa mungkin tidak menyadari jika ia telah menangis sejak mendapati Jennie yang tidak sadarkan diri di gudang sampai sekarang saudaranya telah ditangani oleh dokter. Matanya belum berhenti mengeluarkan air mata.
"Ssttt ... kamu udah lakuin yang terbaik buat saudara kamu, Lisa." Mommy Kim mencoba memberikan ketenangan untuk Lisa meskipun hatinya pun dilanda keresahan.
Lisa yang mendengar penuturan Mommy Kim malah semakin terisak. Bagaimana mungkin ia di anggap melakukan yang terbaik untuk Jennie sementara ia merasa telah menjadi salah satu penyebab dari kejadian buruk yang menimpa saudaranya?
Di tengah kegiatan mereka yang mencoba saling menenangkan, dokter keluar dari ruangan Jennie.
"Dokter, anak saya. Gimana keadaannya?" Mommy Kim segera bertanya, menghampiri sang dokter.
Daddy Marco masih setia merangkul putrinya yang masih berusaha menghentikan tangisnya.
"Untuk luka yang di dapat nona Jennie, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tadi, setelah dilakukan CT Scan, tidak didapati adanya luka dalam atau pun hal-hal seperti patah tulang. Luka yang cukup serius hanya terdapat di pipi pasien. Ada luka sayatan yang cukup dalam di sana sehingga saya harus melakukan tindakan penjahitan untuk luka tersebut. Selebihnya, pasien mengalami memar-memar di beberapa bagian tubuh dan luka sobek di sudut bibirnya. Sepertinya pasien mangalami kekerasan yang cukup serius. Yang harus saya sampaikan di sini adalah bahwa mungkin luka-luka fisik yang didapat pasien tidak akan sebanding dengan luka batin yang bisa muncul akibat pengalaman pasien saat mengalami kejadian kekerasan."
Penjelasan dari dokter seketika membuat tangis Mommy Kim pecah. Kakinya tidak lagi bisa menopang dengan sempurna sehingga Daddy Marco segera merangkulnya.
"Dokter, tapi putri saya, dia masih punya trauma yang bahkan belum sembuh sampai sekarang." Ucap Mommy Kim di sela isak tangisnya.
"Saya tahu nyonya. Jennie merupakan pasien dari teman saya, dokter Song, benar begitu? Beliau sesekali bercerita. Maka dari itu, tadi saya telah menghubungi dokter Song untuk datang memeriksa tentang bagaimana keadaan mental dari anak nyonya. Tugas saya untuk mengobati luka fisik dan mengontrolnya. Selebihnya, dokter Song yang akan menangani dan ia yang lebih mengerti tentang dampak dari kejadian yang baru saja terjadi pada nona Jennie." Setelah memberikan penjelasan dan resep obat untuk luka, sang dokter undur diri. Mempersilakan untuk mereka bisa melihat kondisi anggota keluarganya.
.
.
.Begitu mereka masuk, Mommy Kim langsung berlari menghampiri ranjang di mana Jennie terbaring dan belum sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Roman pour AdolescentsLisa anak yang populer, bebas, punya banyak teman, sering pergi keluar hingga larut malam dan tidak betah berdiam diri di rumah. Tiba-tiba memiliki saudara tiri bernama Jennie yang sifatnya sangat bertolak belakang. Ia anak yang cukup pendiam, hanya...