Bagian 10

5.9K 376 52
                                    

Author POV

Ella masih bersedih hati karena pertemuannya dengan sang kekasih harus berakhir seperti itu. Hatinya sangat sakit, dia melihat Adam bersama perempuan lain dan tampaknya Adam baik-baik saja. Ella kerap menyalahi dirinya sendiri yang dengan bodohnya menolak lamaran Adam dengan dalih kebebasan. Harusnya Ella sadar kalau pernikahan adalah salah satu hal paling membahagiakan bagi pasangan. Adam sudah mengajak Ella untuk meraih kebahagiaan itu, tapi sayangnya Ella menolak.

Gadis itu menatap ponselnya lamat-lamat. Dia masih sedikit ragu untuk menelepon Adam, tapi Ella merasa bahwa dia harus melakukannya. Adam adalah kekasihnya dan memang begitu walaupun kini pria itu telah menikah. Ella sangat yakin, Adam tidak mungkin bisa mencintai gadis lain.

"Aku harus telepon."

Ella menekan tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga. Matanya yang agak sipit melirik ke arah jarum jam yang kini sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, tapi itu tidak menggoyahkan niatnya untuk menelepon.

Lama panggilan berdering dan Ella menduga kalau Adam sudah tidur. Ella lupa satu hal, Adam tidak terbiasa tidur larut. Dia lebih suka tidur lebih cepat kecuali diperlukan.

"Halo?"

Iris mata Ella terbuka lebar saat mendengar suara perempuan yang menyahut di seberang sana. Dengan cepat Ella mematikan ponselnya karena yang mengangkat telepon tampaknya adalah istri Adam. Pikiran-pikiran buruk melintas di kepalanya, dia seketika iri membayangkan kalau Adam habis bermesraan dengan perempuan lain. Ella cemburu dan dia tidak bisa menerimanya.

Tangannya terkepal kuat, dia ingin kembali memiliki Adam seperti dulu. Ella tidak bisa tanpa pria itu dan kini dia sadar bahwa separuh nyawanya adalah Adam. Dia teramat menyesal karena menolak ajakannya menikah, Ella akan memperbaiki segalanya mulai sekarang.

Di apartemen, Rani menatap bingung pada ponsel sang suami. Diliriknya Adam yang tidur pulas sambil memeluk guling. Adam bahkan tidak terbangun karena telepon berbunyi, pria ini sangatlah disiplin waktu.

Rani tidak perlu menebak siapa yang menelepon meskipun tidak ada nama yang tertera di layar ponsel. Tentu saja itu pasti Ella, mantan kekasih Adam yang berbahaya itu. Rani tidak mengerti mengapa perempuan itu berani sekali menghubungi suami orang?

Karena rasa penasarannya, Rani pun memeriksa ponsel Adam. Bibirnya tertekuk kecewa karena rupanya Adam masih menyimpan semua foto-foto kebersamaannya dengan mantan kekasih. Bagaimana mungkin Adam melakukan hal sekejam ini bahkan foto pernikahan mereka saja tidak ada di dalam galeri.

Rani tahu mereka dijodohkan, tapi setidaknya Adam harus berusaha ikhlas. Rani sedih sekali karena Adam tidak mau berusaha menerima keadaannya.

Kekesalan itu lantas membuat Rani gelap mata. Dia pun menghapus semua foto-foto kenangan Adam bersama Ella sambil berharap melalui itu, Adam bisa benar-benar melupakan mantannya.

"Mending dihapus aja daripada disimpen kayak gini," gumam Rani lalu dengan santai dia meletakkan ponsel suaminya ke atas meja samping tempat tidur.

Rani sekali lagi menatap Adam, dia dengan sedikit gugup menyentuh pipi Adam yang terasa dingin. Garis rahangnya begitu tajam dan membuat Adam kian mempesona saja. Rani khawatir jika ada banyak perempuan di luar sana yang menyukai suaminya.

Gadis itu mengingat obrolannya dengan sang mama mertua tadi siang. Vania menyarankannya untuk mencoba melakukan pendekatan yang cukup berani dengan menggoda Adam. Rani tidak pernah berpikiran sampai situ, tapi usulan Vania bisa sedikit dipertimbangkan. Ada benarnya juga ketika Vania mengatakan bahwa hubungan ranjang sangat memengaruhi kedekatan antara suami dan istri. Rani ingat ada keluarganya yang bercerai karena masalah ranjang yang tidak terpuaskan.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang