Bagian 29

4.8K 404 26
                                    

Author POV

Rani bernapas lega karena pada akhirnya dia bisa berbaring di kamar tidur. Bau rumah sakit membuat dia agak trauma, untunglah dokter membolehkan dia pulang di pagi hari setelah memastikan kondisi Rani sudah stabil pasca keguguran.

Keluarganya masih setia menemani, mama Rani bahkan berkata bahwa dia akan menginap selama beberapa hari untuk menjaga putrinya. Rani tidak mempermasalahkan itu, dia justru senang ada mamanya di sini karena Rani akan merasa sangat resah jika harus berdua saja dengan Adam.

Permasalahan kemarin masih melekat di benak Rani, dia masih tidak bisa membuang ingatan tentang foto-foto itu. Hatinya masih begitu sakit, benar atau tidaknya foto itu tetap membuat Rani kecewa. Entah kapan itu terjadi dan mengapa Adam menyembunyikannya? Harusnya dia jujur sejak awal, Rani masih bisa menerima. Belum lagi ada surat rumah sakit yang menyatakan bahwa Ella hamil. Gila, bukan? Dia bagai dijatuhkan dua bom sekaligus dan alhasil membuatnya keguguran.

"Mama ke dapur dulu ya, nak? Mama bikin makanan buat kamu," ucap mama Rani seraya mengecup pelipisnya. Rani cuma mengangguk, dia berbaring menyamping menghadap jendela kamar yang begitu terang karena hari sedang cerah.

Beberapa saat setelah mamanya pergi, Rani merasakan ada eksistensi lain di dekatnya. Spontan saja dia menoleh dan iris matanya bertemu pandang dengan sang suami yang rupanya baru masuk kamar.

Rani lekas memutus kontak mata mereka, dia memejamkan mata dan lebih memilih untuk tidur saja daripada melihat pria itu.

"Ran, aku mau berangkat ke kantor dulu. Nanti sore aku pulang, ya?"

Rani tidak menggubris perkataan Adam. Biarlah dia berbicara sendirian supaya Adam tahu rasanya diperlakukan seperti itu. Rani tidak akan luluh, dia tetap ingin bercerai dari Adam. Sisi egoisnya memang ingin dia bercerai, tapi masih ada keinginan besar untuk tetap bersama. Adam pernah berjanji untuk tidak pernah meninggalkan dirinya dan Rani tergoda dengan janji itu.

Namun sekarang, ada keraguan untuk percaya. Rani sudah lelah mengulang hal yang sama, yaitu memaafkan segala kesalahan Adam. Baginya sudah cukup dan dia ingin selesai sekarang juga.

Rani mendengar derap langkah mendekat kepadanya dan harum maskulin dari tubuh Adam masuk ke dalam indera penciumannya. Rani menekan keinginan untuk mendekap Adam dan menumpahkan kekecewaannya. Dia tetap ingin seperti ini sampai akhirnya Adam mau menceraikannya, tapi bagaimana jika Adam benar-benar menceraikannya?

"Aku sayang kamu, Rani..."

Mata Rani terbuka dan dia terkejut melihat Adam yang sudah begitu dekat dengannya, pria itu bersimpuh di pinggir ranjang sambil menyentuh rambut Rani. Wajahnya terlihat sendu dan matanya memancarkan penyesalan yang teramat besar.

Rani terpaku tanpa mengatakan apapun bahkan dia tidak bereaksi saat sebuah kecupan di keningnya diberikan oleh Adam.

"Aku berangkat dulu," pamit Adam kemudian. Pria itu berdiri lalu berjalan meninggalkan Rani sendirian di kamar. Adam tidak akan memaksa Rani untuk lekas memaafkan dirinya. Dia akan memberikan Rani ruang untuk menenangkan diri. Adam tidak mau menceraikan Rani, tidak apa jika Rani ingin mendiamkannya seperti ini. Adam lebih menerima itu daripada harus bercerai dari perempuan yang kini sangat dia cintai.

Rani menyingkap selimutnya lalu dia berjalan ke arah balkon kamarnya demi melihat mobil sang suami yang perlahan meninggalkan pekarangan rumah mereka. Entah apa yang harus Rani perbuat sekarang, dia marah dan kecewa tapi Rani juga tidak sanggup jika harus berpisah.

Dia sudah kehilangan papanya dan kini harus ikhlas kehilangan calon bayinya. Rani sudah cukup stres akhir-akhir ini karena kondisi papanya menurun sampai akhirnya meninggal dunia lalu dia mendapati foto-foto mesra antara Ella dan Adam yang tampak tidak seperti dibuat-buat. Apa yang dia lihat memang nyata, tapi Adam membantahnya. Entah mana yang harus Rani percayai sekarang. Dia sudah lelah terus-menerus kecewa karena Adam.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang