Bagian 14

4.3K 295 24
                                    

Author POV

Rani terkadang bingung dengan keluarga suaminya yang terkesan unik ini. Papa mertuanya adalah pribadi yang lebih sering diam dan tidak banyak tingkah, berbanding terbalik dengan mama mertuanya yang selalu heboh setiap saat. Kemudian ada anak-anak mereka yang punya sifat nyaris sama, Adam dan Mikayla dengan tatapan dinginnya serta Shafira yang persis sekali seperti Vania. Namun keunikan itu membuat Rani betah berada di sini. Dia merasa seperti berada di rumah keluarganya sendiri. Rani bersyukur dia memiliki mertua yang baik.

"Terus kalo nggak salah ini foto waktu Adam masih empat atau lima tahun deh, lupa juga mama. Lucu kan badannya subur banget hahaha," kenang Vania sembari menunjuk sebuah foto kepada Rani.

Sembari menunggu Erick dan Adam yang memancing bersama, Vania mengajak Rani untuk melihat-lihat album foto kenangan. Rani takjub karena mertuanya ini hampir selalu memotret kenangan yang lucu ataupun formal. Album fotonya sangat tebal sekali.

"Iya ya ma, lucu banget mas Adam waktu kecil," balas Rani tulus. Dia kerap tersenyum melihat foto-foto masa kecil sang suami yang ternyata sangat berbeda dengan dirinya yang sekarang. Wajah polos Adam mengingatkan Rani pada keponakannya, Daffa.

"Adam nih kebanggaan papanya banget pokoknya, Ran. Apa-apa mesti deh Adam yang diajakin, tapi papa sayang juga kok sama Fira dan Kayla. Sama aja sayangnya."

Rani hanya tersenyum menanggapi keharmonisan keluarga suaminya ini. Dia pun sama, keluarganya juga sangat harmonis dan saling menyayangi satu sama lainnya. Nyaris tidak ada kekurangan yang Rani lihat di dalam keluarganya, tapi sepertinya sekarang Rani kurang beruntung di dalam pernikahannya sendiri. Suaminya masih mencintai perempuan lain dan bisa dikatakan Adam berselingkuh darinya. Bagaimana caranya Rani menjelaskan situasi ini kepada keluarga Adam?

"Ma, mas Adam tuh pernah keliatan deket sama cewek nggak sih?" tanya Rani sebagai permulaan. Sedari tadi cerita, Vania tidak pernah menyinggung soal masalah perempuan.

"Nggak ada kayaknya, Ran. Sama sekali nggak pernah mama dengar dia jalan sama cewek lain. Makanya mama mau banget dia nikahin kamu, supaya jelas kan hehe," jawab Vania. Rani cuma mengangguk-angguk saja, berarti Adam memang menutup rapat-rapat mengenai hubungannya dengan Ella.

Adam hebat dalam menyembunyikan kehidupan pribadinya, Rani ingin sekali menepuk tangan.

"Dia nggak jahat sama kamu kan, nak?"

"Eh? Nggak kok, ma. Rani sama mas Adam baik-baik aja," jawab Rani cepat. Dia lantas buru-buru tersenyum manis agar mama mertuanya ini tidak menaruh kecurigaan apapun.

Vania mengelus bahu Rani, dia selalu panik jika membayangkan Adam berulah. "Nggak apa-apa kalo mau cerita sama mama. Mama bisa kasih tips loh buat bikin suami es jadi meleleh hahaha."

Rani ikut tertawa meskipun hatinya merasa perih. Adam bukan hanya bersikap dingin, tapi juga kejam. Bagaimana mungkin dia tega menyakiti hati istrinya sendiri? Walaupun pernikahan yang mereka jalani agak dipaksakan, mereka tetaplah pasangan suami-istri yang harus saling menyayangi. Rani mencintai Adam dan harusnya pria itu juga seperti itu, kan?

"Oh iya, ma. Mama nggak pernah ehm... Itu, KB gitu ma?"

"Hmm? Nggak, Ran. Sebelum Kayla lahir, mama udah minta sama dokter buat steril tapi udah didiskusikan sama papa kok. Kenapa? Kamu mau pakek KB?" jelas Vania.

"Gimana ya, ma? Rani masih mau nyelesain kuliah sama cari kerja dulu soalnya," balas Rani ragu. Tidak hanya itu saja, dia ingin memastikan hubungannya dengan sang suami semakin erat barulah Rani ingin punya anak. Selama proses itu berlangsung, Rani belum ingin hamil.

"Nggak apa-apa, nanti diobrolin berdua sama Adam. Tenang aja, Adam nggak banyak nuntut kok. Dia pasti ngerti posisi kamu." Ucapan mama mertuanya sudah cukup menenangkan hati Rani yang gundah.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang