Bagian 3

4.8K 341 62
                                    

Author POV

Adam adalah seseorang yang tidak begitu menyukai yang namanya curhat atau bercerita mengenai kehidupan pribadinya. Dia lebih memilih untuk menutup rapat-rapat semua yang terjadi termasuk urusan percintaan. Papa dan mamanya tidak pernah tahu kalau selama ini Adam sebenarnya memiliki kekasih. Dia dan gadis ini sudah berpacaran hampir empat tahun sejak Adam melanjutkan studi magisternya. Kini mereka bekerja di perusahaan yang sama dan akhirnya selalu bersama.

Ada alasan lain tentang mengapa Adam tinggal di apartemen, itu karena pacarnya pun punya apartemen. Jadi, Adam memutuskan untuk menyewa apartemen yang sama agar setiap hari dirinya bisa melihat sang pujaan hati. Itulah hal-hal yang tidak diketahui oleh keluarganya.

Kemudian akhir-akhir ini, orang tuanya sibuk membicarakan soal pernikahan yang mana sama sekali tidak Adam setujui. Dia dijodohkan dengan seorang perempuan asing yang masih berkuliah. Adam tidak menyukainya dan mereka baru saja kenal. Konyol sekali jika sampai ada yang merencanakan pernikahan.

Hari-harinya menjadi tidak tenang karena diteror oleh permintaan mamanya yang menyuruh dia menerima perjodohan walaupun berulang kali Adam menjelaskan bahwa dia tidak mau menikah kecuali dia ingin.

"Sayang, kok melamun sih? Makan dong itu spaghetti nya."

Adam melirik kekasihnya yang kebingungan karena akhir-akhir ini Adam seringkali melamun tidak jelas. Pria itu tanpa basa-basi langsung menyantap makanan yang telah dibuat oleh kekasihnya ini. Seperti biasa, Adam selalu makan malam di apartemen sang kekasih lalu setelah itu mereka akan menonton film. Itulah yang biasanya mereka lakukan jika sedang berdua-duaan.

"Kamu kenapa sih? Kayak banyak banget yang dipikirin."

"Nggak. Aku cuma mikir kerjaan," jawab Adam. Sudut bibirnya sedikit terangkat melihat gadis di depannya ini yang memasang wajah super menggemaskan.

"Ishh, sehari aja kita tuh mesti lupain kerjaan, sayang. Kamu tuh ya emang rajin banget," balas perempuan itu.

"Kamu makin pinter masak, Ella."

"Serius? Kalo gitu bagus dong, aku seneng kalo kamu suka masakan aku," balas Ella dengan pipinya yang bersemu merah.

"Ya, mungkin baiknya kita nikah aja," celetuk Adam sambil memasukkan satu suapan ke mulutnya tanpa menatap wajah Ella yang tampak terkejut mendengar ajakannya menikah.

Adam lekas menatap Ella, dia tersenyum tipis melihat reaksi gadis itu. Adam tahu kalau Ella belum siap untuk menjalin komitmen yang lebih jauh. Dia berkata bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan, jadi menikah bukanlah prioritas.

"Kamu tau kan aku belum siap buat hal-hal gituan, sayang..."

"Iya, aku tau. Aku tadi iseng doang," balas Adam tanpa terlihat terganggu sama sekali.

Ella menatap pacarnya dengan muka tidak enak. Sejujurnya Adam sudah tiga kali memberi kode seperti ini, tapi Ella tidak bisa memenuhinya. Dia mencintai Adam, sangat mencintainya tapi belum siap untuk menikah. Ella masih ingin kehidupan bebas dan menurutnya menikah hanya akan menghambat walaupun Ella begitu mencintai Adam. Dia percaya bahwa kebebasan adalah segalanya.

"Kamu nggak marah kan?"

"Nggak."

"Beneran?" tanya Ella memastikan dan Adam cuma mengangguk saja. Dia menenggak habis air putih setelah selesai menghabiskan sepiring spaghetti rumahan yang dibuat Ella dengan penuh cinta.

"Sayang ihh... Kok aku ngerasa kamu marah deh," desak Ella sambil bergelayut manja di lengan Adam. Dia menempelkan pipinya di pundak sang kekasih, berharap melalui itu Adam bisa luluh. Ella yakin sekali, Adam memang ingin menikahinya tapi selalu ditolak secara halus.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang