Bagian 18

4.7K 367 47
                                    

Author POV

Memasuki semester tujuh masa perkuliahan ternyata merupakan masa-masa yang berat untuk Rani. Di semester ini dia harus memulai KKN dan bahkan menyiapkan ide-ide cemerlang untuk menentukan judul skripsinya nanti. Pembimbing Akademiknya meminta agar Rani segera menentukan judul agar setelah KKN, dia bisa fokus mengerjakan skripsi saja.

Bukan cuma itu yang menjadi bahan pikiran Rani, dia juga memikirkan soal suaminya. Empat puluh hari bukan waktu yang singkat dan Rani takut selama dia KKN, Adam malah mencari kesempatan untuk berdekatan dengan Ella lagi. Namun bagaimana caranya agar itu tidak terjadi?

"Mas, bisa kita bicara dulu? Ini soal perkuliahan aku." Rani menghampiri sang suami yang sedang duduk di ruang tamu dengan laptop yang menyala. Adam baru pulang satu jam yang lalu, tapi dia masih sibuk dengan pekerjaan.

"Apa?"

"Ehm... Jadwal dan lokasi KKN di kampus aku udah dibagikan. Dua Minggu lagi aku berangkat KKN, nggak apa-apa kan mas?" jelas Rani setengah ragu. Adam berhenti memerhatikan layar laptop, ditatapnya wajah sang istri yang dipenuhi kegugupan. Sial, bagaimana mungkin Adam lupa kalau Rani juga tergabung dalam kelompok KKN? Itu berarti dia tidak akan bertemu wanita ini selama satu bulan penuh bahkan lebih.

Kenapa aku harus peduli?

Alam bawah sadarnya seolah mengingatkan tentang siapa itu Rani. Namun sejak dia dan Rani bercinta empat hari lalu, Adam tidak bisa berhenti memikirkan wanita ini. Hampir setiap hari dia selalu memikirkan Rani bahkan kemarin ketika dia makan siang dengan Ella pun Adam malah memikirkan istrinya ini. Mengapa Rani begitu memengaruhinya?

"Hmm."

"Boleh kan, mas? Kamu nggak marah?" Rani duduk di samping sang suami sambil memegangi lengannya. Satu kebiasaan Rani akhir-akhir ini, yaitu menggelayuti lengan suaminya.

"Nggak."

"Syukurlah. Ehm... Kamu nggak kangen aku nanti?" bisik Rani dengan pipi yang mulai merah. Diusapnya lengan Adam, daripada itu, Rani lah yang merasa dirinya pasti sangat merindukan Adam.

"Jangan ganggu aku kerja, Ran."

"Tapi aku mau gangguin kamu, nanti kita LDR loh sebulanan lebih. Aku pasti kangen kamu, mas," serobot Rani sembari terus memeluk Adam dari samping. Adam diam saja menyaksikan istrinya yang sibuk bermanja-manja seperti ini. Terkadang Rani bisa bersikap seperti anak kecil, dia gemar memeluk.

Tanpa sadar Adam tersenyum, perilaku Rani yang polos membuatnya tampak begitu menggemaskan. Pernikahan yang hampir memasuki bulan ke empat semakin membuat Adam bingung dengan dirinya sendiri. Rani seperti magnet yang sewaktu-waktu dapat menariknya kuat. Sekali terjerat, Adam tidak bisa lepas. Namun di sisi lain, masih ada Ella di hatinya. Gadis itu adalah perempuan yang sangat Adam cintai dan dia tidak memiliki niatan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ella.

"Kalo aja kita saling mencintai, pernikahan ini pasti sangat sempurna ya mas?" Rani menatap kosong ke arah layar laptop. Dia langsung membayangkan jika sekarang Adam mencintai dan menginginkan dirinya saja, alangkah bahagia kehidupan Rani sekarang. Tidak perlu lagi merasa terpaksa dan lelah dengan keadaan yang memilukan ini.

"Cinta nggak bisa dipaksa. Kamu juga nggak bisa mengontrol siapa yang harus aku cintai, Ran."

Respon Adam menimbulkan rasa sesak di dada Rani. Itu menjelaskan betapa tidak adanya peluang untuk mereka menikmati cinta yang berbalas. Rani sudah berusaha sebaik mungkin, tapi memang dia belum begitu beruntung.

"Ya, aku hanya istri kamu, bukan wanita yang kamu cintai. Siapa aku yang maksain kamu buat cinta sama aku? Iya kan, mas?" sahut Rani sambil tersenyum perih. Adam menelan ludahnya, wajah itu terlihat begitu menyedihkan. Adam bisa merasakan kekecewaan yang dialami Rani. Dia harus selalu mengalah pada keadaan dan itu memang tidak adil.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang