Bagian 13

5.2K 355 67
                                    

Author POV

Tinggal di apartemen tidak pernah menjadi masalah bagi Rani sebenarnya, setidaknya sebelum kedatangan perempuan berbahaya yang merupakan mantan kekasih Adam. Dengan adanya Ella di sekitar mereka, Rani tahu bahwa cepat atau lambat Adam akan kembali merajut kasih dan itu akan membahayakan pernikahan mereka. Oleh sebab itu, Rani terpaksa melibatkan orang tua Adam agar bisa segera pindah dari sini.

Sudah satu Minggu berselang sejak malam di mana Rani telah kehilangan keperawanannya. Sejak itu pula dia dan Adam menjadi canggung. Adam lebih sering pulang malam dan bahkan berangkat lebih awal. Pokoknya selama satu Minggu ini mereka seperti dua orang asing yang tinggal di satu atap yang sama.

Rani berusaha untuk mengajak pria itu berkomunikasi bahkan sesekali mengiriminya pesan, tapi hebat sekali karena Adam menarik diri. Dia seperti sengaja memutus semua komunikasi dengan Rani.

Di siang hari ini, Rani masih berada di kampus untuk menemani satu temannya yang ikut ujian susulan. Sebenarnya Rani malas bepergian karena kampus sudah memasuki waktu libur karena ujian akhir sudah dilaksanakan, tapi karena bosan sendirian Rani pun setuju saja datang kemari.

Dia duduk santai di kursi panjang depan ruang prodi sementara temannya berada di dalam sedang melaksanakan ujian. Koridor ini terasa sepi di masa sunyi seperti ini, Rani jadi semakin merasa sendirian.

"Rani? Kenapa kamu di sini?" Suara pria yang mendekat ke arahnya membuat Rani menoleh. Dia sedikit menunduk sopan karena rupanya dia berjumpa dengan Marcel. Tampaknya pria itu ingin ke ruang dosen.

"Selamat siang, pak. Saya sedang menunggui teman saya ikut ujian susulan."

Marcel sedikit memiringkan kepalanya, dia melihat Rani yang sepertinya lebih lelah dari sebelumnya seolah ada beban berat di pundak wanita itu.

"Teman kamu masih lama?"

"Ehm, kayaknya sih pak."

"Kamu ada waktu? Saya mau minta tolong bantuan kamu buat mengurusi data-data nilai hasil ujian," tanya Marcel. Rani tidak enak menolak, jadi dia pun lekas mengirim pesan singkat kepada temannya bahwa dirinya ingin membantu Marcel terlebih dahulu.

"Boleh, pak."

Marcel tersenyum tipis tanda bahwa dia senang. "Ayo ikut saya ke ruang dosen," ajaknya. Rani mengekori pria itu, sesekali dia melirik Marcel yang berjalan di depannya. Rani jadi teringat tentang kejadian tempo hari saat Adam memintanya untuk menjauhi Marcel karena alasan konyol. Darimana Adam mengenal Marcel dan kenapa dia sampai berkata demikian?

"Kamu sudah makan siang, Ran?"

"Eh? Be-belum, pak. Tadi rencananya sehabis ini mau makan siang sama teman," jawab Rani dengan sopan. Dia duduk di salah satu kursi kosong yang ada di ruangan khusus dosen ini. Ruangan ini sama sepinya dengan koridor bahkan tidak ada orang sama sekali selain dia dan Marcel.

"Nanti makan siang sama saya saja, nggak apa-apa kan? Sebagai ucapan terima kasih karena kamu mau bantuin saya," tawar Marcel. Rani semakin gugup dan merasa sungkan menolak. Dia takut tidak sopan jika menolak, tapi sungguh Rani lebih gelisah lagi jika harus makan siang bersama dosennya sendiri.

"Ehm gimana ya, pak? Takut ngerepotin."

"Nggak-nggak, saya justru senang kalo kamu menerima tawaran saya. Restoran yang dekat dengan kampus kok, nggak jauh dari sini," jelas Marcel sembari menyalakan laptop lalu mengeluarkan beberapa dokumen yang merupakan lembaran ujian para mahasiswa yang belum sempat didatanya.

"Bo-boleh, pak." Lagi-lagi Marcel tersenyum mendengar jawaban gugup Rani. Wanita ini sungguh menggemaskan dengan pipinya yang kemerahan karena malu.

"Oke, sebaiknya kita selesaikan pekerjaan terlebih dahulu."

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang