¹⁷. Perasaan Yang sebenarnya

15.1K 1.3K 34
                                    

Seperti Perkataan Rion kemarin, Sekarang Regan sedang berada di ruangan BK sejak bel bunyi di pagi hari. Betapa membosankannya dia harus terkurung disini, bahkan istirahat pun dia tak boleh keluar.

Dia menatap malas ke papan tulis kecil dimana Rion sedang menjelaskan Materi materi kimia yang tidak jelas. Dia menggigiti pulpennya sambil menghela nafas berkali kali.

Rion bahkan sampai muak mendengar helaan nafas dari Regan.

"Kenapa menghela nafas terus?." Tanya Rion menyempatkan untuk menatap Muridnya.

"Bosen."

"Ya makanya dengerin penjelasan saya."

Regan menghela nafas nya lagi, Lalu Rion membalikkan tubuh nya dan melanjutkan materinya. Dia itu ahli dalam semua pelajaran.

Regan bahkan sangat tidak minat dengan pelajaran saat ini, Jika saja dia rajin belajar, Pasti tambah pinter dah. Orang kek gitu aja dia udah pinter.

Tanpa mendengarkan Penjelasan dari Rion, Regan malah asyik memandangi wajah guru itu dari samping.

"Seme idamann gue, Manly bener bang.

Eh, apasih jirr, kan gue seme nya." Batin Regan yang sudah sangat kepedean untuk menjadi pihak atas, Padahal wajahnya yang imut seperti penis kecilnya itu tidak akan mendukung nya untuk menjadi Seme.

"Kamu liatin penjelasan saya, Atau liatin saya?." Tanya Rion sembari menatap Regan datar. Dia udah kaya guru khusus nya Regan dah.

Regan menatap binar gurunya seperti biasa, "Liatin bapak." Jawab Regan dengan santai.

Rion berdecak malas lalu menggelengkan kepalanya pelan. Tau gitu dia ga ngejelasin tadi, Bikin cape aja.

"Saya jelasin pelajaran, Jangan malah liatin saya."

"Makanya pak, Gausah jelasin biar saya liatin bapak terus." Regan tersenyum menampakkan Gigi Putihnya.

Rion meletakkan bolpoin nya, Dan mendekat ke arah Regan membuat Regan panik.

Nah kan, Panik kan lu.

"B-bercanda pak." Ujar Regan saat melihat gurunya semakin mendekat ke arahnya.

Rion memincingkan sebelah alisnya dan terus mendekat ke arah Regan.

Lalu dia menumpu kedua tangannya di kedua sisi kursi Regan, Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Regan lalu menatap manik mata anak itu dengan lekat.

Regan sendiri sudah kelabakan, Jantung nya kaya dipompa cepet banget, sampai rasanya Sesak.

"Bisa ga sih, Sehari aja gausah bikin baper?! Ga asik ah lu." Batin Regan.

Bola mata Regan menatap ke sana kemari. Rion tersenyum simpul melihat Reaksi Regan.

"Tatap, Mas. Katanya tadi mau liatin mas?." Regan menggeleng pelan mendengar ucapan Rion, Regan memalingkan wajahnya ke samping guna menghindari kontak mata dengan Guru nya itu.

Rion mencekal dagu Regan dengan satu tangannya yang tadi bertumpu pada kursi. Dia menarik paksa Dagu Regan sampai kepala anak itu menoleh ke arah nya.

Pandangan mereka bertemu, Entah Rion ataupun Regan merasakan rasa yang aneh. Rasa yang tidak bisa mereka hindari.

Rion menatap lekat manik mata Regan, pandangannya menelisik ke seluruh wajah Regan. Bahkan bibir Regan yang sedikit terbuka mampu membuat iman Rion sedikit goyah.

Regan juga ikut menatap manik mata Rion dengan lekat. Mata sayu Rion itu akan selalu menjadi favorit Regan. Regan sedang berusaha untuk tidak salah tingkah sekarang juga, Pasti memalukan jika dia salah tingkah tiba tiba.

My Teacher? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang