Bagian 9

4.2K 277 12
                                    

Author POV

"Suntuk banget muka lo, kayak nggak dapet jatah dari bini."

Adam menatap kesal ketika teman kantornya tiba-tiba muncul dan mengganggu paginya. Suasana hati Adam sedang buruk-buruknya, jadi dia tidak suka diganggu saat mencari ketenangan. Bagaimana tidak? Adam selalu kepikiran soal Rani sejak dua hari lalu. Rani yang memintanya untuk berusaha melupakan Ella dan memulai pernikahan mereka sebagaimana mestinya. Di samping itu, Adam masih mengharapkan Ella kembali. Bodohnya dia karena mengharapkan gadis yang tidak mungkin lagi didapatkannya.

"Berisik."

"Gue serius, lo kenapa sih?"

Adam memejamkan matanya, kepalanya masih bersandar di kursi kerjanya berharap melalui itu masalahnya bisa selesai. Urusan cinta benar-benar menguras emosi, Adam tidak pernah sekacau ini sebelumnya. Dia tergoda dengan Rani, tapi tidak bisa melepaskan Ella. Adam tidak pernah mengira dirinya punya jiwa brengsek seperti ini. Jika orang tuanya tahu, Adam pasti sudah dimarahi habis-habisan.

Samuel yang duduk di kursi seberang meja Adam lantas menatap kasihan dengan sahabatnya ini. Pastilah sulit karena gadis yang dicintainya pergi dan malah memilih hal lain, ditambah Adam harus menikahi gadis yang tidak dicintainya. Namun Samuel kembali berpikir, Adam jahat sekali karena memanfaatkan pernikahan itu demi bisa mempertahankan hubungannya dengan Ella.

"Berantem sama bini lo?"

"Nggak."

"Bini lo tau soal Ella?" tanya Samuel dan berhasil membuat Adam menatapnya. Jangan ragukan insting Samuel yang sempurna, dia bahkan bisa menebak warna celana dalam seseorang.

"Hmm. Gue lagi bingung."

"Bingung kenapa sih? Lo tuh mestinya tenang karena udah nikah. Gue liat-liat, bini lo cakep juga. Gue kasih nilai 100 deh, nggak kalah dari Ella," ujar Samuel. Adam menatap ke arah lain, soal itu dia tidak menyangkalnya. Rani memang cantik dan sungguh menggoda, tapi Adam tidak bisa mencintainya. Bukan Rani gadis impian Adam, cuma Ella yang dia inginkan.

"Bukan soal fisik, Sam."

"Munafik lo, Dam. Di mana-mana cewek cantik tuh pasti bikin oleng. Mudah kok buat move on, lo nya aja yang males. Maaf nih ya gue nanya, lo nggak cinta sama istri lo tapi udah lo tidurin gitu?" tanya Samuel dengan rasa penasarannya yang membuncah. Bukan apa, Adam sungguh keterlaluan jika meniduri gadis itu hanya karena nafsu semata lalu meninggalkannya begitu saja.

"Lo nggak mesti tau," jawab Adam masih dengan nada tenangnya yang membuat Samuel jengkel.

"Apaan sih, lo? Ngaku nggak cinta tapi kayaknya nafsuan, kasian bini lo," balas Samuel.

"Nggak, gue belum nidurin dia. Gue nggak bisa," aku Adam kemudian. Dia laki-laki normal yang bisa tergoda oleh perempuan, tapi Adam benar-benar tidak mau melakukan itu. Di samping karena ada perempuan lain yang dia cintai, Adam juga tidak mau membuat Rani menyesal. Adam merasa keterlaluan jika dia melampiaskan itu kepada Rani, sudah cukup dia menyeretnya ke dalam pernikahan ini.

"Belum? Berarti nanti bakal gitu? Jujur aja deh, seneng kan lo liatin dia? Bukan bermaksud apa-apa ya Dam, Ella udah sebulanan lebih nggak mau ketemu lo lagi terus kini lo udah mutusin nikah jadi buat apa lo mikirin Ella? Mending belajar mencintai istri lo yang sekarang aja. Nggak semua hasil perjodohan itu gagal kok, banyak yang berhasil karena dijodohin bahkan langgeng sampe tua," jelasnya. Samuel dan nasihatnya memang terdengar menjanjikan sekali, tapi entahlah, Adam masih bimbang. Ada keinginan untuk melupakan Ella, tapi rasa cintanya begitu besar. Adam masih ingin melihat Ella menyesal dan meminta kembali kepadanya.

"Berisik."

Samuel tidak mengerti lagi bagaimana menyadarkan pria kulkas satu ini. Adam tidak senang diperintah atau diberi nasihat, dia lebih suka bekerja sendiri dan menemukan solusi tanpa bantuan orang lain. Namun terkadang Adam bisa sangat berlebihan sehingga merepotkan orang di sekitarnya.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang