Bagian 8

5.3K 373 54
                                    

Author POV

Kecanggungan kembali tercipta di pagi hari itu. Adam sedang memakai kaosnya ketika Rani masuk ke kamar sambil memegang spatula. Mulai hari ini Rani ingin berusaha lebih dekat dengan Adam, entah bagaimana beratnya usaha Rani nanti tapi dia tetap akan mencoba. Ini pernikahan, jadi Rani tidak boleh menganggapnya sebelah mata.

"Uhm, a-aku udah siapin sarapan."

Adam menatap gadis itu sekilas, sejujurnya ingatan tentang Rani yang telanjang semalam sama sekali tidak bisa lepas dari kepalanya. Adam terus memikirkan itu dan rasa penasarannya kian menebal. Berulangkali Adam berusaha mengontrol dirinya sendiri dengan cara mengingat Ella dan hubungan mereka, tapi tetap saja Rani terlalu kuat menggoda naluri prianya.

"Ya, makasih."

"Mas Adam hari ini ada kegiatan?" tanya Rani yang penasaran. Hari Sabtu memang tanggal merah, tapi bisa saja kan Adam punya kegiatan di luar?

"Nggak ada."

Rani mengatupkan bibirnya, dia berdiri canggung di depan pintu sampai tidak menyadari bahwa Adam melangkah ke arahnya. "Ngapain masih di sini? Sarapan."

Rani tergugu seketika, dia pun berjalan mendahului Adam sambil mengutuk dirinya sendiri yang sering sekali bersikap bodoh seperti tadi.

Sarapan yang disiapkan Rani terlihat menarik. Gadis itu membuat nasi goreng lengkap dengan isiannya dan seketika membuat Adam lapar. Ada segelas susu hangat yang juga disediakan di atas meja, tampaknya Rani sudah mengetahui kebiasaan Adam yang menyukai susu setiap pagi.

"Aku cuma buat nasi goreng aja," ucap Rani dengan nada menyesal. Adam tidak membalas, dia duduk di kursinya lalu menarik piring yang sebelumnya sudah diisi nasi goreng oleh Rani. Adam tidak mempermasalahkan makanan apapun. Jika terlihat enak, maka akan dia makan dengan senang hati.

Rani sesekali melirik Adam yang makan dalam diam. Gadis itu sebenarnya ingin mengutarakan sesuatu soal foto polaroid yang masih terselip di kaca kabinet. Adam seolah buta tidak melihatnya padahal Rani sangat gerah sekali. Dia ingin mencopot foto itu, tapi dia juga takut Adam tersinggung.

"Mas..."

"Hmm." Adam menyahut sambil tetap memakan sarapannya. Berdua bersama Rani hanya akan semakin memperparah pengontrolan diri Adam, dia merasa tidak tahan menghalau keinginan untuk menyentuh gadis itu.

"Foto itu... Apa boleh aku buang aja?" tanya Rani. Dia lega bisa bertanya karena Rani tidak tahan memendam keinginannya untuk membuang semua masa lalu Adam bersama mantan kekasihnya.

Adam ikut melirik arah telunjuk Rani. Hati Adam tiba-tiba merasa sakit mengingat soal Ella. Kekasihnya sama sekali tidak peduli dengannya lagi. Buktinya, Ella tidak pernah muncul sekalipun setelah mendengar kabar pernikahan Adam dengan gadis lain. Adam menganggap bahwa sekarang Ella telah benar-benar jauh darinya hanya karena alasan konyol itu.

"Buang aja."

Rani tidak tahu bentuk patah hati apa yang dirasakan oleh suaminya ini. Jika Adam bisa berucap semudah itu, berarti hatinya sudah terlampaui kecewa. Rani tersenyum dalam hati, inilah saat yang tepat untuk meraih hati suaminya.

"Mas Adam pasti patah hati banget ya?" tanya Rani dengan nada prihatin sambil memegang punggung tangan Adam.

Pria itu tidak mengucapkan apapun, dia melirik tangan Rani yang menyentuh punggungnya dan demi Tuhan, Adam benar-benar tergoda sekali. Rahangnya mengeras sempurna sampai rasanya sakit sekali. Sentuhan halus itu terasa begitu mematikan.

Rani menatap suaminya penuh arti, Adam sama sekali tidak menjauhkan tangan mereka dan itu artinya tindakan Rani tidak berlebihan. Rani tidak berpengalaman soal merebut hati lelaki, tapi kini dia ingin belajar caranya. Pernikahan ini memang dipaksakan, tapi Rani tidak mau merasa terpaksa. Dia akan menjalaninya sepenuh hati demi membahagiakan kedua orang tuanya yang sudah memberikan segala yang Rani inginkan.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang