Bagian 15

6.1K 358 81
                                    

Author POV

"Aku tuh cemburu kalo liat kesayangan aku malah sama perempuan lain. Kenapa sih tadi pagi kamu nggak nolak pas diajak oleh istri kamu?"

Itulah deretan kekesalan Ella begitu dia bertemu dengan Adam untuk makan siang bersama. Sedari tadi wajahnya tertekuk masam karena belum selesai meluapkan kecemburuannya.

"Hmm."

"Kok gitu doang sayang jawabnya?"

"Lantas kenapa kamu nggak terima ajakan menikah kalo emang kamu nggak suka aku dekat dengan perempuan lain?" tanya Adam kemudian. Sejujurnya dia masih ingin membahas soal kejadian lalu yang menurutnya tidak selesai.

"Sayang... Aku kan udah minta maaf dan sekarang beneran nyesel. Kalo bisa ngulang waktu, aku mau nikah sama kamu," bela perempuan yang hari ini mengenakan gaun selutut dengan kalung berisinial E yang diberikan Adam untuknya satu tahun lalu.

"Waktu nggak bisa terulang."

"Jadi kamu mau aku gimana? Aku tuh nyesel, sayang. Apalagi pas tau kamu tiba-tiba nikahin perempuan lain, aku syok banget," tambah Ella. Wajahnya menunjukkan betapa menyesalnya dia telah menolak ajakan menikah dari Adam padahal harusnya sekarang mereka bisa menjadi pasangan yang serasi sekali.

"Menurut kamu sekarang gimana?" tanya Adam balik. Dia sebenarnya gatal sekali ingin mengatakan bahwa Rani bukanlah gadis impiannya.

"Ehm... Kamu... cerai dari istri kamu?"

Adam tergelak begitu saja. Ya, itulah ide yang sempat tercetus di dalam kepalanya. Namun, Adam tidak bisa melakukan itu karena dia memikirkan soal keluarga dan orang-orang di sekitar mereka.

"Aku nggak bisa cerai begitu saja. Aku cinta sama kamu El, tapi Rani perempuan yang dikehendaki keluargaku."

Ella menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Ternyata Adam tetap tidak bisa melepaskan Rani begitu saja. Ella kira Adam bisa nekad melakukan itu demi mempertahankan cinta mereka, tapi ternyata tidak semudah yang dia pikirkan.

"Kamu masih mau kan sama aku, sayang?" tanya Ella dan Adam mengangguk.

"Aku benci ngakuin ini tapi aku harus ngalah. Kita bisa jalin hubungan diem-diem tanpa ketahuan sama istri ataupun keluarga kamu," jelas Ella kemudian. Adam tampaknya tertarik dengan ide itu. Apa lagi yang bisa mereka lakukan selain menjalin kasih secara diam-diam?

Adam memegang tangan Ella seraya mengelusnya. Itu jawaban bahwa dia setuju dengan ide Ella. Membuang cintanya kepada Ella tidaklah segampang itu, Adam terlalu mencintainya sehingga membuat dia nekad untuk menghalalkan segala cara.

...

Rani berdecak pelan karena lama menunggu suaminya menjemput. Dia sudah mencoba menelepon Adam berulang kali, tapi satu panggilan pun tidak diangkat. Jika tahu akan begini jadinya, Rani lebih memilih untuk membawa mobilnya sendiri.

Pikiran-pikiran buruk tentang sang suami yang sedang berduaan dengan perempuan gatal itu membuat Rani berang. Sudah bisa dipastikan bahwa Adam bersama perempuan itu.

"Rani, kamu nggak pulang?"

Suara di belakang tubuhnya membuat Rani menoleh. Dia tersenyum sopan melihat Marcel lah yang tengah menyapanya. Pria itu sepertinya baru selesai mengajar juga dan mungkin hendak pulang.

"Iya, Pak. Saya sedang menunggu jemputan."

"Sudah jam 4 sore, mau saya antar pulang?" tawarnya dengan sopan santun. Rani mendadak kikuk, dia menyadari bahwa dirinya seringkali merepotkan Marcel seperti ini.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang