Bagian 19

5.4K 415 69
                                    

Author POV

Mimpi apa Rani semalam? Dia tidak percaya saat mengecek ponselnya di waktu fajar, ternyata ada satu pesan tidak terbaca dari sore kemarin. Itu pesan dari Adam dan sialnya Rani tidak tahu ada pesan itu karena memang semalam dia dan kelompok KKN nya sedang ada kegiatan dengan perangkat desa sehingga Rani tidak sempat mengecek ponsel. Barulah pagi ini ketika dia hendak mematikan alarm, Rani melihat bar notifikasi itu.

Jangan tanya bagaimana perasaan Rani sekarang, dia begitu senang sampai rasanya tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jemarinya mengetik pesan dengan sedikit gugup, Rani menyayangkan kesempatan yang terbuang sia-sia. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, Rani tidak pernah mendapatkan pesan dari Adam dan kini pria itu tiba-tiba mengiriminya pesan.

"Ran, kamu nggak mandi? Mumpung kamar mandi lagi kosong tuh," tanya salah seorang teman kelompok Rani yang menghampirinya di kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ran, kamu nggak mandi? Mumpung kamar mandi lagi kosong tuh," tanya salah seorang teman kelompok Rani yang menghampirinya di kamar. Rani kelabakan, dia lantas meletakkan ponselnya lalu mengambil handuk karena harus cepat-cepat menggunakan kamar mandi.

Ketika matahari sudah cukup panas menyinari bumi, kegiatan hari ini pun dimulai. Pada hari kedua KKN mereka, Rani dan kelompoknya sepakat untuk menyusuri desa dan memantau apa-apa saja yang desa ini perlukan. Sejauh ini, tidak ada kendala yang mereka hadapi selain tatapan sinis beberapa warga desa yang tidak menyukai adanya rombongan KKN di kampung mereka.

"Wah, pasarnya rame banget ya? Eh nanti kita belanja dulu dong. Persediaan dapur kan belum lengkap, nanti siang gimana mau makan," usul Nia sembari membenarkan topinya. Hari mulai panas, mereka harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan sebelum semakin siang.

"Iya, kalo gitu kita bagi tugas aja buat hari ini. Kami yang cowok lanjut ke kantor kades, kalian yang cewek-cewek boleh ke pasar aja. Bentar doang ya, terus nyusul ke kantor kades," titah Putra selaku ketua kelompok. Para anggotanya menurut termasuk juga Rani. Ketika dia hendak mengikuti teman-temannya, Putra memanggil.

"Eh, Ran..."

"Kenapa, Put?" sahut Rani. Putra tampak tersenyum-senyum sampai giginya kelihatan dan itu membuat Rani ingin tertawa karena ada bekas cabai merah di sela-sela giginya.

"Nanti duduk samping aku ya di kantor kepala desa. Kamu kan sekretaris, mestilah deket sama ketua kelompok biar mudah ngumpulin catetan," ujar Putra dengan percaya dirinya. Rani lantas tertawa kecil, tapi dia mengangguk. Terserah apa kata sang ketua, lagipula mereka kan satu kelompok.

"Iya, Putra. Hmm, tuh ada bekas cabe di gigi kamu. Buru beresin, entar malu diliat kades," balas Rani sambil terkikik geli melihat putra yang kelabakan dibuatnya.

Rani dengan teman-teman perempuannya yang lain lantas berburu ke pasar. Tempat ini cukup ramai dan sesak dengan orang-orang jadi harus serba hati-hati.

"Ran, kayaknya nggak bisa deh stok ayam atau ikan. Posko kita nggak ada kulkas, mending beli bahan-bahan yang mudah disimpen aja kali ya?"

"Iya, Sar. Kita cari yang nggak gampang rusak," sahut Rani. Enam perempuan yang tergabung dalam satu kelompok itu lantas segera mencari apa yang patut dibeli untuk keperluan makan beberapa hari ke depan.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang