"Nama ku Ivan kak." Anak kecil yang bernama Ivan itu tersenyum malu ke arah Regan. Regan jingkrak jingkrak senang, soalnya bocah nya ga takut sama dia.
"Ihh lucu deh, pengen bawa pulang!." Regan berjongkok lalu memegang pipi anak itu dan sedikit mencubitnya. Ivan yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum lucu membuat Regan tambah gemas.
"Pak, Kalo kita punya anak kek gini lucu kali ya, Dirawat bedua gitu setiap hari. Ihh ivan! Gemesss pipi muu!." Rion menatap Regan yang sedang jongkok dengan tatapan bingung nya. Nih ya, Regan masih belum sadar sama ucapan nya.
Kemudian Rion tersenyum tanpa sepengetahuan Regan yang masih asik bertanya tanya kepada Ival.
"Mungkin lucu." Jawab Rion. Regan memberhentikan sesi bertanya nya, lalu mendongak ke atas menatap Rion dengan senyuman nya.
"Hehe, maaf pak. Kebablasan halu nya!." Regan kemudian menatap Ivan lagi untuk menyembunyikan rasa malunya.
Emang mulut Regan itu ga ada rem nya.
"Hihi. Pipi kaka merah!."
"Ivan asu!."
"Hahaha. Kedinginan kakak tuh, angin nya emang bikin dingin padahal kakak udah pake jaket loh!." Regan tertawa paksa terhadap Ivan yang ditanggapi dengan tatapan polos dari Ivan.
Udah ngehindar biar ga ketauan kalo lagi malu karna ucapannya sendiri, Eh ni bocah malah bilang kalo Pipi nya lagi merah!
Tambah malu Cok!
Beneran dah, Mana Rion cuma diem ga ngeluarin suara apa apa. Regan takut Si Rion risih karna ucapan nya yang emang blak blakan.
"Pak. Mon maap ya, mulut Regan emang gabisa diajak kompromi. Jangan masukin BK ya!."
•••
Regan menemani Ivan di pinggir jalan sampai anak itu tertidur di pangkuannya. Ingin ia bawa pulang rasanya, Tapi nanti di geprek orang tuanya lagi.
Dijadiin adeknya kan lucu nih bocah!
Rion sedari tadi juga senantiasa menemani bocah itu bersama Regan dan duduk di Atas kardus yang lebar.
Rion sedari lama memang ingin merawat anak ini supaya dia tidak merasa kesepian, Tapi anak ini selalu menolak. Katanya di tempat tinggalnya saat ini banyak kenangan. Kenangan saat orang tuanya belum meninggalkan nya entah pergi kemana.
Ivan masih berharap orang tuanya kembali kesitu, makanya Tidak mau diajak Rion ke rumahnya.
Ingin dibuatkan rumah kecil disitu untuk tidur saja Ivan tidak mau. Jika hujan, ivan akan lari ke toko di depan ia Tinggal. Dan setiap hari Rion memberi makanan Untuk ivan.
Regan mengelus rambut milik Ivan dengan lembut, Soalnya rambut nya lucu.
"Regan, Kamu tidak ingin pulang? Sudah jam sembilan lebih." Ujar Rion. Regan menatap guru nya sejenak lalu mengangguk.
Berdiri dengan perlahan, Regan melepaskan tangan ivan yang memeluk lengan nya.
"Pak, Regan pulang dulu ya! Dahh!." Regan tersenyum lebar dan melambaikan tangannya kepada gurunya yang di balas senyum tipis dari sang guru.
Regan segera lari menuju sepeda motor nya dan segera tancap Gas!
Di perjalanan, Regan terus tersenyum mengingat kejadian tadi. Tidak mau tau , pokok nya besok pulang sekolah Regan kesitu lagi!
Bocil kematian nya terlalu menggemaskan!
Aduh, Regan bener bener gabisa bayangin kalo dia ngerawat entu bocil berdua sama pak Rion.
Setelah sampai di rumah, Regan memasuki rumahnya perlahan. Takut surya masih bangun terus di gibeng dia, Soalnya pulang telat.
Tadi dia penginnya pulang jam delapan gitu, Tapi kebablasan gegara bocil.
"Ketauan kamu! Heh, ngapain jam segini baru pulang?! Mabuk mabukan ya?!." Regan memberhentikan langkahnya dan mengumpat di dalam hati ketika mendengar suara Ayahnya.
Regan membalikkan badannya, "Kagak lah pah! Orang tadi regan abis main sama Temen!."
"Terus kenapa sampe pulang jam segini hah?! Anak perawan kok pulang malem!."
"Perawan ndasmu."
"Heh?! Ngumpat kamu?!." Surya mendekati anaknya dan menjewer kuping anak itu dengan sangat keras. Ibu Regan yang melihatnya hanya geleng geleng kepala.
•••
Disisi lain, Di rumah Rion tepatnya.
Kedua orang tuanya masih duduk Di ruang keluarga untuk menonton TV. Dan terkejut saat Rion baru datang.
"Nak? Kenapa baru pulang jam segini?." Tanya Wanita yang sudah terlihat berumur 40 tahun lebih.
"Biasa Bun, ke tempat Ivan. Tadi ketemu murid Rion juga." Rion mendekati kedua orang tuanya lalu mencium punggung tangan mereka.
"Sini duduk." Ujar sang ayah. Rion Tersenyum lalu duduk di sebelah mereka.
"Kapan kamu punya Pasangan nak?." Tanya ibu Rion.
Rion menatap terkejut sang ibu, lalu menggeleng pelan. "Gatau bun, Rion belum mikir sampe situ."
"Gimana kalo ayah jodohin?." Rion berganti menatap ayahnya dengan ekspresi terkejut nya dan menggeleng ribut.
"Enggak yah! Gamau, apaan jodoh jodohan. Emang jaman apa ini." Jawab Rion dengan cepat.
Ayah dan Ibu Rion menggelengkan kepalanya pelan.
"Kenapa ga mau? Anaknya manis loh, Lucu, banyak bicara juga." Ujar Ibu Rion lalu tertawa bersama ayahnya. Rion mendengus lalu menggeleng lagi.
"Emang bisa selucu Regan? -- Eh, enggak! Mikir apaan gue." Batin Rion.
"Rion tuh belum siap!."
"Siapnya kapan? Nunggu dijodohin beneran?." Goda Sang ayah.
"Enggak yah, astaga. Rion ga mau dijodohin. Tunggu aja, Rion bakalan bawa pacar kesini."
"Iya deh... Dibawa ya 'pacar' nya."
Tydakkk, aku tidak bisah memikirkan alur cerita yang bagus. Tutor"
Cerita gweh burik smuah😓
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher? [End]
Teen Fiction"Oih! Bapak senyum ya pak?!." Rion hanya menggeleng kan kepalanya lalu mendului Regan dan berjalan ke kantin. "Aduh hati gue gejedar gejedor!." Regan memegangi dadanya sambil tersenyum lebar dan mengejar guru tampan nya. BXB BOYXBOY HOMO! YANG HOMOP...