Bagian 33

3.3K 306 40
                                    

Author POV

Suara cekikikan tidak berhenti keluar dari bibir seorang perempuan yang tengah menikmati kehangatan pagi bersama suaminya, di rumah mereka sendiri. Hari-hari berlalu dengan begitu menyenangkan sejak keduanya berbaikan. Tiada hari tanpa siraman cinta yang memabukkan.

"Udah ih, mas Adam! Nakal banget tangannya ya?" Rani menepis tangan sang suami dan sesekali tertawa karena Adam kembali menempelkan dirinya.

"Masih kangen," gumam Adam. Dia menyusupkan wajahnya di ceruk leher sang istri, menikmati harum yang memabukkan dari sana. Rani merasa sedikit geli karena hembusan napas Adam terasa begitu panas menyentuh kulit lehernya.

"Kangen terus perasaan. Tuh liat udah jam sembilan pagi, Snow dari tadi ngeong mulu minta makan," balas Rani. Sebenarnya dia menyukai ketika Adam mulai bermanja-manja seperti ini. Ada perasaan menggelitik di hatinya yang tidak bisa dia jabarkan dengan kata-kata.

"Iya bentar lagi kasih dia makan," ucap Adam sembari terus mendekap istrinya agar Rani tidak beranjak ke mana-mana. Rani pasrah saja di dalam dekapan sang suami, Adam tidak bisa dihentikan jika sedang di mode kangennya yang tidak tahu aturan itu.

"Mas, liat sini deh..." Rani menyentuhkan telapak tangannya ke wajah sang suami. Mata Adam yang semula terpejam kemudian terbuka seraya melirik istrinya yang cantik ini.

"Kok bisa sih kamu ganteng banget? Mana mukanya bersih lagi, nggak ada jerawat padahal kamu nggak pakek skincare," tanya Rani yang memuji ketampanan suaminya sekaligus iri karena wajah Adam mulus sekali.

Adam menyentuh tangan Rani yang berada di pipinya lalu membawa punggung tangan wanita itu untuk dia kecup. "Tanya sama papa dan mama aku, aku nggak tau jawabannya."

Rani berdecak pelan, tapi dia mulai memikirkan ucapan suaminya. Benar juga, kedua mertuanya itu rupawan. Wajar jika Adam terlihat sangat tampan.

"Jadi iri deh sama cewek-cewek yang pernah deket sama kamu. Pasti ya mereka seneng banget liatin muka mas Adam," sungut Rani dengan wajah masamnya. Sudut bibir Adam tertarik ke atas melihat istrinya yang cemburu tanpa alasan. Itu terasa begitu menyenangkan.

"Tapi kamu yang mendapatkan aku, Rani. Kenapa kamu harus cemburu sama perempuan lain?"

Pipi Rani merona hebat. Dia menjepit hidung suaminya lalu buru-buru beranjak dari tempat tidur. Jika tidak ada inisiatif untuk bangun, mereka bisa tiduran sampai sore tanpa melakukan apapun.

"Aku mandi duluan, ya? Mas Adam tolong kasih makan Snow dulu. Nanti dia ngamuk," ujar Rani sembari menarik handuk yang terlipat di dalam lemari lalu lekas membaluti tubuh telanjangnya. Adam terlentang sambil menjadikan kedua tangan sebagai bantal. Mata tajamnya melirik Rani yang sibuk mondar-mandir mengambil pakaian.

"Besok kamu ke kampus, Ran?"

Rani menghentikan langkahnya sejenak sembari menatap sang suami lalu dia mengangguk. Rani masih harus mengurusi skripsinya yang jadi sedikit terbengkalai selama beberapa Minggu terakhir ini. Dia masih harus menyelesaikan urusannya.

"Iya, mas. Mau lanjut bimbingan, kenapa?"

"Aku antar," jawab Adam. Kebetulan besok dia work from home sehingga memungkinkan baginya untuk menemani Rani seharian. Jarang-jarang kan dia menunggui Rani kuliah?

"Oke, besok kita pergi bareng," balas Rani lalu dia pun masuk ke kamar mandi. Adam tersenyum aneh setelah melihat istrinya masuk ke dalam kamar mandi.

Pria itu lekas mengenakan celana pendeknya yang tergeletak di atas lantai lalu dia pun mencari kucing gemuk yang mulai rewel karena jadwal makannya tertunda.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang